KARAKTER disebut juga perilaku atau watak, bersumber pada nilai tertentu yang ditanamkan atau dipelajari oleh seseorang, yang selanjutnya menginternal dalam diri orang tersebut dan mewujud sebagai karakter pribadinya. Maka seyogyanya karakter dapat ditumbuhkembangkan secara maksimal dalam diri Gen-Z melalui lembaga pendidikan atau sekolah. Karakter yang dibelajarkan di sekolah untuk Gen-Z, pertama-tama hendaknya didasarkan pada nilai-nilai lokal yang tumbuh di lingkungan tinggal Gen-Z agar mereka mampu menjawab kebutuhan dirinya sendiri dan masyarakat. Mereka diharapkan mampu membangun masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya kearah yang lebih baik. Pembelajaran karakter harus terarah pada proses tumbuh kembangnya karakter anak didik Gen-Z yang sesuai dengan cita-cita manusia Indonesia, yakni manusia yang mendasarkan seluruh perilaku hidupnya pada nilai-nilai Pancasila.
Untuk menumbuh kembangkan karakter Pancasilais dalam diri anak didik Gen Z, maka proses pendidikan di sekolah semestinya mengejawantahkan nilai-nilai Pancasila dalam semua kegiatnnya. Pancasila hendaknya tidak hanya menjadi bagian penting dalam materi pelajaran Pendidikan Pancasila atau PPKN, yang hanya bersifat pemberian pengetahuan yang harus dihapalkan untuk selanjutnya diuji dalam selembar kertas. Pembelajaran nilai-nilai Pancasila harus menjadi bagian yang terintegrasi ke dalam seluruh aktivitas pembelajaran dan penciptaan lingkungan sekolah. Proses tersebut hendaknya dimulai sejak jenjang pendidikan dasar, dan lewat hal-hal yang sederhana. Berikut ini beberapa contoh aktivitas yang bisa dilakukankan untuk menumbuh kembangkan karakter Pancasilais dalam diri Gen Z di sekolah.
Penanaman nilai Ketuhanan Yang Maha Esa tidak cukup hanya dengan memberikan infromasi beragam agama yang diakui di Indonesia. Anak didik Gen Z diajak mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta lewat berbagai jenis lagu / musik religi. Sejak dini anak didik Gen-Z dikenalkan pada makna luhur dari beragam perayaan agama agar tidak tumbuh fanatisme terhadap agama tertentu dan sinisme kepada agama lain.
Ciri kemanusiaan bangsa Indonesia adalah adil dan beradab. Solidaritas dapat dimulai dilatihkan pada anak didik Gen Z dengan mengajak anak didik Gen Z untuk saling berkolaborasi, saling membantu temannya sehingga kegiatan belajar menjadi sarana tumbuh kembangnya solidaritas antar mereka. Anak pintar tidak akan tumbuh menjadi anak yang sombong dan anak yang lamban dalam pemahaman materi tidak menjadi minder.
Corak persatuan menjadi penting bagi bangsa Indonesia yang hidup dalam keberagaman suku, etnis, budaya, agama, tingkat ekonomi, dan lain-lain. Sekolah merupakan miniatur keberagaman yang ada dalam masyarakat. Banyak aspek keberagaman dapat dijadikan materi pembelajaran di berbagai mata pelajaran. Perbedaan yang senantiasa dibicarakan, dieksplor, dan selanjutnya dipahami akan menumbuhkan kecintaan pada keunikan pribadi yang merupakan kekayaan bersama.
Bangsa Indonesia menghidupkan corak demokratis dalam tatanan perikehidupan berbangsa dan bernegara. Semangat demokratis ini bisa ditumbuhkan lewat proses pengambilan keputusan ataupun pemecahan masalah di lingkungan pendidikan, yang melibatkan peran aktif anak didik Gen-Z. Dengan media tersebut, anak didik Gen ââ¬Å Z dilatih untuk menghargai pendapat orang lain, memikirkan kepentingan bersama dan tidak ingin menang sendiri dalam mengambil keputusan, serta bertanggung jawab untuk melaksanakan keputusan bersama.
Pendidikan sebagai jalur pengembangan diri manusia haruslah menjadi perwujudan dari keadilan sosial. Nilai dari sila ke-5 Pancasila ini dapat ditumbuhkembangkan dengan mengarahkan anak didik Gen-Z berempati terhadap sesame yang berkekurangan.
Keprihatinan terhadap kondisi manusia Indonesia saat ini harus mulai ditanggapi serius. Salah satunya oleh institusi sekolah sebagai media penggodokan generasi bangsa di masa depan. Maka desain pembelajaran di sekolah sebaiknya miulai mengintegrasikan proses pendidikan karakter manusia Pancasilais. Ada beberapa dampak positif untuk efektifitas pendidikan karakter jika terintegrasi dalam desain pembelajaran, yakni: tercipta banyak kesempatan bagi anak didik Gen-Z untuk menumbuhkembangkan perilaku Pancasilais sehingga membantu berlangsungnya proses internalisasi karakter tersebut dalam dirinya, semua guru memilki peran dan tanggung jawab untuk menjadi model pribadi Pancasilais bagi anak didiknya, dan anak didik Gen-Z melihat serta mengalami bahwa karakter Pancasilais diperlukan di seluruh aspek kehidupan.
Dengan demikian, sikap dan perilaku Pancasilais diharapkan tidak berhenti sebagai sebuah pengetahuan tetapi tumbuh menjadi karakter atau watak seseorang. Seperti yang diungkapkan Lickona (1997), proses tumbuh kembangnya karakter seseorang terjadi melalui tahap knowing the good, feeling the good, dan akhirnya doing the good. Semoga.
Penulis: P. Budi Winarto, S.Pd. Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang
0 Komentar