BERITAMAGELANG.ID - Potensi wisata lokal yang ada di desa akhir-akhir ini diminati oleh wisatawan terutama mereka yang rindu dengan suasana alam terbuka.
Kondisi inilah yang ingin dimanfaatkan oleh Pemerintah Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan untuk mengembangkan potensi desanya menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Magelang.
Potensi buah strawberry yang melimpah di desa tersebut tidak disia-siakan oleh Kepala Desa Banyuroto untuk menangkap peluang wisata yang ada.
"Buah strawberry di tempat kami sangat melimpah. Dan peluang itu yang ingin kami manfaatkan sebaik mungkin untuk dapat memberdayakan dan mengangkat perekonomian masyarakat melalui sektor pariwisata," kata Kepala Desa Banyuroto, Yanto saat ditemui di kantornya, Sabtu (29/1).
Menurutnya strawberry yang tumbuh di tempatnya merupakan salah satu kualitas unggul dengan ciri-ciri buah yang relatif besar daripada umumnya, serta rasa yang manis dan tahan terhadap cuaca. Bahkan, waktu panen yang relatif pendek menjadikan strawberry dari Desa Banyuroto disebut-sebut sangat mampu meningkatkan perekonomian masyarakat petani strawberry.
"Ini (Strawberry) termasuk kualitas unggul. Karena tidak mengenal musim. Mau kemarau ataupun hujan buah tetap melimpah," ungkapnya.
Melihat potensi itu, Yanto menggandeng seluruh kelompok masyarakat untuk dapat membudidayakan strawberry. Ia berharap Desa Banyuroto dapat menjadi sentra strawberry di Kabupaten Magelang.
"Salah satu yang kita berdayakan adalah di taman strawberry Inggit 3 Desa Banyuroto. Letaknya persis di belakang Balai Desa Banyuroto. Itu kami gunakan tanah desa untuk lahannya dan warga masyarakat yang mengelola," lanjut Yanto.
Dirinya berharap, potensi Strawberry di Desa Banyuroto dapat lebih dikenal dalam dunia pariwisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, di samping potensi-potensi lain yang dimiliki.
"Selain strawberry, juga ada potensi pendakian Gunung Merbabu, seni budaya, komoditas sayuran dan masih banyak lagi," katanya.
Di saat yang sama, salah satu warga pengelola Taman Strawberry Inggit 3, Rochmad, mengatakan lahan untuk pembudidayaan strawberry yang berasal dari tanah desa saat ini baru seluas 0,6 hektar.
"Lahan desa yang kami gunakan baru seluas 0,6 hektar. Itu dapat menampung sebanyak 7.000 polybag. Untuk masing-masing polybag terdapat 4 pohon strawberry," katanya.
Dirinya menjelaskan salah satu kendala yang dihadapi ketika menanam strawberry adalah cuaca mendung dan berkabut. Menurut Rochmad, cuaca mendung menjadikan strawberry yang tidak memiliki kulit tersebut lembab sehingga rawan jamur.
"Namun yang kami tanam ini (strawberry) memiliki kualitas unggul. Jadi tahan terhadap cuaca mendung dan kabut. Meskipun ada jamur namun hanya beberapa. Berbeda dengan strawberry pada umumnya," jelasnya.
Rochmad mengaku diuntungkan dengan jarak dari Taman Strawberry Inggit 3 ke BPOW Ketep Pass yang tidak terlalu jauh. Menurutnya, dengan jarak yang dekat itu wisatawan banyak berkunjung ke tempatnya.
"Kami juga melayani petik strawberry. Per ons untuk hari biasa seharga Rp10.000. Namun, ketika weekend dan hari libur mencapai Rp15.000 per ons. Untuk tiket masuk di tempat kami Rp5.000," jelasnya.
Dirinya mengatakan kerja sama pembudidayaan strawberry dengan Pemdes Banyuroto membuka peluang baru untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor pariwisata.
"Strawberry yang melimpah ini juga kami buat dalam bentuk manisan maupun olahan lainnya. Masih ada rencana ke depan yang ingin dikembangkan di sini, kerja sama dengan Pemdes. Termasuk gazebo, pendopo dan memperluas lahan," lanjutnya.
0 Komentar