Meramu Produk Lokal ke Internasional dalam Festival Kopi Jateng 2018

Dilihat 2012 kali
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpangan) Kabupaten Magelang, Ir. Wijayanti, M.Si memamerkan kopi khas wilayahnya

BERITAMAGELANG.ID - Festival Komoditas Perkebunan yang digelar Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Senin (30/10), melahirkan semangat baru untuk mengangkat kopi daerah ke kancah internasional.

Acara di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Ringin Putih Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang tersebut diikuti ratusan perwakilan petani dan pengusaha kopi dari berbagai daerah. 

Dalam pemaparannya, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementrian Kehutanan Dedy Junaedi mengungkapkan saat ini merupakan masa kebangkitan kopi Indonesia. 

"Ini momentum kebangkitan kopi. Perkembangan bisnis kopi sungguh menggembirakan, menggerakkan anak muda seluruh Indonesia terlibat di dalamnya," kata Dedy.

Menurutnya, perkebunan kopi di Jawa Tengah  juga memiliki potensi luar biasa karena masuk dalam urutan 10 kopi terbaik nusantara dan tidak kalah dengan negara lain. 

"Event ini merupakan ajang promosi wisata apalagi Magelang dekat dengan kawasan khusus ekonomi pariwisata nasional Candi Borobudur. Ini punya peluang luar biasa sebetulnya," terangnya.

Untuk itu, menurutnya pemerintah pusat mendukung penuh pengembangan agrobisnis kopi di daerah untuk menuju ekspor.

"Kita dorong petani sampai ada produksi yang siap konsumsi. Walaupun tentu pilihannya menjadi bahan baku untuk industri tapi bernilai tambah, misal fine robusta, petik merah, atau dorong roasted bean sesuai keinginan pasar luar negeri. Tentunya kopi berkualitas nomor satu," papar Dedy.

Para petani juga diharapkan membuat kelompok atau penguatan kelembagaan yang berbasis sentra kopi. Dengan demikian, Pemerintah lebih mudah memberikan bantuan kepada para petani melalui bantuan paska panen.

Tahun 2017 produktivitas kopi nusantara menyumbang devisa mencapai Rp 18 Trilyun lebih. Meski demikian, Dody menyebut Indonesia masih kalah dengan Vietnam dalam produksi kopi berkualitas yang mencapai 2,5 ton sekali panen.

"Kita jangan lupa dahulu dengan rantai pasok. Saat ini produksi kita hanya kisaran 6 kuintal. Padahal dulu Vietnam belajar dengan kita," tegas Dedy.

Selain diuntungkan oleh magnet pariwisata dunia Candi Borobudur, geografis alam Kabupaten Magelang yang bergunung-gunung juga sangat mendukung pengembangan kopi jenis robusta maupun arabika berkualitas. 

Sebelum 2012, kopi jenis arabika yang paling tinggi nilai jualnya di dunia pernah tumbuh subur dan melimpah di sejumlah daerah tinggi di Kabupaten Magelang. Namun karena saat itu harganya sangat rendah, banyak petani kopi yang memilih mengganti pohon kopi mereka dengan tanaman lain yang lebih menjanjikan. Sementara kayu pohon kopi untuk bahan baku arang atau pun kayu bakar. Untuk tanaman kopi jenis robusta di daerah rendah, seperti di wilayah kecamatan Grabag masih bertahan dan dikembangkan sebagai Agrowisata. 

Diitemui Beritamagelang.id usai acara, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpangan) Kabupaten Magelang, Ir. Wijayanti, M.Si mengungkapkan pihaknya terus menggenjot peningkatan produksi kopi khususnya jenis Arabika.

"Saat ini Pemerintah telah membantu bibit kopi arabika sekitar 300 hektar. Kita menggerakkan kopi arabika karena peluangnya di tingkat pasar dunia lebih besar dibanding robusta. Perbandingan harganya lebih tinggi arabika sekitar 30 hingga 60 persen," terangnya.

Pasca 2012, imbuhnya, pertanian kopi di Kabupaten Magelang mulai bangkit. Pemerintah setempat berupaya meningkatkan kesejahteraan para petani melalui berbagai program. 

"Sejak 2016 ada peningkatan signifikan, petani bermitra dengan eksportir. Kalau dulu dibeli oleh tengkulak sehingga harganya rendah di kisaran 3.000 per kg. Sekarang sudah perbaikan harga kopi robusta pada kisaran harga 6.500 hingga 7.500 per kg. Sehingga sekarang banyak petani mulai lagi menanam kopi lagi," pungkasnya.

Selain meningkatkan produktivitas kopi, Festival Komoditas Perkebunan selama dua hari mulai 30-31 Okober 2018 ini juga menggelar Festival Para Petani Tembakau. Tujuan dari festival ini adalah sebagai upaya meningkatkan ekonomi para petani di Jawa Tengah melalui pemberdayaan dan berdiskusi mencari solusi. 

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar