Tradisi Merti Desa Ziarah Kampung Lama Borobudur

Dilihat 2131 kali
Tradisi Merti Desa Warga Candi Borobudur Kabupaten Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Mungkin tidak banyak yang tahu jika kawasan Candi Borobudur dahulu merupakan pemukiman warga.


Tlatah Bhumi Shambara itu, demikian dikatakan tokoh Desa Borobudur Maladi, menyimpan sejarah bagi warga Borobudur.


"Sekitar zona satu Candi Borobudur dahulu rumah penduduk," kata Maladi di sela prosesi adat Merti Bumi Borobudur, Sabtu (26/10/2019).


Untuk menghargai sejarah itu, warga setiap tahun menggelar tradisi Merti Desa mengeliling Candi Borobudur. Dalam tradisi itu warga mengenakan busana Jawa berjalan kaki sambil membawa tumpeng gunungan hasil bumi.


Pada titik tertentu, warga memanjatkan doa dipimpin tokoh masyarakat. Beberapa warga kemudian mengambil sedikit tanah sebagai simbol ikatan batin tanah adat dan leluhur.


"Tradisi ini wujud rasa bersyukur, sambil mendatangi tempat-tempat di pelataran Candi Borobudur yang dahulu merupakan dusun kita," lanjut Maladi.


Tradisi Merti Dusun ini membuka kenangan Murjiman, salah satu warga yang masih setia menjaga tanah adat Borobudur. Murjiman bersama keluarganya berpindah rumah dari depan candi ke tempat lain karena itu pemerintah memulai program pengembangan wisata Candi Borobudur.


"Tahun 1975 saya pindah bersama 9 kepala keluarga lain ke tempat sekarang," kenang Murjiman.


Meski dinamika wisata dan tata ruang sekitar Candi Borobudur telah banyak berubah, kakek berusia 84 tahun yang kini tinggal di Desa Borobudur itu ingat benar lokasi bekas rumahnya dahulu berada.


"Rumah saya dulu di sini (sekitar taman Lumbini) ada pohon mangganya," ungkap Mbah Murjiman sambil sesekali jari tangannya mengusap mata.


Hidup terus berjalan, Murjiman bersama warga kawasan Candi Borobudur telah merangkai sejarah. Dengan tradisi Merti Desa Bhumi Sambara ini menjadi ungkapan rasa bersyukur warga Borobudur atas rezeki dari sang Khalik.


"Merti Desa ini melestarikan tradisi, agar generasi penerus tidak lupa asalnya," pesan Mbah Murjiman.


General Manager Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) I Gusti Ketut Ngurah Sedana menyambut baik digelarnya tradisi itu.


“Kita memang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menggelar tradisi tersebut," ungkapnya.


Menurutnya, tradisi ini bahkan bisa menambah daya tarik wisata di Candi Borobudur. Selain itu masyarakat juga bisa mengenang, mendatangi tempat tinggalnya dahulu.


"Ini kearifan lokal yang bisa menarik wisatawan Candi Borobudur," tutur Sedana.


Uniknya dalam tradisi ini digelar prosesi kembulbujono atau makan bersama sebagai wujud kerukunan. Pada momen itu siapa saja boleh bergabung, termasuk wisatawan untuk menikmati hidangan dari gunungan tumpeng yang dibawa warga.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar