Penguatan Literasi Ekologi Bagi Peserta Didik di Sekolah

Dilihat 1632 kali
Literasi ekologi bagi peserta didik, untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Oleh: P. Budi Winarto, S.Pd*)


LITERASI ekologi adalah kemampuan untuk memahami sisitem alam yang memungkinkan kehidupan di bumi dan memahami prinsip-prinsip pengorganisasian komunitas manusia yang berkelanjutan. Masyarakat yang melek literasi ekologi akan menjadi masyarakat yang berkelanjutan yang tidak merusak lingkungan alam tempat mereka bergantung (Wikipedia.org). Peserta didik  yang berada di lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah merupakan bagian dari masyarakat. Untuk itu penguatan literasi ekologi bagi peserta didik sangat penting dilakukan supaya peserta didik semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan alam demi keberlangsungan kehidupan.

Dalam bukunya Le Guide De L’Educateur Nature, Philippe Vaquette menyajikan beberapa pokok pikiran tentang literasi ekologi dan pendidikan kesadaran lingkungan hidup. Menurutnya hal terpenting adalah manusia secara mutlak harus mengubah kebiasaannya, dan kesadaran moral terhadap lingkungan hidup harus mengalami evolusi. Vequette benar bahwa tanpa memungkiri bencana alam yang terjadi karena dinamika dan proses natural alam sendiri, kita perlu melihat ke sikap dan perilaku kita terhadap alam lingkungan hidup. Banyak persoalan lingkungan hidup di Indonesia seperti kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, disebabkan oleh sikap dan perilaku yang tidak bertanggung jawab. Dalam skala kecil, misalnya dengan membuang sampah secara sembarangan. Masalah mendasar selalu berkaitan dengan sikap tidak peduli dan tidak respek terhadap lingkungan hidup.

Hal ini membawa para pendidik kepada kesadaran pentingnya literasi ekologi untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Di lingkungan sekolah kita dapat memunculkan, menumbuhkan, dan meningkatkan kesadaran tentang sikap respek dan peduli terhadap lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Kesadaran pentingnya literasi ekologi dan sikap peduli terhadap lingkungan hidup ini pertama-tama harus dimiliki oleh semua pendidik yang terlibat dengan peserta didik. Tanpa contoh dan teladan dari pendidik, mustahil peserta didik memiliki sikap hormat dan peduli terhadap lingkungan.

Kesadaran pentingnya literasi ekologi dan kepedulian terhadap lingkungan hidup perlu didukung oleh paradigma baru terhadap lingkungan pendidikan. Sekolah adalah tempat untuk belajar tentang kehidupan, bagaimana bersikap dalam hidup nyata, dan bukan terutama tempat transfer pengetahuan. Di dalam lingkungan sekolah siswa diperkenalkan, diajari, dilatih bagaimana sebaiknya berperilaku terhadap lingkungan hidup. Lingkungan sekolah harus dipahami dalam arti luas yaitu semua interaksi dan proses yang melibatkan banyak pihak, yang terjadi tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas. Misalnya dalam kegiatan field study, kegiatan sosial, adventure trip. Paradigma ini perlu ditopang pendekatan praktik dalam arti siswa dilatih dengan melibatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seutuhnya. 

Pendekatan integratif akan membantu siswa untuk selalu melihat pembelajaran tentang alam dalam keterkaitannya dengan mata pelajaran lain. Misalnya tema hutan dapat dikaji secara integratif dari perspektif mata pelajaran lain. Dari perspektif bahasa kita membahas hutan dengan membuat puisi, prosa yang membicarakan hutan atau lingkungan hidup. Dari segi matematika, siswa diminta mengorganisasi jenis tumbuhan, membuat himpunan dengan spesiesnya. Dari segi sejarah, siswa diajak melihat sejarah hutan lindung tertentu, bagaimana terbentuk, siapa yang mencetuskan ide, kronologi perubahan dan perkembangannya. Dari segi geografi, siswa diminta memetakan kondisi hutan di Indonesia, atas dasar hutan lindung, hutan resapan air, dan hutan konservasi alam. Pendekatan integratif terhadap hutan menyadarkan siswa bahwa lingkungan alam bagian dari hidupnya, dan mereka belajar banyak hal tentang lingkungan alam.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa dilibatkan dalam pembinaan bahwa apa yang mereka lakukan dalam kegiatan kebersihan di lingkungan sekolah adalah media untuk menanamkan dan menumbuhkan sikap hormat dan bersih lingkungan. Siswa dibina untuk melihat dan mencari kiat-kiat positif dan kreatif dalam memanfaatkan sampah sekolah. Misalnya, sampah plastik seperti botol minuman dapat dikumpulkan dan dijual sehingga sesuatu yang dianggap sampah dapat bernilai karena sikap peduli dan bersih lingkungan oleh semua siswa. Kegiatan yang mulanya bertujuan untuk membina sikap hormat dan bersih lingkungan ternyata membawa efek ganda bagi siswa dan bagi sekolah. Bahkan dari segi karakter peserta didik akan belajar bahwa tidak ada sesuatu yang instan dalam kehidupan, bahwa semuanya membutuhkan proses dan kerja keras.

Sekolah sebagai institusi pembinaan karakter cinta lingkungan perlu memfasilitasi dengan ketercukupan sarana pendukung seperti tempat sampah di seluruh lingkungan sekolah yang memungkinkan siswa menempatkan sampah pada tempa yang telah disediakan. Sangat baik apabila sekolah menyediakan tempat sampah dengan klasifikasi sampah kertas, sampah organik, dan sampah plastik sehingga selain siswa belajar dan berlatih tentang keteraturan hidup dalam berhadapan dengan sampah, mereka juga belajar bahwa ada sampah yang bisa diproduksi lagi sehingga membawa nilai ekonomis, dan terutama nilai bersih lingkungan karena ditata dan dikelola dengan baik.

Program sekolah dalam bentuk field study ke kawasan hutan lindung baik juga untuk dilakukan karena dengan ini siswa diperkenalkan melalui pengalaman langsung bahwa alam itu indah dan kita akan menikmati keindahan itu bila kita masing-masing melakukan dan berkontribusi untuk program perlindungan terhadap alam. Pengalaman berinteraksi langsung ini perlu difasilitasi oleh pendidik dalam bentuk refleksi, misalnya: Apakah yang akan terjadi apabila alam yang begitu indah dirusak? Apa yang dapat dilakukan atau disumbangkan siswa untuk melestarikan alam lingkungan hidup? Langkah-langkah konkret apa yang perlu dijaga dan dimiliki oleh setiap siswa agar alam yang indah tetap lestari? Usulan pengembangan seperti apa yang dapat diberikan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup? Bila menghadapi perilaku yang tidak menghargai alam, apa yang akan mereka lakukan?

Menghadapi masalah-masalah lingkungan hidup yang semakin kompleks, peran sains dan teknologi juga sangat penting. Banyak kritik terhadap peran sains dan teknologi yang ikut mempercepat kerusakan lingkungan hidup. Siswa perlu menyadari, sains dan teknologi hanyalah sarana dan penggunaannya tergantung pada manusia. Teknologi bila digunakan dengan benar akan membantu manusia dalam mengatasi persoalan-persoalan lingkungan hidup. Sejak di sekolah manfaat teknologi pengolahan sampah, penciptaan hujan buatan, perlu diperkenalkan atau dikuasai oleh siswa agar bisa memanfaatkannya. 

Media massa dan media sosial juga dapat dimanfaatkan dalam mendidik, membina dan mengembangkan literasi ekologi serta sikap respek siswa terhadap lingkungan hidup. Belajar di sekolah tidak selalu memungkinkan kegiatan observasi langsung. Akan tetapi kemajuan sains dan teknologi telah menciptakan media yang mengatasi jarak dan waktu dengan menayangkan secara audio visual tempat atau lingkungan hidup yang bersih. Melalui tayangan siswa belajar tentang alam dan mengambil sikap terhadap pengerusakan lingkungan yang terjadi karena ulah manusia. Pendidik memfasilitasi diskusi yang menggugah mereka menyikapi apa yang terjadi di lingkungannya.

Para pendidik dapat memfasilitasi siswa melakukan hal-hal kecil mengenai sikap hormat dan bersih lingkungan yang lama-kelamaan akan terinternalisasi dan bermuara dalam bentuk sikap baik. Bila di masa depan kita ingin tinggal di bumi Nusantara yang aman, sejuk dan segar, maka kita harus mulai hari ini dengan mananamkan dan mengembangkan literasi ekologi dan sikap cinta lingkungan di antara peserta didik di sekolah. Semoga.


*)Penulis adalah guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar