Ribuan Wisatawan Kunjungi Semarak Pasar Kebon Watu Gede Magelang

Dilihat 2479 kali
Ribuan wisatawan kunjungi Semarak Pasar Kebon Watu Gede Dusun Jetak, Desa Sidorejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (28/10).

BERITAMAGELANG.ID - Ribuan wisatawan memadati 'Semarak Pasar Kebon Watu Gede' yang digelar Generasi Pesona Indonesia (GenPi) Jawa Tengah, Minggu (28/10). Pasar di bawah rimbun pohon bambu di Dusun Jetak, Desa Sidorejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tersebut menyajikan aneka kuliner tradisional kuno alias tempo dulu.

Ketua GenPi Jawa Tengah Shafik Pelotoh mengatakan 'Semarak Pasar Kebon Watu Gede' ini merupakan salah satu upaya GenPi Magelang dalam memunculkan destinasi baru pariwisata di Magelang selain Candi Borobudur.

"GenPi mengangkat Pasar Kebon Watu Gede ini tingkatnya ke nasional dan sudah masuk dalam detinasi digitalisasi yang digagas oleh Kemenpar (Kementerian Pariwisata)," kata Shafik di sela acara.

Menurutnya, selain kegiatan aktivitas kreatif berupa pendampingan di lapangan, GenPi juga fokus pada upaya membranding sebuah destinasi ke digitalisasi.

"GenPi bergerak di media online dengan berbagai platform media sosial. Pariwisata sebagai trending topic, bukan politik, tapi memunculkan lokal wisdom masyarakat," tambahnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Magelang, Iwan Sutiarso, S.Sos. mengatakan, berdasarkan data Kementerian Pariwisata, saat ini ada 100 Pasar Digital. Artinya, pasar tersebut tumbuh karena promosi melalui media sosial.

"Jadi ramainya pasar ini juga tidak lepas dari peran sosial media yang membantu memviralkannya, sehingga masyarakat tahu dan berkunjung ke pasar tersebut," ungkap Iwan.

Selain Pasar Kebon Watu Gede, tambah Iwan, masih ada sejumlah pasar lain yang tak kalah unik di Kabupaten Magelang. Keberadaan pasar tersebut digagas oleh para pemuda setempat dengan tema yang kreatif dan punya inovasi untuk melihat peluang pasar yang begitu besar.

"Dan pasar ini pun sudah muncul di beberapa tempat di Kabupaten Magelang, seperti di Banyubiru Gunung Gono juga sudah mulai ada. Pasar-pasar ini juga memiliki keunikan tersendiri, dimana pada pasar ini mungkin hanya digelar dua minggu sekali dengan menjajakan makanan tradisonal, seperti jenang, kluban atau gudangan, jamu, dan lain sebagainya. Sehingga banyak masyarakat dari kota lain yang tertarik untuk mampir," papar Iwan.

Iwan berharap, dengan adanya pasar-pasar digital tersebut, juga dapat mendongkrak angka wisatawan yang akan berkunjung di wilayah Kabupaten Magelang, baik wisatawan lokal, maupun mancanegara.

Sesuai data Disparpora Kabupaten Magelang tahun 2017, jumlah wisatawan yang berkunjung ke sini tercatat kurang lebih sebanyak 5 juta wisatawan. Sedangkan Oktober ini, tercatat 4 juta wisatawan dengan target sebanyak 6 juta wisatawan yang datang di Kabupaten Magelang.


Keping mata uang 'Benggol' sebagai alat transaksi di Pasar Kebon Watu Gede

Keunikan lain dari pasar wisata ini adalah lokasi pasar berada di antara pemukiman warga dan hutan bambu. Proses transaksi juga unik yakni mewajibkan wisatawan menggunakan alat tukar kuno 'Benggol' yang merupakan mata uang di zaman penjajahan Belanda. Satu mata uang Benggol setara dengan Rp. 2.000,-.

"Kita memanfaatkan lahan kosong, mengusung konsep tradisional karena minat masyarakat saat ini lebih senang kembali ke alam atau back to nature," ungkap Fathur Pengurus Kebon Watu Gede.

Berbeda dengan pasar konvensional pada umumnya, pasar Kebon Watu Gede ini hanya buka pada Minggu Legi dan Pahing. Meski hanya digelar sesuai penanggalan Jawa yang berlangsung setiap 35 hari, keberadaan Pasar Kebon Watu Gede selalu ramai dikunjungi wisatawan.

"Manfaatnya pasar ini kami buka untuk mendongkrak ekonomi masyarakat karena semua lini dari semua lapisan terlibat. Omsetnya mencapai kisaran Rp. 100 juta sekali buka," pungkasnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar