Dari Rawa Jadi Destinasi: Embung Cinta di Gumelem Pakis

Dilihat 261 kali
Embung berbentuk hati di Desa Gumelem, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, begitu unik, cantik dan indah, dengan sumber mata air jernih sebagai pengairan dan destinasi wisata baru.

BERITAMAGELANG.ID - Sebuah embung berbentuk hati kini menjadi ikon baru di Desa Gumelem, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Berlokasi di lembah Dusun Tajang, embung unik seluas 260,44 hektare ini dibangun oleh Kementerian PUPR pada tahun 2023 dengan anggaran sebesar Rp18,7 miliar, menyulap lahan rawa menjadi destinasi yang tidak hanya fungsional namun juga estetis.


Kepala Desa Gumelem, Budi Sukirman, saat ditemui di kantornya pada Rabu (28/5/2025), menjelaskan bahwa pembangunan embung ini merupakan aspirasi masyarakat yang disalurkan melalui anggota DPR RI. Embung difungsikan sebagai penampung air untuk mendukung pertanian dan ketahanan pangan warga, sekaligus menjadi ruang rekreasi dan olahraga bagi masyarakat sekitar.


"Embung ini menjadi kebanggaan warga, terutama yang berada di kawasan Gunung Merbabu dan Andong. Warga sering memanfaatkannya untuk rekreasi, olahraga, hingga pertunjukan seni tradisional karena di sini juga dibangun panggung khusus untuk itu," ujar Budi.


Dari ketinggian, embung ini terlihat membentuk simbol hati, dikelilingi perkampungan sekitar 2.000 jiwa dari 560 Kepala Keluarga. Kejernihan sumber air dan pemandangan terasering hijau penuh sayuran di sekelilingnya menambah daya tarik alami embung ini.


Embung Gumelem mulai dibangun pada Mei 2023 dan selesai Desember 2023. Dengan daya tampung mencapai 13.260 meter kubik, embung ini mampu menyuplai air baku sebesar 2 liter per detik serta mengairi lahan pertanian hortikultura warga seluas 260,44 hektare.


Tak hanya bermanfaat secara teknis, embung ini juga berperan penting dalam konservasi air tanah dan telah dilengkapi berbagai fasilitas wisata seperti jogging track melingkar, taman, panggung seni, area parkir luas, mushola, toilet, hingga los kuliner.


Yunita (26), salah satu pengunjung, mengaku datang bersama teman-temannya untuk menikmati keindahan embung cinta di sore hari. 


"Duduk di tepi embung melihat air yang jernih, ikan-ikan yang berenang, dan burung sriti yang terbang rendah menyambar permukaan air, suasananya benar-benar menenangkan dan tidak bisa ditemukan di tempat lain," tuturnya.


Kepala Dusun Tajang, Supriyanto, menambahkan bahwa panggung pertunjukan sering digunakan komunitas seni lokal dari lereng Merbabu untuk pentas kesenian tradisional seperti jathilan, soreng, hingga seni dayakan. Ia juga menyebutkan bahwa embung tidak diperuntukkan bagi pemancingan harian.


"Memancing hanya diizinkan setahun sekali menjelang bulan puasa dalam bentuk lomba berbayar, dengan tarif Rp15.000 per orang. Acara ini selalu dinanti warga," jelas Supriyanto saat mendampingi tim berkeliling embung.


Embung Gumelem kini bukan sekadar infrastruktur pengairan, melainkan telah menjelma menjadi ruang hidup baru yang menyatu dengan alam, budaya, dan masyarakat.



Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar