Memaknai Nyepi Sebagai Media Kontemplasi

Dilihat 318 kali
Pura Kahyangan Tiga pada Hari Raya Nyepi sunyi karena semua umat Hindu melakukan catur brata penyepian di rumah masing-masing. Foto: freepik.com

Dalam jentera kehidupan manusia sudah dipastikan mengalami dinamika dalam mengarungi kehidupannya. Pergumulan kehidupan tersebut datang silih berganti tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Berbagai tantangan maupun cobaan hidup kadang merasuk sampai ruang yang paling dalam. Ditambah hiruk pikuk lingkungan sekitarnya dapat juga menjadi pemantik dari pergumulan-pergumulan tersebut.


Bangsa Indonesia sejak penghujung 2023 sampai Februari 2024 diwarnai dengan nuansa politik. Berbagai dinamika pun mewarnai tahun politik tersebut. Mulai dari kampanye, debat calon presiden, sampai dengan saat pemungutan suara. Seluruh rakyat Indonesia sepantasnya mengucap syukur kepada Sang Pencipta karena pesta demokrasi bisa dilaksanakan sesuai rencana yaitu pada 14 Februari 2024.


Di tengah hiruk pikuk kehidupan duniawi, kiranya manusia perlu melakukan perhentian sejenak untuk melakukan pengendapan diri dalam wujud kontemplasi diri. Kontemplasi pada dasarnya merupakan suatu tindakan atau proses pemikiran yang mendalam, di mana seseorang merenung atau mempertimbangkan dengan seksama mengenai suatu konsep, ide, atau realitas. Pada umumnya kegiatan ini seringkali melibatkan pemikiran yang fokus, reflektif, dan tenang, serta dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk aspek filosofis, spiritual, juga personal.


Dalam konteks spiritual atau keagamaan, kontemplasi sering dikorelasikan dengan pencarian makna hidup atau keagungan spiritual. Kontemplasi juga dapat direlevansikan  dengan meditasi atau latihan kehadiran saat ini, di mana seseorang berusaha untuk benar-benar hadir dan memahami momen yang sedang dialaminya sampai tingkat kedalamannya.


Kontemplasi adalah pintu gerbang menuju dimensi spiritual dan filosofis dalam kehidupan. Dalam pengalaman kontemplatifnya, seseorang dapat menemukan kedamaian batin dan merenungkan eksistensi atau jati dirinya yang lebih tinggi. Ini bisa menjadi perjalanan pribadi untuk memahami peran diri dalam kerangka nilai dan etika yang lebih luas atau pezirahan kehidupan. 


Lebih jauh lagi kontemplasi, dengan akurasi esensinya bukan sekadar proses berpikir. Lebih dari itu, kontemplasi merupkan transformasi personal yang dapat mengarah pada pengambilan keputusan dengan lebih baik disertai pemahaman mendalam (Woro Anjar Veryanti, 2023).


Penyucian Diri


Sebagaimana diketahui publik, 11 Maret 2024 ini semua umat Hindu di seluruh Indonesia merayakan Hari Raya Nyepi. Hari raya ini merupakan sarara untuk membersihkan diri atau penyucian diri manusia dari segala tindakan yang pernah dilakukan. Hari Raya Nyepi dapat menjadi perenungan kembali akan hakikat kehidupan dalam keseimbangan jiwa.


Pada saat merayakan Nyepi itu, seluruh umat Hindu memperoleh pembelajaran terkait dengan pengendalian diri baik secara internal maupun eksternal. Pengendalian diri ini dilakukan dengan cara melakukan catur brata penyepian. Adapun catur brata penyepian tersebut dilakukan dengan tindakan (1) Amati Geni, yang mengandung makna tidak menyalakan api atau lampu dan tidak boleh mengumbar/mengobarkan hawa nafsu; (2) Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan bekerja jasmani melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani; (3) Amati Lelungan, yaitu tidak berpergian melainkan melakukan mawas diri; (4) Amati Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan/hiburan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Sang Penguasa Mayapada.


Tradisi Catur Brata Penyepian ini mulai dilakukan ketika matahari terbit di ufuk timur (prabrata) hingga fajar mulai menyingsing kembali pada keesokan harinya atau kisaran 24 jam. Menurut umat Hindu, segala hal yang bersifat peralihan, akan diawali dengan semiotika atau perlambangan gelap. Sehingga Hari Raya Nyepi mempunyai makna hari penyucian diri manusia dan alam semesta.


Tradisi Catur Brata Penyepian memberikan gambaran bahwa masyarakat Hindu melakukan puasa sekaligus juga pengendapan rohani yang juga dikenal dengan kontemplasi diri. Dengan melakukan keduanya sekaligus yaitu puasa dan tindakan hening akan dapat memberikan daya hidup yang mampu memberdayakan segenap potensi manusia.


Apabila ditelisik lebih mendalam, perayaan Nyepi memberikan gambaran betapa agung dan pentingnya hari suci ini. Perayaannya dimulai dengan kesadaran akan kelemahan manusia dan alam semesta. Kesadaran dari kelemahan manusia tersebut diwujudkan dengan upacara pengrupukan. Pada saat upacara ini umat manusia menghaturkan rasa syukur dan terima kasih kepada alam sehingga terjalinnya keharmonisan manusia dengan alam dan menghindarkan terjadinya bencana yang akan menyebabkan kekurang harmonisan dalam kehidupan.


Di samping itu, berbagai upacara ritual rangkaian hari raya Nyepi merupakan sebuah pengakuan, sebuah kejujuran dengan niat tulus, bahwa manusia memang tidak sempurna, masih ada simpul-simpul keterbatasan yang terdapat dalam dirinya. Selain itu, kehidupan duniawi ini juga tidak selalu baik.


Rekognisi dan kejujuran ini merupakan hal yang sangat substansial sebagai landasan untuk memperbaiki kehidupan sosial selanjutnya. Dengan bekal kejujuran dan kebersihan lahir batin yang sudah diselenggarakan sehari sebelumnya, Nyepi merupakan sebuah awal, saat mengambil ancang-ancang untuk melakukan kehidupan sosial pada hari-hari berikutnya (GPP Suka Arjawa dalam Kompas, 10/3/2024).


Merajut Persatuan


Hari Raya Nyepi tahun ini mengangkat tema Sat Cit Ananda Indonesia Jaya mengandung makna bahwa nilai kebersamaan dan kebenararan sebagai hakikat yang tinggi dalam kehidupan perlu menjadi pegangan dalam upaya mencapai kebahagiaan untuk kejayaan Indonesia.


Dengan tema ini Umat Hindu diharapkan mampu menjaga suasana damai, guyub, dan saling bertoleransi dengan umat beragama lainnya dalam ikatan persaudaraan sejati. Dengan tema ini juga diharapkan umat Hindu tidak mudak terprovokasi dan segala sesuatu persoalan dapat dibicarakan denggan mengutamakan musyarawarah. Musyawarah untuk mencapai kesepahaman bersama ini merupakan kata kunci untuk dapat merajut persatuan Indonesia yang dengan keanekaragaman portensi budayanya.


Hari raya Nyepi bukan hanya sekadar upacara ritual rutin tahunan, namun di dalamnya memiliki tujuan dan manfaat inspiratif. Secara makro, akan menyadarkan manusia untuk menjaga stabilitas sosial, artinya masyarakat memerlukan waktu rehat sejenak dalam keheningan untuk meninjau ulang segala kegiatan yang dilakukan sebagai media kontemplasi.


Selamat merayakan Nyepi Tahun 2024.


Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Desa Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar