BERITAMAGELANG. ID - Bikkhu Y.M. Jinadhamm Mahathera dinobatkan menjadi Kebhikkhuan Tertua di Indonesia atas dedikasinya selama 50 tahun mengajarkan Dharma kepada umat Buddha. Sebagai wujud penghormatan Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI), Sangha Agung Indonesia menggelar prosesi syukuran Masawasa ke 50 atau setengah abad bagi Mahanayaka Shanghakuni Indonesia yaitu Bhante Jinadharmo Mhathera atau akrab dipanggil Eyang Jinadhammo.Â
Prosesi syukuran emas Kebbhikkhuan itu digelar di Taman Lumbini Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Sabtu (23/11/2019).
Pengarah Panitia Bhante Y.M Thanavaro mengatakan acara ini sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan beliau dari Organisasi Sangha Indonesia yang merupakan bagian keluarga Bhudayana Indonesia. Â
"Ini juga sebagai sebuah berkah yang tak terhingga, karena ada salah satu dari sesepuh kami yang mencapai 50 warsa," kata Bhante Y.M Thanavaro Mahathera di sela acara.
Eyang Jinadhammo mengawali pengabdian menjadi calon bhikkhu (Samanera) dan kemudian ditasbihkan menjadi Bhikkhu di hari Waisak 08 Mei 1970 di pelataran Candi Borobudur. Pada saat itu ditabish lima orang, namun hingga saat ini, hanya Eyang Jinadhammo yang masih ada di usia 75 tahun.
"Jadi beliau ini adalah satu satunya yang masih menjadi Bhikku sampai sekarang, sejak hari itu," ujarnya.
Â
Di kalangan umat Budha, Eyang Jinadhammo begitu dikagumi, bukan saja karena kesederhaan hidupnya, tapi juga keteguhan prinsipnya, dan disiplin dalam tata susila (vinaya). Eyang Jinadhammo juga dikenal sebagai tokoh sektarian, walaupun berjubah Theravadha, tetapi dia juga mengayomi semua tradisi yang ada dari agama Budha seperti Sangha Mahayan dan Tantrayana.Â
Kepribadian bersahaja itu menginspirasi umat Budha Indonesia yang majemuk, datang dari berbagai budaya dan kultur yang berbeda. Kemajemukan itu, lanjutnya, diakomodir dalam Sangha Agung Indonesia yang di dalamnya bernaung Sangha Nayaka Mahayana, Tantrayana atau Wajrayana, Nayaka Theravada, dan Naika Bhikkhuni.Â
Sebanyak 150 bhikkhu dan bhikkhuni dari Sangha Agung Indonesia serta 4.000 umat Buddha yang diantaranya dari sejumlah negara hadir dalam syukuran Masawarsa ini.Â
"Jumlah yang hadir diperkirakan mencapai 4.000 lebih umat Budha yang datang dari seluruh nusantara," imbuhnya.Â
Sementara itu, Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI, Caliadi, mengungkapkan, semangat perjuangan dan pengabdian Eyang Jinadhammo yang tinggi tentu memberikan sumbangsih terbaik bagi Nusa Bangsa dan Negara dalam upaya mengembangkan Gunadharma di persada tanah air tercinta.
Di masa kebhikkhuan yang mencapai usia keemasan ini, beliau telah mendapat berbagai anugerah penghargaan dari luar negeri atas dedikasinya dalam pembinaan Dharma untuk umat Buddha di Indonesia, diantaranya Phra Khru Buddhadhammaprakat pada 08 Januari 2013 dari pemerintah Thailand, Aggamaha Saddhamma Jotikkadhaja pada 26 Maret 2013 dari pemerintah Myanmar, Choukun Phra Videsadhammaââ¬â¢aana pada 05 Desember 2016 dari pemerintah Thailand.
Lebih lanjut Caliadi mengungkapkan, Eyang Jinadhammo adalah satu-satunya Bhikkhu asal Indonesia yang mendapat sejumlah anugerah gelar dari kerajaan Thailand di antara 500an Bikhhu dari berbagai Sangha seluruh dunia atas jasa prestasi pengabdian dalam mengembangkan Budha Gunadharma.
"Maka sudah sepatutnya kita memberikan penghargaan dan mengapresiasi atas dedikasinya yang tinggi, Masawarsa yang identik dengan masa waktu pelatihan diri yang telah dijalani seorang yang meninggalkan kehidupan rumah tangga menjadi Bikhhu," ungkap Caliadi.
Selain berterima kasih ia juga mengajak kepada seluruh umat Budha untuk senantiasa bersyukur apa yang telah dicapai dan berdamai dengan diri sendiri sehingga mampu berdamai dengan orang lain dan masyarakat pada umumnya.Â
Rangkaian syukuran 50 Tahun Eyang Jinadhammo itu juga digelar penganugerahan penghargaan Sasana Abhiraksita dari Sangha Agung Indonesia kepada 50 Pandita Buddhayana dari berbagai provinsi di Indonesia. Penghargaan itu sebagai apresiasi atas dedikasi hidupnya membantu Sangha Agung Indonesia dalam pelayanan dan pembinaan Dharma umat Buddha di Indonesia. Sedangkan sebagai puncak acara adalah pagelaran wayang kulit semalam suntuk di pelataran candi Borobudur oleh Dalang Ki Anom Suroto.
1 Komentar