Perempuan Dibekali Keterampilan Usaha Ekonomi Agar Mandiri dan Berdaya

Dilihat 53 kali

BERITAMAGELANG.ID - Upaya pemberdayaan masyarakat terus digencarkan oleh Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, terutama di desa-desa miskin ekstrem. Salah satu yang mendapat perhatian adalah Desa Ngargosoko, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Selama dua hari, Rabu - Kamis (27 - 28/8), balai desa setempat menjadi pusat kegiatan Pelatihan Keterampilan Usaha Ekonomi Daerah bagi Masyarakat Kurang Mampu.


Sebanyak 100 perempuan desa yang sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu, termasuk perempuan kepala keluarga, ibu yang menikah muda, serta keluarga dengan anak stunting, mengikuti pelatihan ini. Mereka diajari keterampilan praktis, mulai dari mengolah kain perca menjadi hijab atau kerudung, membuat eco-enzyme dari sampah organik, hingga memasarkan produk melalui digital marketing.


Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin menegaskan pelatihan ini dirancang untuk menjawab dua persoalan sekaligus ekonomi keluarga dan masalah lingkungan. 


"Kami ingin para ibu-ibu di desa tidak hanya bisa meningkatkan pendapatan keluarga, tetapi juga ikut berkontribusi mengurangi sampah rumah tangga. Jadi, manfaatnya ganda ," ujarnya saat membuka kegiatan di Balai Desa Ngargosoko, Rabu (27/8).


Eco-enzyme menjadi salah satu keterampilan utama yang diajarkan. Cairan hasil fermentasi sampah organik seperti buah, sayuran, gula, dan air ini membutuhkan waktu minimal tiga bulan untuk jadi. Meski sederhana, produk ini memiliki banyak fungsi, mulai dari pupuk tanaman, pestisida organik, hingga pembersih rumah tangga. Nawal meyakini, keterampilan semacam ini bisa diterapkan langsung di rumah dan memberi nilai tambah.


Pelatihan di Ngargosoko tidak lepas dari konteks yang lebih luas. Sampah menjadi persoalan global, nasional, hingga lokal. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional 2024, Indonesia menghasilkan 33,79 juta ton sampah per tahun atau setara 76 ribu ton per hari. Jawa Tengah sendiri diperkirakan menyumbang sekitar 6,7 juta ton.


Ironisnya, sampah makanan rumah tangga dan restoran menjadi penyumbang terbesar, yakni 39,36 persen. Angka ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah berbasis rumah tangga menjadi kunci penting. 


Melalui pelatihan ini, peserta diharapkan mampu memilah dan mengolah sampah organik maupun anorganik agar tetap bernilai.


"Kami ingin membiasakan masyarakat memandang sampah bukan sekadar limbah, tapi sumber daya. Kalau dikelola dengan baik, bisa jadi produk, kerajinan, bahkan energi," jelas Nawal. 


Ia bahkan mencanangkan gerakan Gemah Ripah (Gemar Olah Sampah, Rizki Keluarga Melimpah) sebagai tindak lanjut.


Tak hanya berhenti di pelatihan, peserta juga dibentuk menjadi kelompok usaha kecil beranggotakan 10 orang. Kelompok ini nantinya akan didampingi PKK, perangkat desa, dan OPD terkait agar berkembang menjadi usaha mandiri. Pendampingan ini dinilai penting agar keterampilan yang diperoleh tidak berhenti di ruang pelatihan saja.


"Kalau hanya belajar lalu berhenti, manfaatnya akan hilang. Karena itu, kami dorong adanya kelompok usaha agar ibu-ibu saling menguatkan, berbagi pengalaman, dan bisa berkembang bersama," kata Nawal.


Ketua TP PKK Kabupaten Magelang, Dian Ekawati Grengseng Pamuji, menyebut kegiatan ini sejalan dengan program prioritas Gubernur Jawa Tengah, khususnya poin pengentasan kemiskinan. Salah satu strategi yang dijalankan adalah ekonomi kreatif, dengan menyasar daerah miskin ekstrem.


Dian menilai perhatian PKK Provinsi sangat nyata, bukan hanya lewat pelatihan, tetapi juga bantuan untuk empat PAUD di Ngargosoko dengan total 132 anak didik.


“Bagi kami, ini bukan hanya bantuan jangka pendek, tetapi investasi sosial jangka panjang untuk membangun generasi yang sehat, cerdas, dan mandiri," katanya.


Ia menambahkan dengan semangat gotong royong dan dukungan lintas pihak, Desa Ngargosoko di lereng Kaliangkrik berpeluang menjadi contoh bagaimana pemberdayaan perempuan bisa menjadi pintu masuk menuju pengentasan kemiskinan sekaligus solusi persoalan lingkungan. Dari desa kecil, perubahan besar itu bisa dimulai.


Bagi warga desa, pelatihan ini membuka wawasan baru. Erni, peserta asal Dusun Jambon, Ngargosoko, mengaku baru pertama kali mengikuti kegiatan seperti ini. Ia belajar membuat aksesoris dari kain perca sekaligus mencoba meracik eco-enzyme. 


"Saya sangat senang ikut pelatihan ini. Ilmunya bermanfaat, dan saya akan coba langsung di rumah," tuturnya.


Kisah Erni menggambarkan semangat banyak perempuan desa yang hadir. Bagi mereka, keterampilan baru tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga memberi harapan untuk menambah penghasilan keluarga di tengah keterbatasan.




Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar