Festival Kesenian Tradisional RBG Di Ketep Pass

Dilihat 1076 kali
Festifal Kesenian Tradisional tahun 2024, Rampak Buto Gedruk (RBG) di OW Ketep Pass

BERITAMAGELANG.ID-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang menurut rencana akan menyelenggarakan Festifal Kesenian Tradisional tahun 2024, Rampak Buto Gedruk (RBG). 


Festival yang akan diselenggarakan di Daya Tarik Wisata (DTW) Ketep Pass Sawangan Kabupaten Magelang pada hari Rabu (24 Juli 2024) mulai dari jam 08.00 WIB sampai dengan selesai. Demikian diungkapkan oleh Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, Mantep, S.Pd. MM.Pd pada hari Sabtu (20 Juli 2024 ).


"Festival kesenian ini sesungguhnya merupakan event tahunan. Hanya saja kesenian yang difestivalkan berbeda tiap tahunnya. Saat ini kita memilih RBG untuk difestivalkan," jelasnya.


Kabid Kebudayaan menjelaskan  festival diselenggarakan dalam rangka memupuk, membina dan melestarikan kesenian rakyat Kabupaten Magelang agar bisa dikenal pada skup yang lebih luas.


"RBG difestivalkan karena merupakan kesenian yang baik perkembangannya serta merata di wilayah Kabupaten Magelang," tuturnya.


Dijelaskan bahwa festival ini akan diikuti oleh 21 kelompok kesenian yang berasal dari  tiap tiap kecamatan se Kabupaten Magelang. "Kita sesuaikan dengan anggaran yang ada saja," tutur Mantep.


RBG merupakan kesenian yang berasal dari lereng Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Magelang dan kini telah berkembang luas di luar Kabupaten Magelang terutama  daerah  Jawa Tengah dan DIY.


Dalam tari RBG para penari berdandan ala monster raksasa sehingga terkesan seram dan menakutkan.


Sesuai dengan namanya Rampak Buto Gedruk yang mempunyai arti para buto atau raksasa yang menghentakkan kaki bersama sama, para penari menari dengan gerakan tangan dan kaki yang kompak menghentak hentak memberi kesan para raksasa yang sedang marah karena perilaku semena mena manusia yang seenaknya merusak alam. Kemarahan terhadap berbagai perilaku merusak alam, seperti alih fungsi lahan konservasi menjadi lahan pertanian, permukiman dan penggunaan pestisida yang berlebihan.


Tarian ini, meskipun terkesan mengeksploitasi kemarahan raksasa, pertunjukan tari ini selalu menyedot masa berdatangan untuk menonton.


Tak sekedar hiburan semata, namun kemarahan Buto atau raksasa menjadi sebuah pembelajaran agar masyarakat peduli dan menjaga alam. Kalau tidak, raksasa akan marah.


Biasanya sebelum Tari RBG digelar, para pemangku adat akan melakukan ritual. Doa dan sesajen dipersembahkan agar penari punya stamina lebih dan gerakan tariannya lebih kuat. Gerakan lebih lincah seperti raksasa. Pementasan tarian ini biasanya berlangsung selama 45 menit. Sesungguhnya, tari ini dicipta karena terinspirasi dari cerita raja raksasa,  yaitu Prabu Baka. Dalam Babad Tanah Jawa, raja raksasa itu digambarkan sebagai raja yang suka mengumbar kemarahan.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar