Jemunak, Takjil Ramadan Khas Gunungpring Muntilan

Dilihat 272 kali
Kasmirah tampak membungkus adonan jemunak di rumahnya. Dia bersama kakaknya, Poningsih hanya berjualan jemunak saat Ramadan.

BERITAMAGELANG.ID - Warga Kabupaten Magelang tentu sudah tidak asing lagi dengan jemunak. Jajanan tradisional khas Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan ini hanya bisa ditemui saat Ramadan. Bahkan, banyak warga yang sengaja memborong jajanan ini sebagai pelengkap saat berbuka puasa.


Produksi jemunak ini tersebar di beberapa dusun di Desa Gunungpring. Selain itu, jemunak juga tersedia di pasar maupun warung yang menyediakan aneka takjil. Meski begitu, setiap tempat produksi memiliki cita rasa masing-masing. Lantaran merupakan resep dari generasi sebelumnya dan telah diwariskan hingga ke cucu-cicitnya.


Seorang pembuat jemunak Dusun Karaharjan, Gunungrping, Poningsih mengatakan, jemunak ini hanya ada saat Ramadan dan menjadi jajanan khas dari desanya. Biasanya, orang-orang akan membelinya sebagai menu takjil yang disantap saat berbuka puasa.


Dia menceritakan, jemunak ini sudah ada sejak dirinya masih kecil dan menjadi hidangan pelengkap berbuka puasa. Dia tidak begitu paham asal muasal panganan tersebut. Yang jelas kini dia menjadi generasi kelima yang melanjutkan pembuatan jemunak.


"Kalau dari cerita, jemunak itu 'ketemu kepenak'," ungkapnya, Rabu (20/3/2024).


Makanan yang berbahan dasar dari singkong, beras ketan, gula merah, dan parutan kelapa ini memiliki tekstur yang cukup kenyal. Ada rasa manis yang dari gula merah cair. Jemunak tersebut lalu dibungkus dengan daun pisang sehingga terasa lebih gurih.


Setiap hari, Poningsih bersama sang adik, Kasmirah, memulai aktivitas pembuatan jemunak sejak pagi. Langkah pertama dengan mengupas singkong dan dicuci bersih. Kemudian diparut kasar sembari mengukus beras ketan hingga kondisi setengah matang. Dua bahan baku ini dicampur dan kembali dikukus hingga matang. 


Setelah itu, barulah dicampur dan ditumbuk hingga halus. Setelah adonan siap, biasanya Poningsih mulai membungkus adonan itu bersama parutan kelapa dan cairan gula merah yang dikemas dalam plastik. Setiap hari saat Ramadan, dia bersama Kasmirah bisa menghabiskan 25 kilogram singkong dan 5 kilogram beras ketan. 


Dua bahan baku itu bisa menghasilkan lebih dari 600 bungkus jemunak. Harganya pun cukup terjangkau, yakni Rp3.000 ribu per bungkus. Untuk gelaran gerebek jemunak pada 31 Maret mendatang, dia sudah mendapat pesanan sebanyak 1.000 bungkus.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar