Beberapa Relief Candi Borobudur Tidak Boleh Dijadikan Motif Batik

Dilihat 3155 kali
Para perajin batik Borobudur saat mengikuti workshop Batik Borobudur yang diadakan YLKIS, UNESCO dan BKB, Rabu (2/10)

BERITAMAGELANG.ID - Ada sebanyak 1.212 relief di candi Borobudur Magelang yang bebas digunakan untuk motif batik. Namun, ada pula relief yang tidak diperbolehkan untuk motif karena bisa menyinggung pihak-pihak tertentu.


"Ada rambu-rambu yang harus ditaati oleh perajin batik Borobudur dalam penggunaan motif relief candi," terang Arkeolog Balai Konservasi Borobudur (BKB) Magelang, Hari Setiawan di sela Workshop Batik Borobudur dengan tema "Inspirasi Motif Dari relief" di BKB Magelang, Rabu (2/10).


Kegiatan yang diadakan Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (YLKIS), UNESCO dan BKB ini diikuti para perajin batik dari desa Majaksingi, Wanurejo, Wringinputih, Kembanglimus dan Borobudur.


Hari menjelaskan, relief-relief yang tidak diperbolehkan untuk motif ada di kelompok Naratif. Ada dua kelompok relief candi Borobudur, yakni Dekoratif Simbolis dan Naratif.


Ia memberi contoh relief dekoratif simbolis seperti penghias antar relief, pilaster, sulur gelung dan geometris. 


Sedangkan relief naratif, banyak menyangkut naskah keagamaan Budha. Ada Karmawibangga, Jataka Awadana, lalita Vistara dan sebagainya. 


Perajin batik yang akan menggunakan relief naratif untuk inspirasi, sebaiknya melihat jalan cerita dan figur siapa saja yang bisa diadopsi secara penuh. Misal penggambaran stupa atau orang suci beserta tributnya.


"Merupakan hal yang harus diperhatikan atau dihindari apabila memang tidak mengerti maksud dan penempatannya," kata Hari mengingatkan.


Namun demikian, beberapa gambaran seperti adegan budi pekerti pada manusia, bisa digunakan. Seperti relief monyet dan buaya.


Sementara itu, Direktur YLKIS Hairus Salim mengatakan, para pembatik yang ada di sekitar Borobudur ini sebagian besar merupakan perajin baru. Sehingga mereka masih butuh pendampingan, terutama untuk penggembangan motif.


Para pembatik ini diajak naik ke candi Borobudur untuk melihat relief. Mereka sengaja diajak agar lebih memahami relief mana saja yang boleh digunakan sebagai motif. Sebab relief di candi Borobudur sebagian besar merupakan simbol keagamaan.


"Ini sangat penting untuk diketahui pembatik, karena setiap motif tentu ada story tellingnya," kata Hairus.


Menurut dia, sebelum ini sudah ada relief yang dijadikan motif oleh pembatik. Ada sekitar 10 relief yang sudah digunakan dan semuanya belum ada nama.


"Relief di candi Borobudur ini sangat inspiratif untuk dijadikan motif. Hanya saja memang perajin perlu paham estetikanya," tambah Hairus.


Salah satu pembatik asal Majaksingi, Brigita Desi Morina mengaku, workshop yang diadakan ini sangat berguna untuk menambah pengetahuan tentang batik, terutama soal motif yang ada di relief. Selama ini, ia hanya membatik motif cengkih dan kopi.


"Belum pernah membuat batik dengan motif yang lain. Dua komoditas ini memang banyak tumbuh di sekitar desa Majaksingi," ujarnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar