Puisi Pemantik Motivasi

Dilihat 2356 kali
Lucia Arita Ayu generasi milenial dari Desa Jogonegoro Mertoyudan Magelang membacakan puisi bertajuk Inspirasi Abadi yang memuat pesan moral Candi Borobudur sebagai sebuah mahakarya dapat dimaknai secara mendalam melalui media puisi.

Ketika siluet bianglala menerpa Bukit Menoreh


Sinarnya berpendar eksotis menyinari bangunan nan megah


Megah kokoh menancap Pertiwi


Candi Borobudur karya putra Nusantara


Sumber inspirasi tak pernah kering


Memantik motivasi


Tak lekang pusaran waktu


Tidak dapat dipungkiri semua karya seni termasuk di dalamnya puisi dapat menjadi pemantik motivasi dan stimulasi moral kepada siapa saja untuk menikmati juga melakukan proses kreatif. Sebagaimana puisi di atas karya Lucia Arita Ayu bertajuk Inspirasi Abadi.


Generasi milenial dari Desa Jogonegoro Mertoyudan Kabupaten Magelang tersebut berusaha mengekplorasi makna bangunan suci Candi Borobudur lewat media puisi. Pada dasarnya Candi Borobudur dengan kedalamanan maknanya dapat digali dari berbagai perspektif, termasuk dengan media seni.


Sebagaimana diketahui, Candi Borobudur adalah suatu mahakarya spektakuler yang kapabilitas ide maupun gagasannya sudah jauh melampaui pemikiran manusia pada zamannya. Belum tentu generasi sekarang mampu membuat karya monumental semegah Candi Borobudur yang sampai sekarang berdiri dengan kokohnya menancap bumi bagaikan tak tergoyahkan oleh terpaan badai.


Candi Borobudur dibangun bukanlah tanpa tujuan. Di setiap sudut yang dibingkai dalam bentuk relief mempiktoralkan ajaran nilai luhur kemanusiaan yang sangat hakiki. Seperti cerita Jataka dan Awadana yang mengungkapkan kehidupan Buddha dengan ajaran-ajarannya yang tak lepas dari nilai keutamaan. Apabila ditelisik lebih jauh candi yang dibangun pada masa Dinasti Syailendra tersebut memuat banyak pesan moral yang terbingkai dalam ragam karya sastra eksotis dan patut untuk dipelajari.


Sumber Inspirasi


Kemegahan hasil mahakarya Candi Borobudur tersebut tentunya akan menjadi sumber insipirasi dari berbagai disiplin ilmu untuk lebih memahami atau mendiseminasikan pemaknaan Candi Borobudur dalam ranah yang lebih komprehensif ke semua kalangan. Termasuk di dalamnya puisi dapat menjadi media untuk menggali Candi Borobudur sampai tingkat intensitasnya.


Sebagai bentuk karya seni, puisi dapat menjadi penyampai pesan terkait dengan objek-objek atau situs bersejarah atau kehidupan komunitas pada umumnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa seni memiliki tujuan dan fungsi tertentu, bisa diterapkan dalam bidang edukasi, religius, komunikasi publik, estetika, dan berbagai bidang lainnya.


Pada dasarnya puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan berbagai perasaan, pikiran penyair dengan segala kapabilitas imajinasinya dalam untaian kata-kata yang terajut dalam bingkai naratif baik struktur fisik maupun batin. Adapun struktur fisik puisi terdiri dari baris-baris puisi baik diksi, majas, juga tipografi atau teknis penataaan huruf indah. Sedangkan struktur batin puisi terdiri atas nada, perasaan, dan pesan yang dapat memperkuat karakter dari puisi tersebut.


Di dalam puisi juga dapat ditelisik terdapat suatu bangunan utuh yang dibangun berbagai unsur pendukungnya. Unsur pembangun itu bekerja sama satu sama lain, saling menjalin keterkaitan sehingga membentuk satu kesatuan utuh dan menimbulkan kesan tertentu. Puisi merupakan sebuah struktur kompleks dan memerlukan analisis untuk memahami unsur tersebut, yang bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur yang lain.


Secara garis besar puisi terdiri atas dua unsur pokok yang cukup elementer, yakni struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik dapat ditengarai dari wujud visual yang tampak oleh pembaca melalui runutan bahasanya. Di sisi lain, makna yang terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati pembaca, itulah yang disebut struktur batin (Waluyo, 1991).


Tujuan puisi pada umumnya tertulis secara tersirat dari kata-kata kiasan yang digunakan oleh penyair. Di antara tujuan tersebut antara lain untuk penyampai pesan dalam wujud kompleks seperti religius, sosial, ungkapan empati, dan lain-lain. Tujuan tersebut dilandasi oleh tema yang akan disampaikan oleh penyairnya.


Sebagai ungkapan atau curahan batin penyair, puisi tidak harus divisualisasikan secara eksplisit. Namun di balik ungkapan eksplisit tersebut terkandung muatan pesan moral yang divisualisasi dalam bentuk kata-kata kiasan. Tujuan dari makna kata-kata dalam kiasan tersebut tak lain, agar pembaca atau pendengar dapat menggali makna secara mendalam, sehingga dapat memantik imajinasinya untuk menafsirkan.

 

Pesan Moral


Seperti yang telah dieksplanasikan di muka, bahwa Candi Borobudur dapat menjadi inspirasi yang tak pernah kering dari berbagai perspektif. Melalui suatu proses kreatif karya seni puisi dapat menjadi media pesan moral kepada semua pihak, bahwa Candi Borobudur perlu lebih dimaknai secara mendalam.


Pemaknaan tersebut lebih merujuk, bahwa Candi Borobudur bukan hanya dapat dinikmati sekedar bangunan spektukuler dengan berbagai ornamen estetis di dalamnya. Lebih dari itu candi peninggalan Dinasti Syailendra tersebut mengandung nilai keindahan sastra yang layak untuk dikaji dan dipelajari secara akuratif.


Sebenarnya kata kunci untuk mempelajari relief di Candi Borobudur tak lain adalah mempelajari karya sastranya dulu. Pada umumnya sekarang ini pengunjung memiliki pola pikir terbalik. Mereka mengunjungi candi dengan segala keberagaman pernik-perniknya, kemudian menginterpretasikan dengan cara pandang mereka sendiri. Tentunya cara pandang tersebut banyak melenceng dari subtansi sastra. Mereka hanya mengandalkan opini, tetapi tidak memiliki dasar kuat.


Memang harus disadari. Untuk mempelajari karya sastra memang membutuhkan ketekunan. Bermati raga untuk mencermati kata demi kata, menyandingkan dengan berbagai referensi, membaca dengan teliti yang tentunya akan memperkuat literasi. Setelah mempelajari dengan cermat isi dari karya sastra tersebut, baru melihat reliefnya, sekaligus menyinkronkan hasil yang dipelajari dengan aktualisasinya. Kalau budaya ini dilanggengkan, tentunya cara pandang untuk memaknai kedalaman dari Candi Borobudur tidak paradoksal atau keliru.


Melalui puisi, pesan-pesan moral dalam tafsir relief dan kedalaman Candi Borobudur dapat tersampaikan kepada publik. Puisi tidak hanya seperti dikatakan banyak orang, hanya rangkaian kata-kata yang hanya bermanfaat di lingkungan seni. Padahal, puisi sebagai bagian dari seni sastra memiliki fungsi kompleks sebagai penyampai pesan melaui untaian kata baik secara implisit maupun eksplisit. Di samping itu, puisi juga memiliki fungsi sosial yang dapat menarik empati publik selaras dengan tujuannya.



(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar