BERITAMAGELANG.ID - Pemandian "Sendang Hageng Tirta Kencana" dengan mata air alami di Dusun Gatak Sirat, Blabak Mungkid Magelang, akan dibuka untuk umum hingga malam hari.
Pemandian yang diperkirakan telah ada sejak tahun 1900 awal, memiliki bangunan cagar budaya yang masih kokoh berdiri. Desain bangunannya mengacu kepada bangunan Keraton Surakarta. Hingga kini sumber mata air pemandian tersebut terus mengalir meski di musim kemarau.
Pemandian tersebut, awalnya bernama Mudal, saat ini sudah mempunyai nama resmi "Sendang Hageng Tirta Kencana" yang diberikan oleh kepala desa setempat. Keberadaan pemandian tersebut dikelola oleh desa setempat.
"Dengan nama baru ini diharapkan mampu lebih menarik wisatawan. Sangat disayangkan bila potensi desa ini tidak dikembangkan," ujar Ketua Paguyuban Gatak Sirat, Kholid Wijanarko.
Tidak hanya nama baru yang disematkan, namun tempat pemandian tersebut rencana akan buka pada malam hari. Dimana saat ini masih dalam tahap renovasi sejak 2018 untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Renovasi dengan menggunakan dana desa untuk memperindah tempat pemandian ini, tanpa mengganti atau menghilangkan unsur sejarahnya.
âTermasuk pemasangan lampu, bertujuan agar pemandian ini juga dapat melayani pengunjung pada malam hari hingga pukul 21.00 WIB," terang Kholid, yang berencana pada Desember 2019 sudah dibuka untuk umum.
Menurut penuturan sesepuh desa setempat, di lokasi tersebut dahulu terhampar persawahan yang diolah oleh penduduk secara konvensional. Di sebuah petak tertentu seorang petani penggarap lahan tanaman sedang bekerja keras membajak tanah lengkap dengan peralatannya.
Di saat giat bekerja pembajak tersebut bekerja tiba-tiba ia menghilang tanpa jejak. Pembajak beserta seluruh peralatan yang dibawanya hilang dalam sekejap.
Penduduk sekitar berbondong mencari ke mana petani pergi, dan timbul spekulasi yang beredar di tengah masyarakat dengan berbagai anggapan berhubung status dirinya masih pengantin baru dimana lima hari yang lalu pembajak tersebut melangsungkan pernikahan dengan seorang putri.
Saat yang sama di tempat yang digarap pembajak semula tampak keluar air. Kian lama kian deras se-hingga meluber menggenangi lahan sekitar. Air yang keluar pun tak terbendung lagi, dengan hikmah menyuburkan tanah pertanian dan sarana irigasi.
Air yang terus mengalir tersebut, oleh pihak Keraton didirikan bangunan dan digunakan untuk tempat pemandian pada pusat mata air. Sedangkan air yang keluar dari pemandian, digunakan untuk mengairi lahan pertanian.
"Adapun bangunan yang ada pada pemandian bergaya Kasultanan Solo, dengan warna asli cat bangunan kuning dan hijau yang menjadi simbol Keraton," papar Kholid.
0 Komentar