BERITAMAGELANG.ID - Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Magelang dalam beberapa bulan terakhir tidak hanya menyebabkan banjir dan tanah longsor, tetapi juga membawa dampak negatif pada sektor perkebunan. Salah satu yang terdampak adalah produksi kopi.
Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Merapi Merbabu Magelang, Istanto, dan beberapa petani mengungkapkan bahwa hujan lebat dan angin kencang sejak awal musim penghujan telah menyebabkan bunga kopi berguguran sebelum sempat berkembang menjadi buah. Akibatnya, hasil panen berkurang.
"Biasanya, buah kopi tumbuh rapat dalam satu tangkai, tetapi sekarang jarang-jarang atau ngrontil dalam istilah petani. Produksi turun drastis," ujar Istanto, warga Truni, Windusari, Minggu (2/2/2025).
Hal serupa diungkap Ketua Kelompok Tani Dadi Makmur Dusun Tukung Desa Ngemplak, Nur Cholis yang mengatakan hujan lebat dan angin kencang tak sekedar membuat bunga kopi rontok tapi juga dahan-dahan patah dan daunnya meranggas.
Sanusi, petani kopi dari Desa Petung memperkirakan dampak negatif cuaca ekstrem tersebut mengakibatkan penurunan produksi kopi mencapai 30 persen. Namun demikian, para petani berpendapat bahwa di tengah berkurangnya hasil panen, harga kopi tetap stabil, walapun sempat mengalami kenaikan selama musim liburan.
"Saat libur panjang kemarin, permintaan kopi meningkat. Beruntung, stok dari panen sebelumnya masih bisa mengisi pasar. Harga kopi jenis ceri bahkan sempat naik hingga Rp15.000 per kilogram," jelas Istanto.
Seperti biasa, musim penghujan menyebabkan orang lebih banyak mengkonsumsi kopi.
"Kalau hujan, hawa dingin akan mendorong orang minum panas seperti kopi. Alhamdulillah harga kopi tetap terjaga," imbuh Sanusi.
Istanto menjelaskan, cuaca ekstrem tak sekedar berpengaruh terhadap menurunnya jumlah produksi. Tetapi juga berpengaruh terhadap menurunnya kualitas kopi.
"Namun hal itu dapat diatasi dengan kecermatan saat melakukan pengolahan," terang Istanto.
Kopi Arabika Merapi Merbabu Magelang selama ini dikenal memiliki cita rasa khas yang membedakannya dari kopi daerah lain. Berdasarkan uji laboratorium dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember, kopi ini masuk dalam kategori speciality grade dengan skor 84,00 hingga 88,50.
Lebih jauh dijelaskannya, meski sertifikasinya berbunyi MPIG Merapi Merbabu, juga berlaku bagi kopi yang diproduksi dari seluruh wilayah Kabupaten Magelang, termasuk wilayah Gunung Sumbing.
"Kopi kami punya profil rasa yang unik, mulai dari karamel, madu, rempah, buah, herbal, kacang, hingga sentuhan cokelat dan vanila. Ini yang membuatnya tetap dicari meskipun hasil panen awal tahun ini menurun," pungkas Istanto.
0 Komentar