APABILA mencermati jejak rekam historis, bangsa Indonesia oleh Soekarno sudah diperkenalkan dengan Pancasila, terutama dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI pada 1 Juni 1945. Selanjutnya, perumusannya dilakukan melalui proses sidang-sidang panitia 9 pada 22 Juni 1945. Puncak dari formulasi yang ditawarkan tersebut adalah penerimaan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945, sebagaimana perumusan yang dikenal sampai sekarang.
Sejatinya nilai-nilai yang melandasi Pancasila merupakan nilai-nilai yang bersumber dari pengalaman hidup bangsa Indonesia dalam kancah kehidupan bermasyarakat, baik dalam lingkup nasional maupun pengenalannya pada elaborasi dunia luar, seperti paham demokrasi yang mengarah pada musyawarah bersama untuk mencari kata sepakat dari dinamika perbedaan pandangan.
Sehungan dengah hal tersebut, dapat ditegaskan Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa, sama halnya dengan pesawat sederhana dalam hukum fisika, Pancasila sangat membantu bangsa indonesia yang sangat beraneka ragam bentuknya. Selain menjadi dasar negara, Pancasila juga di anggap sebagai falsafah sekaligus sumber dari segala hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Sebagai gagasan negara Indonesia, Pancasila sudah sewajarnya dibentuk oleh berbagai pihak. Pancasila hadir atas karunia Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia. Pancasila merupakan pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memajukan negaranya di masa depan. Dalam pembangunan manusia Indonesia, Pancasila telah menjadi sumber energi, sumber kekuatan, pedoman dalam perjuangan bangsa, serta alat untuk menciptakan kerukunan antar masyarakat juga pedoman sehari-hari (Kompas, 2023).
Jiwa Pemersatu
Dari berbagai keberagaman budaya dan suku bangsa di Indonesia, dapat dipandu dalam pedoman nilai-nilai pembelajaran hidup melalui Pancasila yang dari awal kelahirannya sampai saat ini masih tetap aktual dan relevan dengan dinamika zaman. Untuk itu sangatlah relevan, hari lahir Pancasila tahun ini mengambil tema Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045.
Dalam tema tersebut mengandung pemahaman bersama bahwa dengan Pancasila berbagai perbedaan dapat disatukan, karena di dalam Pancasila sudah termaktub berbagai nilai-nilai dasar sebagai wahana persatuan baik pada saat ini maupun untuk menyongsong seratus tahun Indonesia Emas di tahun 2045. Seluruh bangsa Indonesia selayaknya mensyukuri sebagai sebuah bangsa yang majemuk. Pancasila dan nilai-nilai yang dikandungnya menjadi bintang yang memandu kehidupan bangsa agar sesuai dengan cita-cita pendirian negara.
Pada hari kelahiran Pancasila, semua bangsa Indonesia berusaha membuka memori untuk mengingat kembali Pancasila yang dilahirkan 79 tahun silam. Momen tersebut menyadarkan seluruh bangsa Indonesia yang dahulu pernah terpecah belah dalam berbagai kelompok dengan berbagai ragam budaya di kepulauan Nusantara. Penjajahan selama tiga setengah abad telah merundung bangsa yang sejak zaman Sriwijaya sampai Majapahit pernah berjaya ini, jatuh dalam keterpurukan.
Kemudian pada tahun 1945, para pendiri bangsa para pendiri bangsa bertemu dan sepakat untuk membangun negara bernama Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. Semua kepentingan diikat dalam suatu konsensus atau kesepakatan yang dinyatakan dalam lima sila, mulai dari sila ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Titik temu ini adaha terbangunnya rumah besar yang mengayomi seluruh masyarakat dengan segenap kemajemukannya. Semua kelompok mendapat tempat untuk tinggal, dihargai, dilindungi, dan diperlakukan sebagai warga negara.
Konsensus ini tentunya perlu dihidupkan secara faktual. Tidak hanya dikumandangkan pada saat upacara protokoler atau diwacanakan pada saat diskusi. Energi positif Pancasila penting untuk dibumikan dalam semua tingkat kehidupan tanpa memandang suku, agama, ras, atau golongan.
Dalam konteks yang lebih holistik Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa sebagai pedoman perilku yang subtansial. Setiap warga negara dalam pola pikir, perilaku maupun tindakan dalam hidup sehari-hari perlu menjadikan Pancasila sebagai pedoman atau tuntunan hidup. Apabila nilai-nilai universal dalam Pancasila dapat diimplemntasikan, secara natural karakter bangsa akan terbangun.
Adapun Pancasila sebagai Ideologi dapat dimaknai bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamanya dapat menjadi dambaan dan sumber segala nilai-nilai kehidupan yang perlu dilakukan dalam bentuk kehidupan riil, yang bukan hanya sekadar wacana. Untuk itu perlu juga disadari bahwa prinsip dari suatu ideologi selain memuat piktoral atau gambaran dari seluruh aspek kehidupan juga memuat langkah-langkah atau strategi untuk mencapai tujuan tersebut (Elyah Musarovah, 2017).
Aspek Fundamental
Mengingat berbagai keberagaman Indonesia dengan berbagai kultur yang melingkupi, tentunya persatuan nasional menjadi aspek fundamental untuk dapat mengakomodasi semua pihak. Secara eksplisit sila ketiga dalam Pancasila sudah menegaskan bahwa persatuan meruapakan parameter untuk membangun suatu bangsa. Berbagai perbedaan pandangan dan juga keingingan merupakan wujud dari dinamika kebhinekaan tersebut. Namun ekspetasinya dari berbagai perbedaan pandangan tesebut dapat mengerucut dalam satu tujuan yaitu kepentingan bersama.
Diparitas tersebut pada prinsipnya merupakan suatu berkah atau anugrah yang layaknya disyukuri. Realita tersebut di negara atau bangsa manapun akan menyikapi, bahwa perbedaan merupakan aset yang harus dijunjung tinggi dengan lebih mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi, etnis, maupun golongan.
Keganasan arus perubahan belakangan ini bahkan digambarkan berlangsung begitu cepat dan serempak, membuat waktu tidak lagi berlari tunggang langgang, tetapi sudah meluncur lebih cepat daripada terjangan badai dan tsunami, bahkan adu cepat dengan sambaran petir yang berkejapan di langit. Untuk itu pesatnya kemajuan teknologi saat ini dapat dioptimalkan untuk menyebarkan narasi positif yang merefleksikan aktualisasi nilai-nilai Pancasila di tengah dinamia kehidupan masyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Terlebih lagi dalam menyongsong Indonesia Emas tahun 2045, bangsa Indonesia membutuhkan suatu pemantik jiwa, baik itu personal maupun kelompok untuk selalu membumikan nilai-nilai Pancasila dalam sendi-sendi kehidupan sampai tataran praksis. Jiwa persatuan dalam Pancasila dapat menjadi gerakan bersama yang menjadi tanggung jawab semua pihak.
Selamat merayakan Hari Lahir Pancasila 2024.
Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang
0 Komentar