Lomba Membuat Gerabah Warnai Lemah Urip Festival di Borobudur

Dilihat 40 kali
Lomba Membuat Gerabah dalam kurun waktu 5 menit di Lapangan Desa Karanganyar Borobudur.

BERITAMAGELANG.ID - Lemah Urip Festival 2025 secara resmi ditutup dengan semarak di Lapangan Desa Karanganyar, Borobudur, Kabupaten Magelang, pada Selasa (28/10) malam. Acara yang telah menjadi agenda tahunan ke-7 ini mengukuhkan komitmen masyarakat setempat dalam melestarikan budaya di tengah gempuran tren modern.

Malam penutupan berlangsung sangat meriah, diawali dengan Lomba Membuat Gerabah yang unik dan menarik. Lomba ini secara khusus diikuti oleh pengrajin gerabah wanita dengan tantangan waktu yang sangat singkat, yaitu hanya lima menit untuk menghasilkan sebuah karya. Setelah ketegangan lomba berakhir, semangat penonton dihangatkan oleh penampilan energik dari kesenian tradisional Jathilan Wahyu Satriyo Budoyo.

Antusiasme masyarakat Desa Karanganyar dan sekitarnya terbukti tak luntur. Meskipun sepanjang acara penutupan diguyur hujan, warga tetap memadati lapangan sejak festival ini dibuka pada 25 Oktober 2025. Kehadiran massal ini menjadi dampak positif dan bukti nyata bahwa berbagai rangkaian acara yang disiapkan penyelenggara mendapat tempat di hati publik.

Kepala Desa Karanganyar Borobudur, Suyanto, menyatakan kebanggaannya. Ia mengungkapkan festival ini adalah bukti nyata masyarakat masih melestarikan budayanya di tengah maraknya tren musik masa kini.

"Kita ini di kawasan Borobudur yang notabene wisata budaya, jadi kegiatan ini bagus sekali," terangnya.

Suyanto berharap, festival ini ke depannya dapat dilirik pemerintah untuk dikembangkan menjadi wisata malam yang memanfaatkan keindahan alam sekitar, sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan melibatkan lebih banyak pihak.

Ketua Panitia Festival Lemah Urip, Muhammad Jafar Qoir, atau akrab disapa Jepe menjelaskan kegiatan ini adalah ajang apresiasi dan pelestarian seni budaya tradisional yang melibatkan berbagai unsur masyarakat dan pemerintah.

"Festival ini sebagai wujud komitmen bersama dalam menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya lokal Kabupaten Magelang," tegasnya.

Jepe merinci rangkaian kegiatan selama empat hari, di antaranya: Senam Sehat Perajin Gerabah, Ritual Umbul Dongo, Peresmian Pameran Foto dan Narasi Kehidupan Pengrajin Gerabah, penampilan Topeng Ireng New Star Rimba, Lomba Melukis Gerabah, Sarasehan Pengrajin Gerabah, pertunjukan Sendratari, Workshop Wayang, Live Cooking Gerabah, Tour Gerabah, dan penampilan seni lainnya.

Selain pertunjukan budaya, faktor ekonomi juga menjadi perhatian. Dari 60 UMKM yang mendaftar, panitia berhasil memilih 20 stand UMKM yang hadir menjadi solusi lapar dan dahaga bagi pengunjung. Antusiasme terhadap kehadiran UMKM ini dibenarkan oleh Triyanto, warga Ngaran Borobudur, yang mengaku puas dengan harga makanan yang dijual.

"Saya tadi beli bakso karena mie ayam habis, harganya wajar," kata Triyanto.

Secara keseluruhan, festival ini bukan hanya menjadi ajang hiburan semata, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi para pelaku UMKM, yang terbukti laris manis dan mendapatkan harga yang wajar seperti diungkapkan Triyanto.

Lebih dari itu, kegiatan seperti ini berperan penting dalam memperkuat ekosistem kebudayaan dan kearifan lokal, menjadi ruang bagi masyarakat untuk merawat warisan budaya sekaligus mempromosikan potensi daerah ke khalayak yang lebih luas. Dengan demikian, festival ini berhasil mencapai tujuan ganda, yaitu mendorong pergerakan ekonomi lokal sambil menumbuhkan rasa bangga dan kecintaan terhadap budaya, menjadikannya agenda yang layak untuk terus dikembangkan di masa mendatang.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar