BERITAMAGELANG.ID - Kesenian Soreng "Cingan" yang dimainkan para bidan dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Magelang, tampil memukau di ajang Porseni IpeKB (Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana) yang berlangsung di GOR Samapta Kota Magelang, Rabu (23/7).
Penampilan para bidan yang enerjik, cantik dan rancak ini mampu membuat penonton terus menerus bertepuk tangan, termasuk Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sekaligus Kepala BKKBN, Wihaji.
Soreng merupakan tarian tradisional Jawa yang berasal dari lereng Gunung Merbabu dan Gunung Andong di Kabupaten Magelang. Tarian ini menggambarkan kisah keprajuritan, khususnya kisah Adipati Arya Penangsang dari Kadipaten Jipang Panolan. Tari Soreng juga dikenal sebagai tari prajuritan yang menceritakan tentang latihan perang para prajurit.
Biasanya, tari Soreng dimainkan oleh kaum laki-laki. Namun dalam ajang Porseni IpeKB, mereka yang menari merupakan bidan yang sehari-hari bertugas melayani masyarakat bidang Kesehatan.
Karena tarian ini ditampilkan di depan ribuan penyuluh KB, maka tarian ini dikreasikan dengan pesan kebersihan yakni cuci tangan. Sehingga tercipta tarian Soreng 'Cingan" atau cuci tangan.
Untuk tampil di porseni IpeKB, mereka latihan beberapa kali dengan pelatih Handoko dari sanggar Dom Sunthil Warangan Pakis, lereng Gunung Merbabu.
Handoko mengatakan, tari Soreng Cingan ini merupakan kreasi dari ibu-ibu bidan sendiri.
"Jadi para bidan ini ingin dalam tari Soreng juga menampilkan gerakan cuci tangan," kata Ndoko, panggilan akrabnya.
Menurutnya, tari Soreng Cingan ini sudah diciptakan cukup lama dan sering ditampilkan di beberapa kota, seperti Semarang dan Jakarta serta kota-kota lainnya.
"Banyak yang minta agar tari Soreng ini tampil di banyak acara di luar kota," tuturnya.
Handoko mengatakan, dipilihnya tari Soreng yang dikolaborasikan dengan edukasi cuci tangan, karena tarian ini merupakan ciri khas dari Magelang khususnya lereng Gunung Merbabu dan Andong.
Sedangkan untuk tampil di ajang poserseni IpeKB ini, hanya dibutuhkan dua kali latihan.
"Jadi kita ambil pas gerakan sembahan itu dengan gerakan cuci tangan, dengan maksud menyampaikan pesan bahwa cuci tangan sangat penting untuk kesehatan," ujarnya.
Handoko menuturkan, untuk melatih para ibu-ibu bidan, memang dibutuhkan kesabaran. Karena ada yang sudah langsung bisa namun ada juga yang harus berlatih berkali-kali.
"Kadang pelatihnya yang harus manut sama ibu-ibu. Banyak yang komen dan inginnya memakai gerakan yang mudah-mudah. Kalau sudah begini saya harus menyesuaikan, yang penting gerakan dan musiknya masuk," katanya sambal tertawa.
Yuni, salah satu penari mengatakan, dirinya merasa bangga karena tari Soreng Cingan yang ditampilkan disambut antusias para tamu undangan dan peserta Porseni.
"Senang menjadi salah satu bagian dari penari yang menampilkan tari Soreng," katanya.
Yuni yang merupakan bidan dari desa Warangan Pakis mengaku beberapa kali latihan tari ini.
"Kendalanya soal waktu untuk latihan, kadang ada yang sempat kadang juga ada yang tidak," ucapnya.
Ia senang karena melalui tari ini, selain bisa menghibur juga memberikan sosialisasi tentang kesehatan, khususnya cuci tangan.
0 Komentar