Toko Oleh-oleh Nyonya Pang di Muntilan, Sudah Eksis Sejak 1912

Dilihat 1375 kali
Toko oleh-oleh Nyonya Pang yang ada di Jalan Pemuda, Muntilan kerap diburu masyarakat. Baik dari dalam maupun luar Magelang.
BERITAMAGELANG-Saat menyusuri Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, ada satu toko oleh-oleh yang keberadaannya sudah lebih dari satu abad. Toko itu bernama Nyonya Pang. Terletak di Jalan Pemuda Nomor 71, Muntilan. Alih-alih gulung tikar seperti kebanyakan toko lain, toko Nyonya Pang tetap eksis meski sudah berdiri sejak 1912.

Bahkan, banyak masyarakat dari luar daerah yang sengaja mampir untuk membeli oleh-oleh di toko tersebut. Terlebih, toko ini tidak hanya menjajakan produk buatannya sendiri. Justru lebih dari separuh produknya merupakan buatan para pelaku usaha di sekitar toko. Toko Nyonya Pang memang tidak menutup diri untuk menerima produk lain.

Menariknya, toko ini sudah dikelola dan bertahan hingga generasi keenam. Padahal biasanya hanya sampai pada generasi kedua atau ketiga. Konsep "penitipan" itu disinyalir menjadi satu alasan mengapa toko Nyonya Pang hingga saat ini masih eksis dan diburu pelanggan. Apalagi setelah nama tokonya disebut dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala.

Sebab, Ratih mendeskripsikan Kota M dengan menyebut suasana jalan dan "Wajik Ny. Pang". Mengingat toko itu memang hanya satu-satunya di Muntilan. Sejak saat itu, toko Nyonya Pang semakin dikenal. Banyak masyarakat yang mulai penasaran dengan toko itu. Mereka pun berdatangan dan memburu aneka jajanan serta kue legendaris di sana.

Imanuel Jeffrey Leevianto, generasi keenam ini menceritakan, pada 1912 lalu, Nyonya Lauw Kie Pang hanya menjajakan jenang dodol sesuai pesanan. Pasalnya, tradisi hajatan pernikahan, perayaan kelahiran anak, hingga upacara kematian memang sering menyuguhkan jenang dodol sebagai kudapannya.

Lama-kelamaan, dia banjir pesanan. Nyonya Pang memutuskan untuk menjual jenang dodol dengan berkeliling menggunakan tenong bambu di Muntilan. Banyak masyarakat yang menyukai jenang dodol buatannya. Lalu, sekitar tahun 1950-an, Nyonya Pang baru membangun tokonya. Toko itu pun semakin laris.

Setelah Nyonya Pang meninggal dunia, usaha itu dilanjutkan oleh menantunya, Nyonya Lauw In Tjo. Toko itu terus berkembang dan diteruskan oleh kedua anaknya, Tuan Lauw Goen Thae dan Nyonya Lauw Djioe Nio. Kemudian, dilanjutkan lagi oleh Nyonya Tan Er Tien. Lalu, dipegang oleh Nyonya Lauw Hian Ay. Barulah dilanjutkan oleh Jeffrey.

Setiap generasi pun, mempunyai inovasi tersendiri untuk mengembangkan toko Nyonya Pang. Setelah jenang dodol yang dibuat oleh Nyonya Pang, generasi selanjutnya menambah produk baru berupa wajik, krasikan, kue lapis, tape ketan, dan lainnya. "Pokonya setiap generasi nambah produk baru. Sampai sekarang, produknya sudah banyak," jelasnya.

Selain menjajakan produk buatannya sendiri, toko Nyonya Pang juga menerima produk lain dari pelaku usaha di sekitar tokonya. Konsep itu, kata dia, memang sudah diterapkan sejak dulu dan bertahan hingga sekarang. Semua pelaku usaha diajak berkembang bersama. Apalagi mereka juga memiliki hak untuk menuai keuntungan. 

Sejak Jeffrey memegang penuh toko Nyonya Pang, dia getol untuk mengembangkan usaha keluarga itu. Menurutnya, usaha turun-temurun tersebut wajib dilestarikan dan dikembangkan. Agar keberadaannya tidak tergeser oleh toko-toko modern lainnya. Mengingat di toko itu, masih ada sejumlah produk yang dinilai sebagai panganan lawas.

Hingga saat ini, toko tersebut sudah memiliki ratusan produk. Mulai dari panganan lawas hingga modern. Untuk itu, toko yang menjajakan panganan lawas tersebut, juga harus mengikuti perkembangan zaman. Selain melayani secara langsung di toko, Jeffrey juga menerima pesanan produk secara online melalui media sosial toko Nyonya Pang.

Jeffrey menuturkan, setelah serial Gadis Kretek tayang di Netflix, banyak konten creator yang mengulas serial itu. Karena mereka penasaran dengan Kota M yang digunakan sebagai latar dalam serial tersebut. Ditambah dengan penyebutan toko Nyonya Pang di dalam novelnya. "Karena meskipun sekadar (disebut) di novel, tapi sangat berdampak bagi kami," sebutnya.

Hal itu jelas berimbas pada pendapatan yang diperoleh. Bahkan, penjualannya meningkat hingga 50 persen. Jeffrey pun tidak menyangka jika efek dari Gadis Kretek itu, membuat tokonya lebih ramai dibanding biasanya. Lebih-lebih, tidak hanya tokonya saja yang ramai, tapi toko lain di Muntilan juga mendulang keuntungan. Muntilan semakin ramai dan dikenal masyarakat secara luas.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar