Tunggak Semi, Sendratari Sejarah Bandongan

Dilihat 1614 kali

BERITAMAGELAG.ID-TUNGGAK Semi, sebuah drama tari yang bercerita tentang sejarah Bandongan tampil di depan Rektor ISI Yogyakarta, Prof Dr Timbul Raharjo M Hum. Pertunjukan karya seorang dosen pendamping P3WILSEN bernama Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar melibatkan 100 penari desa Bandongan. Pertunjukan digelar di depan Balai Desa Bandongan Selasa (15 agustus 2023)


Sendratari karya Setya itu terdiri dari tiga babak. Babak pertama menggambarkan nama wilayah Bandongan yang merupakan singkatan dari ngemBan nggenDong paNgan. Nama itu menggambarkan suatu wilayah dengan nuansa pertanian yang subur. Pada masa itu para petani di Bandongan masih memuja Dewi Sri sebagai dewi padi.


Babak kedua menggambarkan kedatangan Pangeran Diponegoro yang memberikan pengajian di Dusun Beran Bandongan. Peristiwa itu menggambarkan situasi meluasnya penyebaran Islam.


"Karena itu pada babak kedua, pakaian yang dipakai para penari puteri relatif tertutup. Meski tidak memakai hijab para penari puteri sudah memakai pakaian lengan panjang. Sedangkan pada babak pertama lengan para penari puteri masih terbuka," kata Setya.


Pada babak ketiga, tarian yang dibawakan menggambarkan akulturasi karena datangnya berbagai ragam budaya, kata Satya.


Sambut Tim


Pertunjukan sendratari itu digelar oleh Pemerintah Desa Bandongan dalam rangka menyambut kedatangan Tim Monitoring dan Evaluasi P3WILSEN (Program Pembinaan dan Pengembangan Wilayah Seni) di halaman Balai Desa Bandongan.


Tim Evaluasi dipimpin langsung oleh Rektor ISI didampingi , Purek I, Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn., Perek II, Dr. Dra. Suryati, M.Hum., Purek III, Dr. M. Kholid Arif Rozaq, S.Hut., M.M., Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Dr. I Nyoman Cau Arsana, S.Sn., M.Hum., Pembantu Dekan 1 Fakultas Seni Rupa, Dr. Yuliawan, M.Hum., Pembantu Dekan 1 Fakultas Seni Media Rekam, Dr. Edial Rusli, M.Sn. dan  Ketua LPM, Dr. Nur Sahid, M.Hum.


Kedatangan Tim Evaluasi disambut oleh Camat Bandongan yang diwakili oleh Sekretaris Kecamatan Bandongan Haryono dan Kepala Desa Bandongan, Sudjono.


Pada kesempatan tersebut, Rektor ISI menyampaikan pujian kinerja P3WILSEN karena hanya dalam waktu dua (2) minggu dapat menghasilkan sendratari yang mempunyai makna yang dalam.


Sebenarnya, hal itu biasa kata Profesor Timbul karena ISI memang bertugas mendidik orang untuk melakukan aransemen dan koreografi.


Selanjutnya dijelaskan bahwa Program P3WILSEN telah dilaksanakan di 30-an wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tim P3 WILSEN di Bandongan dipimpin oleh Satya Radhiyati Kurnia Jatilinuar MSn dan Galih Rakasiswi SSn MA berserta enam Mahasiswa.


Gojeg Bocah


Menurut Setya kegiatan P3WILSEN untuk melaksanakan pembinaan seni akan berlangsung selama satu bulan dari tanggal 27 Juli sampai dengan 27 Agustus 2023 di Desa Bandongan. "Sekarang ini, kegiatan telah berlangsung selama dua minggu," jelasnya.


Beberapa jenis seni yang saat ini dalam pembinaan ISI antara lain, soreng, jathilan, gojeg bocah, rebana. "Ada yang mengatakan kesenian gojeg bocah itu sudah punah. Tapi sebenarnya masih dimainkan di Wonolelo. Gojeg bocah ini merupakan salah satu jenis kesenian yang masuk dalam pembinaan kami," ungkap Setya.


Lebih jauh Setya menjelaskan bahwa P3 WILSEN menjadi wahana kerja kolaboratif antara dosen, mahasiswa, dan masyarakat dalam upaya melestarikan dan mengembangkan potensi kesenian lokal. Kegiatan ini merupakan bentuk penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi civitas ISI Yogyakarta dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar