Sudah bukan rahasia umum, tulisan pembaca yang sudah dimuat di media massa baik cetak maupun elektronik memberikan kebanggan tersendiri. Dari tulisan yang sudah dimuat baik berupa artikel, buku, biografi, mapun laporan perjalanan tentunya memberikan kebanggaan tersendiri.
Dari tulusan yang sudah dimuat, penulis dapat memberikan kontribusi dan pencerahan ke publik terkait dengan tulisannya. Selain itu tentunya dapat menjadikan poin personal bagi penulis, karena tulisannya telah lolos seleksi dari redaksi dan hasilnya sudah dapat dibuktikan bahwa karyanya layak muat.
Namun yang kadang sering dilupakan, di balik tulisan yang sudah dimuat tersebut, tentunya peran editor sangat signifikan. Fenomena itu perlu diingatkan, bahwa tulisan yang sudah dipublikasikan dengan berbagai pengolahan baik narasi, isi, maupun tata bahasanya tersebut tidak lepas dari kerja keras editor. Peran editor dalam penerbitan suatu karya tulis tersebut mengemuka dalam Lokakarya Nara Sumber Editor Buku yang diinisisi PGRI Provinsi Jawa Tengah di Semarang selama dua hari berturut-turut (17-18 Juni 2023).
Peran Editor
Profesi sebagai editor dewasa ini sudah tidak asing lagi. Profesi mereka berada di berbagai lini, seperti media online, majalah, koran, penerbitan buku sampai media cetak lainnya. Terkadang mereka juga ada di perusahahaan jasa atau pelayanan yang sering dikenal dengan agensi.
Adapun editor dapat dimaknai orang yang mengatur, merevisi, mengubah isi, dan gaya naskah orang lain, serta menyesuaikannya dengan suatu pola yang dibakukan selaras dengan regulasi yang sudah disepakati di lembaganya untuk diterbitkan atau ditayangkan dalam bentuk buku, majalah, atau media online (https://bukunesia.com).
Editor di dalam dunia penerbit, seperti penerbitan buku memiliki tugas selain di belakang meja redasi, juga untuk mencari atau menemukan naskah buku yang sesuai dengan karakter penerbit tempatnya bertugas. Seorang editor tidak selalu duduk manis di belakang meja. Dominasinya lebih sering terjun ke lapangan untuk menemukan naskah-naskah layak terbit sesuai dengan standar yang berlaku.
Editor yang sering terjun ke lapangan tersebut sering disebut sebagai editor akuisisi yang tugas utamanya adalah mencari naskah dan penulis, baik naskah lokal maupun asing. Seorang editor akuisisi perlu mengikuti aktualitas buku untuk mendapatkan penulis-penulis berbakat. Hal itu perlu juga menjadi perhatian, karena tanpa adanya sediaan naskah cukup yang berkualitas, tentunya penerbit tidak akan bisa melangsungkan proses produksinya.
Adapun secara umum tugas dari seorang editor antara lain, pertama, merencanakan naskah yang akan diterbitkan oleh penerbit. Dalam lembaga penerbitan tentu sudah memiliki rencana akan menerbitkan buku, koran, majalah, atau media lain sesuai dengan aktualitas atau isu yang sedang dibicarakan di publik dengan ekspektasi dapat memberikan pencerahan.
Kedua, mempertimbangkan naskah yang masuk. Dalam hal ini editor perlu memiliki kejelian untuk memilih dan memilah naskah yang masuk dan mempertimbangkan layak tidaknya naskah tersebut diterbitkan. Jangan sampai naskah yang sudah diterbitkan dan terpublikasi luas, berdampak negatif karena isinya banyak mengundang sensitivitas publik.
Ketiga, menyunting naskah dari perspektif materi atau isi. Seringkali naskah yang masuk ke meja redaksi masih karya mentah dan sulit dipahami. Ide dari penulis bagus dan aktual, namun dari aspek panyajiannya baik tata bahasa, ejaan, ketikan, dan substansi pokoknya masih bias. Dalam hal ini editor mempunyai tugas untuk membenahi tulisan tersebut agar layak baca.
Keempat, memberi petunjuk atau arahan pada penyunting bahasa/editor bahasa yang membantunya mengenai cara penyuntingan naskah. Tata bahasa mengacu pada petunjuk umum ejaaan bahasa Indonesia merupakan hal yang sangat prinsip, karena naskah tersebut akan dipublikasikan dan menjadi konsumsi publik dalam skala luas. Di samping itu editor juga memiliki tugas untuk menyetujui naskah tersebut untuk dicetak termasuk rancangan kulit depan (cover). Mengingat kulit depan sebuah buku atau majalah merupakan bagian yang sangat vital. Publik akan tertarik pada sebuah produk, apabila kulit depannya menarik.
Kontak Emosional
Adapun yang perlu menjadi perhatian dari seorang editor adalah merajut kontak emosional dengan penulisnya. Hal itu perlu menjadi pertimbangan, karena penulis sebenarnya merupakan aset utama agar proses produksinya dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan.
Kontak emosional tersebut dapat dilakukan dengan memberikan motivasi bagi penulis untuk terus melanjutkan karyanya. Seringkali penulis merasa patah arang, karena naskahnya digantung oleh redaksi alias tidak mendapat respon yang pasti. Untuk itu, editor perlu melakukan komunikasi efektif dengan penulis agar penulis tetap semangat dan optimis bahwa tulisannya akan dapat lebih baik setelah mendapat masukan editor.
Terlebih lagi, kalau penulis menemui jalan buntuk secara teknis untuk menyajikan dalam sajian yang menarik. Editor perlu dengan sabar memberikan pencerahan sembari memberikan contoh secara teknis dari naskah yang layak terbit. Di samping itu, editor juga perlu memberikan motivasi dan spirit bagi penulis yang tulisannya tidak dapat dimuat karena berbagai pertimbangan, agar penulis tersebut terus berkarya dengan selalu memperhatikan berbagai koreksi dari editor agar ke depannya karyanya lebih sempurna dan representatif.
(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)
0 Komentar