Dari Ungkapan Cinta, Tempe Kaleng Magelang Tembus Ekspor Lintas Benua
24 Maret 2018 08:23Wahyu HidayatDilihat 4891 kali
Kemasan tempe kaleng Umiyako siap ekspor hasil produksi desa Sucen, Salam, Magelang, Jawa Tengah
BERITAMAGELANG.ID - Berawal dari kenangan, usaha rumahan
tempe kaleng Umiyako produksi keluarga Dirjaya (56) di Desa Sucen Kecamatan
Salam Kabupaten Magelang Jawa Tengah digemari hingga pasar benua Asia, Afrika
dan Eropa.
Dirjaya mengungkapkan, awal ide usaha tempe kaleng Umiyako
berasal dari mimpi sang anak, Kusuma. Saat itu anak saya bilang, ingin sekali
mengenalkan tempe sebagai makanan khas Indonesia ke luar negeri.
"Jangan makanan luar negeri saja yang dikenal di Indonesia," kata Dirjaya menirukan ucapan anaknya.
Pada 2005 silam, bersama sang istri, Astuti (53) dan
anaknya, Kusuma Winata Jati (24), Dirjaya mulai melakukan penelitian membuat
tempe berkualitas, memiliki cita rasa enak, tanpa pengawet, namun daya tahan
lama.
Proses riset agar tempe yang tidak tahan lama ini, lanjut
Dirjaya, agar bisa diekspor butuh waktu bertahun-tahun. Tak hanya soal teknis
pembuatan dan pengawetan tempe, juga soal pangsa pasar.
"Singkat cerita, dihasilkanlah tempe dalam kemasan
kaleng dengan nama Umiyako Javafood. Jadi usaha ini sebenarnya sudah ada sejak
lama. Memang baru mulai terbuka beberapa bulan terakhir," lanjutnya.
Bahan dasar tempe kaleng Umiyako bukan memakai kedelai
impor, melainkan kedelai lokal yang langsung dibeli dari petani di Wonosari,
Pacitan dan Grobogan. Penggunaan kedelai lokal itu untuk memunculkan cita rasa
tempe Indonesia yang kenyal dan padat. Selain itu, Dirjaya berharap dapat
menambah kesejahteraan petani lokal.
"Tempe dari Indonesia terkenal lebih gurih, sehingga
banyak disukai masyaraat luar negeri," sambungnya.
Proses pembuatan tempe kualitas ekspor Umiyako membutuhkan
ketelitian yang tinggi. Selain menggunakan teknologi tinggi, ketepatan waktu
dan kualitas bahan baku tempe ini dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet
ataupun penguat rasa.
Sementara untuk rasa, Dirjaya memakai resep warisan yang
selalu dipakai ibunya, Umiyati. Dahulu, ibu Dirjaya selalu menyediakan tempe
setiap hari.
"Itulah sebabnya ada unsur nama Umiyati di dalam
Umiyako, kepanjangan dari Umiyati Corporation," ujar Dirjaya mengenang sang
ibu.
Selain mempertahankan takaran bumbu, proses pengolahan tempe
kaleng Umiyako juga sangat memperhatikan proses pemasakan, yakni dalam suhu 175
derajat celsius dan tekanan 3 bar, sehingga tempe kaleng Umiyako dapat awet
hingga 15 bulan.
Ada empat varian tempe kaleng Umiyako yang sudah di
patenkan, yakni tempe gurih, kare, bacem dan sari tempe (sirup). Empat Varian
tersebut berhasil menembus pasar ekspor ke Australia, Inggris, Qatar,
Cekoslovakia, Arab Saudi, Suriname dan sebagainya. Permintaan dari
negara-negara itu terus meningkat hingga 100 ribu kaleng.
Kusuma Winata Jati, General Manager Umiyako Javafood
mengatakan, saat ini ada 17 karyawan membantu produksi tempe kaleng Umiyako
serta menggandeng sejumlah koperasi tempe kedelai. Kapasitas produksi masih
terbatas hanya 500 kaleng setiap harinya.
"Kami masih terkendala modal untuk membeli mesin baru
berkapasitas produksi mencapai 200 ribu kaleng. Padahal pesanan dari beberapa
negara terus meningkat," jelas Kusuma.
Kendala lain, menurut Kusuma adalah ketersediaan bahan baku
kedelai lokal masih minim yakni hanya kisaran 50 kilogram saja.
"Kami berharap peran pemerintah bisa hadir. Agar perusahan
kami bisa memenuhi permintaan luar negeri yang terus meningkat," harapnya.
Meski demikian, kerja keras Umiyako berhasil mengangkat
tempe yang identik makanan lokal kelas bawah menjadi makanan berkualitas dunia,
sehat bergizi tinggi tanpa meninggalkan cita rasa tradisionalnya.
"Ke depan kami akan memproduksi tempe crispy, dengan
membuka gerai Rumah Tempe di sejumlah kota besar, agar masyarakat Indonesia lebih
gemar makan tempe", pungkasnya.
Editor Fany Rachma
1 Komentar
Hendrikus Priharso25 Maret 2018 22:16
Sudah terlambat jika saat ini kita baru bangga dan mencintai produk dalam negeri. Selama ini kita bangga bisa memakai produk luar. Saatnya kita sekarang bangga hasil karya bangsa sendiri.
1 Komentar