Kita dan masyarakat pada umumnya lebih mengenal lidah buaya (Aloevera) biasanya dimanfaatkan untuk perawatan rambut dan kulit. Namun, sebenarnya tanaman ini juga diketahui punya khasiat obat, yakni untuk penurun panas pada anak-anak, obat pencahar, nyeri lambung (maag), radang tenggorokan, penyembuh luka, dan lain-lain.
Seperti halnya tanaman obat lainnya, kandungan zat-zat yang berkhasiat obat di dalam lidah buaya itu sulit diisolasi, khasiatnya akan berkurang, bahkan bisa hilang sama sekali. Zat-zat yang terkandung dalam lidah buaya yaitu lignin, soponin, senyawa antrakuinon, senyawa kuinon, vitamin, senyawa gula, enzim, dan asam amino.
Karena kandungan zat-zat itu pula, tanaman dari keluarga Liliaceae ini menjadi punya nilai komersial. Dari sekitar 300 jenis aloe, hanya beberapa yang kemudian dikomersialkan, antara lain: Aloevera, (Aloe barbadensis), Aloeperryi, dan Aloeferox. Dari ketiganya, Aloevera mempunyai potensi tertinggi sebagai bahan baku industri farmasi.
Untuk tujuan komersial, lidah buaya ditanam pertama kali di Persia, kira-kira pada abad IX. Pengolahan yang dilakukan tidak berubah selama berabad-abad. Pada saat panen, pangkal daun lidah buaya kita potong untuk diambil cairannya. Lalu cairan itu direbus sampai habis, sehingga diperoleh suatu senyawa menyerupai resin berwarna gelap. Belakangan senyawa ini disebut aloe, dan terutama dimanfaatkan sebagai obat pencahar.
Lidah Buaya Sebagai Obat Luka
Tentang penggunaan lidah buaya sebagai tanaman berkhasiat obat tercatat dalam sejarah. Bukti ini tercantum dalam naskah kuno (1522 SM) yang ditemukan di dekat Thebes, Mesir. Dalam naskah tersebut diceritakan penggunaan lidah buaya sebagai penyembuh luka yang terinfeksi, kemerahan pada kulit, dan juga sebagai penghasil obat aloe.
Demikian juga dalam buku Materia Medica, seorang dokter dari Yunani, pada tahun 1974, menjelaskan tentang lidah buaya sebagai salah satu tanaman yang mempunyai efek penyembuh penyakit. Dalam buku tersebut, lidah buaya dikatakan mempunyai efek purgative, yang berarti memiliki efek pencahar dan efek menyembuhkan luka.
Sementara suatu penelitian modern tentang manfaat lidah buaya baru dimulai belakangan, yakni setelah menjamurnya pemakaian radiasi sinar X. Seperti diketahui bahwa radiasi sinar X dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Luka tersebut nyaris sulit disembuhkan, sampai-sampai para dokter mempergunakan kembali resep kuno, yaitu gel (cairan ) yang diambil dari daging daun lidah buaya.
Lidah buaya makin diyakini mempunyai kemampuan untuk mengobati luka terbuka dan efektif dalam menyembuhkan radang kulit. Bisa demikian karena lidah buaya mengandung saponin yang mempunyai kemampuan sebagai pembersih sekaligus antiseptik, serta senyawa antrakuinon sebagai antibiotik. Sifat merangsang pertumbuhan jaringan sel baru dari kulit (epitelisasi) juga dimiliki oleh lidah buaya.
Cara Mengobati Luka dengan Lidah Buaya
Senyawa yang terkandung daam gel lidah buaya mudah teroksidasi oleh uadara maupun cahaya. Akibatnya , daging daun lidah buaya yang sudah dikupas dan berwarna hijau jernih itu akan cepat berubah warna menjadi kecoklatan dan sifat fisiknya cenderung berubah menjadi cairan. Oleh karena itu, dalam praktik pengobatan luka terbuka pada kulit dengan lidah buaya perlu dilakukan dengan cepat.
Tahap pertama kita potong lidah buaya pada pangkal daunnya, kemudian kita cuci bersih untuk menghilangkan kotoran atau tanah. Setelah itu lidah buaya kita kupas hingga didapatkan daging daunnya yang berwarna jernih kehijauan. Agar tidak berubah warna menjadi cokelat karena teroksidasi, daging daun lidah buaya yang sudah terkupas tersebut kita cuci kembali, dan langsung ditempelkan pada luka. Kemudian dibebat dengan kain perban supaya tidak jatuh, sekaligus untuk mengurangi kontak dengan udara dan cahaya.
Dari percobaan penyembuhan luka terbuka dengan mempergunakan lidah buaya segar ternyata menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan sediaan kasa steril yang diberi antibiotik (buatan pabrik). Selain harganya murah, lidah buaya pun mudah diperoleh.
Lidah Buaya Sebagai Pelembab Kulit
Sebagai pelembab kulit, tanaman lidah buaya telah dipercaya sejak zaman Cleopatra. Pada masa itu diketahui bahwa hampir 70 persen produk kosmetik mengandung gel lidah buaya. Gara-gara jel ini pula, tanaman lidah buaya menjadi begitu istimewa sebagai bahan pembuatan pelembab kulit. Hal ini juga karena di dalam gel lidah buaya terkandung lignin. Lignin dalam gel lidah buaya mampu menembus dan meresap ke dalam kulit. Dengan begitu gel lidah buaya akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit, sehingga kulit menjadi tidak cepat kering dan tetap terjaga kelembabannya.
Sedangkan sifat berbuih pada senyawa di dalam tanaman lidah buaya biasa dipergunakan untuk bahan pembuatan kosmetik. Beberapa kegunaan tanaman lidah buaya bisa kita temukan pada pelembab kulit, pembersih muka, penyegar, deodorant, shampoo, dan hair conditioner.
Penulis: P. Budi Winarto, S.Pd. Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang (Petani Lidah Buaya)
0 Komentar