Pendidikan Watak dan Kecakapan Hidup Melalui Kurikulum Merdeka

Dilihat 981 kali

IMPLEMENTASI kurikulum merdeka secara nasional sudah berjalan selama dua tahun. Satu hal yang sangat menarik untuk dikupas dalam kerangka implementasi kurikulum merdeka adalah masalah pendidikan berdimensi life skill (kecakapan hidup), dan pendidikan berdimensi pembangunan watak. Yang disebutkan terakhir ini dalam kurikulum merdeka diemban dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti .

Tetapi sayang sekali, bahwa esensi pokok pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah pada pengenalan nilai-nilai yang sifatnya kognitif. Paling banter, nilai-nilai itu mencapai tingkatan afektif lantaran pelajaran yang mengemban sosok budi pekerti itu memang sampai juga pada tingkatan penghayatan. Sesungguhnya, pendidikan watak itu mutlak harus menjangkau ranah pengamalan atau ranah konatif, tidak cukup hanya sampai pada ranah pemahaman (kognitif) dan ranah penghayatan (afektif)

Jadi untuk menegaskan bahwa dalam pendidikan watak itu, urut-urutan langkah yang harus terjadi ialah langkah pengenalan nilai secara kognitf, memahami  dan menghayati nilai secara afektif, dan pembentukan tekad untuk menjalankannya secara konatif. Ini adalah trilogi klasik pendidikan, yang mutlak harus dilaksanakan dalam kerangka pendidikan watak dan pendidikan kecakapan hidup. Persoalan lanjutannya, dapatkah kompetensi hidup (life skill) dan pendidikan watak (character) ini diukur dengan piranti  objektif sebagaimana ada dalam soal ujian sekolah atau dalam kurikulum merdeka namanya Asesmen Sumatif Akhir Jenjang (ASAJ).

Dengan diberlakukannya  kurikulum merdeka, niat dari banyak kalangan untuk memasukkan life skill, soft skill dan character building dalam kerangka pembelajaran dan pendidikannya, memang semakin menjadi terbuka lebar. Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan pendidikan kecakapan hidup itu? Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar, tanpa merasa tertekan.

Dengan kecakapan itu pula, orang yang bersangkutan akan secara proaktif dan kreatif mencari, menemukan solusi, sehingga akhirnya mampu mengatasi masalah hidup dan kehidupannya. Dalam hemat penulis, esensi dan substansi mendasar dari sebuah entitas pendidikan adalah  untuk hidup dan kehidupan. Tanpa melibatkan entitas-entitas ini, sosok pendidikan yang diselenggarakan di bumi kita ini, pasti kehilangan rohnya yang amat mendasar. Dan yang banyak terjadi sekarang ini di dalam berbagai tataran pendidikan adalah bahwa pendidikan itu telah direduksi sedemikian rupa sehingga yang menjadi titik tonjol hanyalah dimensi intelektualitasnya.

Jadi, memang sangat tidaklah cukup bagi sebuah penyelenggara pendidikan atau sekolah hanya melulu berkonsentrasi  pada entitas kecakapan akademik. Tiga dimensi kecakapan yang lainnya mutlak harus dibuat proposional dan seimbang, sehingga outcome atau hasil bagi jenjang pendidikan tertentu, akan dapat dipertanggung jawabkan. Tiga macam dimensi  yang tercakup di dalam ranah kecakapan hidup itu dapat disebutkan berikut ini.

Pertama, latihan-latihan untuk bertanggung jawab, latihan-latihan untuk menghargai  diri dan menghargai orang lain. Latihan-latihan untuk memahami diri dan sesama, latihan-latihan untuk percaya diri dan merasa mandiri, latihan-latihan yang bisa menjadikan diri sebagai seorang yang berakhlak mulia dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kedua, kecakapan untuk menunjukkan tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab sosial, kecakapan untuk bekerja sama dengan orang lain, kecakapan untuk mengendalikan emosi diri, kecakapan untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara sosial, kecakapan untuk membudayakan sikap yang sportif, untuk membudayakan sikap disiplin, dan untuk membudayakan hidup sehat. Semuanya merupakan dimensi kecakapan hidup kedua yang harus juga diintegrasikan dengan kecakapan akademis.

Ketiga, kecakapan bervokasi dan atau berprofesi sebagai peternak, petani, berkebun, berdagang dan berwirausaha. Kalau semuanya itu dirangkum, bolehlah disebutkan bahwa penyelenggaraan sebuah pendidikan  itu mesti melibatkan kecakapan-kecakapan yang disebutkan di depan itu. Tidak saja kecakapan yang sifatnya akademik, namun juga kecakapan personal, kecakapan sosial, dan kecakapan vokasional. Semoga.


Penulis: P. Budi Winarto, S.Pd. Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar