Tanam Kopi, Desa Sambak Raih Penghargaan Proklim Lestari

Dilihat 1475 kali

BERITAMAGELANG.ID - Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang menyimpan potensi kopi yang luar biasa. Selain meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, kopi di Sambak juga berperan melestarikan konservasi alam. 


Kepala Desa Sambak, Dahlan, menjadi penggerak masyarakat untuk menanam kopi yang diberi nama Potorono. Ia juga mengantarkan Desa Sambak meraih penghargaan nasional Proklim Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena telah berhasil memelihara kelestarian alam, salah satunya dengan menanam kopi.


Desa Sambak yang terletak di kaki Gunung Sumbing ini memperoleh penghargaan sebagai Desa Program Kampung Iklim (Proklim) Lestari tingkat Nasional pada 18 Oktober 2021. 


Selama 4 tahun berturut-turut Sambak patut disebut sebagai Desa Proklim karena keberhasilannya dalam memberikan pengakuan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, terbukti dengan diperolehnya tropi dan piagam Proklim Utama hingga Proklim Lestari.


Sambak mampu memanfaatkan potensi desanya dengan menanam dan membudidayakan tanaman kopi serta memanfaatkan limbah tahu menjadi biogas pengganti LPG yang saat ini mengalami kelangkaan.


"Awal saya dilantik menjadi Kades, Juli 2007, saya yang merupakan pendatang waktu itu bingung harus memulai dari mana, saya berpikir bagaimana untuk membangun SDM, makanya saya ajak untuk meningkatkan ekonomi warga ini dengan cara membuat program Kopinisasi Rakyat," ujar Dahlan.


Potensi Lahan di Sambak




Di Sambak sendiri terdapat lahan tanah kering atau hutan rakyat yang dimiliki warga Sambak sendiri, serta terdapat pangkuan hutan milik negara seluas kurang lebih 66 hektar.


Sambak bersama LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) melakukan koordinasi dengan pihak Perhutani untuk memanfaatkan lahan yang ada di Sambak dengan tetap mejaga ekosistem dan kelestarian hutan.


"Kami bersama lembaga yang menangani Perhutani, LMDH, berkoordinasi ke pihak Perhutani bagaimana jika lahan yang ada di Sambak ini kita manfaatkan dengan PLDT (Pemanfaatan Lahan di Bawah Tegalan) dengan tidak merusak hutan, hutan tetap lestari, dan masyarakat tetap sejahtera. Kemudian saya meminta izin untuk menanam kopi. Ternyata dari pihak Perhutani sangat membolehkan," jelasnya.


Selanjutnya Dahlan bersama kelompok tani waktu itu melakukan sosialiasasi budi daya kopi dengan Distanbunhut Kabupaten Magelang. Mulai 2009, semua program dari Distanbunhut mengenai penanaman dan budi daya tanaman kopi diserahkan ke Desa Sambak.


"Setiap tahun saya selalu menganggarkan untuk peningkatan SDM, dengan aggaran ADD (Alokasi Dana Desa) dalam hal budi daya kopi, mengundang dinas dan praktisi, tujuannya agar masyarakat bergairah untuk menanam kopi," terangnya.


Usaha pelestarian tanaman kopi di Desa Sambak ini selain bernilai ekonomi tinggi juga dapat bernilai ekologi karena kopi merupakan tanaman konservasi. Akar tanaman kopi yang terlalu menyebar dan berserabut dapat mencengkeram tanah. Meskipun kopi ditanam di tepian, tanah tersebut akan semakin kuat dan tidak akan mudah terkikis. Selain itu tanaman kopi dapat menghambat kelongsoran, serta sumber mata air tetap lestari.


Perjalanan Desa Sambak Raih Penghargaan Proklim Lestari


Hingga pada 2017, Sambak mendapatkan tropi dan piagam Proklim Utama. Dahlan mewakili Desa Sambak menerima penghargaan di Jakarta, bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Magelang. Kesempatan itu Dahlan gunakan dengan mengajukan proposal ke Kementerian Lingkungan Hidup, untuk memperoleh digester dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dari KLHK.


Tidak puas dengan itu, pada 2019, Dahlan menganggarkan dari Dana Desa untuk pembuatan digester dan IPAL. Baru di 2021, Sambak mendapatkan bantuan dari ISDN 2 digester. Jadi di Sambak sudah ada 5 digester untuk pengelolaam limbah tahu menjadi biogas.


Hingga keberhasilan Desa Sambak dibuktikan lagi pada 19 Oktober 2021 mendapatkan lagi penghargaan Proklim Lestari dari Kementerian LHK. Sambak bersama tujuh daerah penerima Proklim, yakni Boyolali, Surabaya, Blitar, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan terdapat dua daerah.


Keberhasilan Desa Sambak dalam mendapatkan penghargaan Proklim Utama ke Proklim Lestari dilatarbelakangi oleh program berkelanjautan yang dilakukan. Kegiatan penanaman kopi merupakan kegiatan berkesinambungan dan memenuhi kriteria penilaian Proklim. 


Tidak hanya itu, Sambak yang selalu dihadapkan dengan masalah limbah tahu, pada 2014, berhasil melakukan pengelolaan limbah tahu menjadi biogas dengan direalisasikan oleh DLHK Provinsi Jawa Tengah berbentuk pemberian digester dan IPAL di Desa Sambak. Sehingga menambah lagi daftar kriteria Sambak layak sebagai desa proklim. 


"Pengguna biogas sekarang sudah kurang lebih 65 kepala keluarga, sudah tidak menggunakan LPG. Satu bulan hanya 15 ribu 24 jam," ungkapnya.


Sambak berkontribusi membuat nama harum Kabupaten Magelang tidak hanya melalui Proklim, namun dibuktikan dengan penghargaan Kalpataru tingkat nasional dan Kampung Literasi pada 2016 dan 2018. Serta di 2019 Sambak menyandang sebagai Desa Mandiri Energi.


Target 29 Desa di Kajoran Raih Proklim Pada 2023


Dahlan mengungkapkan bahwa tidak mudah untuk mencapai semua ini, terdapat perjalanan panjang dan berliku hingga desanya dapat memperoleh penghargaan Proklim ini.


"Itu saja tidak seperti membalikkan telapak tangan, lika-likunya panjang banyak sekali. Sampai saya itu agar masyarakat mau menanam dan mengembangkan kopi, saya mensuplai entres untuk menyambung kopi, kita ambil dari Temanggung, saya berikan secara cuma-cuma," ungkapnya.


Dahlan berharap, 29 desa di Kecamatan Kajoran pada 2023 menyandang penghargaan Desa Proklim.


"Apa yang kami lakukan itu apa yang ada. Meskipun kami sudah mendapatkan Proklim Lestari, kami tidak akan berhenti di sini, untuk membina dan mendampingi desa-desa di Kecamatan Kajoran, karena pak Camat dulu sudah komitmen, 29 desa di Kecamatan Kajoran paling lambat tahun 2023 harus sudah menjadi desa Proklim semua," imbuhnya.


Tidak hanya melalui penanaman kopi, Proklim dapat diperoleh dengan cara lain yang dapat dilakukan oleh tiap desa.


"Proklim tidak harus menanam kopi, penilaian Proklim banyak, tentang pengelolaan sampah, pemanfaatan halaman. Proklim sebenarnya tidak membuat kegiatan baru, justru merangkum semua kegiatan yang ada di masyarakat tentang kegiatan mitigasi maupun adaptasi," jelasnya.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar