Sambut Masa Puasa Pra Paskah, Umat Katolik Adakan Perayaan Rabu Abu

Dilihat 1022 kali

BERITAMAGELANG.ID - Menyambut masa puasa pra paskah, umat Katolik Kecamatan Ngablak dan Pakis mengadakan perayaan Rabu Abu, Selasa (4/3/2025). Perayaan Rabu Abu ini sebagai tanda pertobatan dan awal dari perjalanan spiritual menuju hari raya Paskah.


Dalam perayaan Rabu Abu tahun 2025, Gereja Santo Petrus dan Paulus Ngablak dipadati jemaat yang datang dari berbagai wilayah di Kecamatan Ngablak, Pakis, dan ada juga yang datang dari Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.


Dalam khotbahnya, Romo Stefanus Koko memaparkan bahwa Rabu Abu adalah awal masa pra paskah, yaitu periode 40 hari sebelum paskah. Masa ini menjadi waktu khusus bagi umat Katolik untuk melakukan refleksi, bertobat, puasa, dan mempersiapkan diri secara spiritual dalam menyambut hari raya paskah.


Perayaan ini ditandai dengan upacara penerimaan abu, di mana abu dioleskan di dahi dalam bentuk tanda salib sebagai simbol pertobatan dan refleksi spiritual menjelang Paskah. Abu yang digunakan berasal dari pembakaran daun palma yang sebelumnya dipakai dalam perayaan Minggu Palma. Abu tersebut melambangkan kefanaan manusia serta ajakan untuk kembali kepada Tuhan.


Saat penerimaan abu, Romo akan mengucapkan kalimat "Bertobatlah dan ingatlah bahwa engkau adalah debu, dan engkau akan kembali menjadi debu". Kalimat ini mengingatkan umat bahwa hidup di dunia bersifat sementara, dan penting untuk selalu memperbaiki diri.


"Selain penerimaan abu, umat Katolik juga diajak untuk menjalankan praktik-praktik rohani selama masa pra paskah, seperti berpuasa, berpantang, berdoa lebih tekun, serta berbagi dengan sesama melalui sedekah dan perbuatan baik," kata Romo Stefanus Koko lebih lanjut.


Agustina Sudarmi, salah seorang umat di Gereja Santo Petrus dan Paulus Ngablak mengatakan bahwa perayaan Rabu Abu mengingatkan kita akan kefanaan tubuh ragawi manusia dan sekaligus ketergantungan kita sebagai manusia kepada Tuhan, dan menjadi ajakan untuk hidup dalam pertobatan.


"Manusia yang seringkali jatuh dalam dosa diundang untuk bertobat terus menerus, dan berani memperbaiki diri di hadapan Tuhan," jelasnya.


Andiria Elviana, seorang umat katolik asal Dusun Merapisari Ngablak, memaparkan bahwa masa pra paskah menjadi saat yang khusus.


"Semacam retret agung bagi kita dalam mewujudkan kehendak untuk bertobat dengan melakukan doa, puasa dan amal kasih," paparnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar