Diskusi Budaya Peluncuran Buku "Borobudur Dalam Seribu Tradisi"

Dilihat 618 kali
Bupati Magelang Grengseng Pamudji dalam peluncuran buku "Borobudur Dalam Seribu Tradisi" karya Budayawan, Sucoro

BERITAMAGELANG.ID - Bupati Magelang Grengseng Pamudji mengapresiasi terbitnya buku berjudul Borobudur Dalam Seribu Tradisi di Gedung Co-Working Space (CWS) Borobudur Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhilal Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, Kamis (24/4/2025).


Dalam kesempatan tersebut juga digelar diskusi menarik bertajuk Sekolah Kehidupan Borobudur dengan tema Literasi Seni Tradisi dan Relief Borobudur Sumber Inspirasi Karya Seni Pertunjukan. Ada sejumlah akademisi, pelaku seni budaya dan tokoh masyarakat turut serta dalam diskusi yang digelar secara daring tersebut. 


Bupati Magelang Grengseng Pamudji mengatakan buku tersebut mencerminkan ketekunan, konsistensi totalitas luar biasa dari Sucoro dalam melestarikan tradisi. Hal itu telah menginspirasi bagi semua. Buku ke-11 dari budayawan Ruwat Rawat Borobudur (RRB) Sucoro ini merupakan hasil perenungan dan pemikiran relasi Candi Borobudur dengan dinamika sosial budaya politik ekonomi masyarakat. 


Inspirasi dari buku Sucoro itu, lanjut Grengseng, ketika bicara Borobudur tidak harus menjadi peneliti, bergelar akademisi. Semua boleh mengartikan Borobudur dengan pemikiran dan latar belakang masing-masing. 


"Itu yang saya catat, saya berharap buku ini akan menjadi monumen sejarah serta memberikan inspirasi bagi orang lain. Sehingga Borobudur dapat memberikan kemanfaatan lebih luas lagi," kata Grengseng dalam acara tersebut.


Menurutnya, melalui kerja keras dalam berbudaya itu, Sucoro memberi inspirasi, menebarkan manfaat dan kebaikan luas ke masyarakat. Karena Itu semua merupakan ciri khas orang Jawa. Perjalanan Sucoro luar biasa yang secara akademik belajar otodidak untuk menjadi penulis.


"Beliau konsisten mengamalkan ilmu dan melakukannya," tegasnya. 


Senada dengan Bupati Magelang, Peneliti Pusat Riset Masyarakat dan Budaya (BRIN) Novita Siswayanti mengatakan, sosok Sucoro sebagai budayawan menginspirasi karena tak pernah tamat sekolah. Ia belajar menulis dari sejumlah rekan media saat menjadi loper koran. Selama 23 tahun RRB terus digelar sebagai ruang komunikasi berekspresi memberikan yang terbaik bagi masyarakat.


Buku Borobudur Dalam Seribu Tradisi yang ditulis Sucoro memberikan gambaran betapa kaya Kabupaten Magelang, betapa kaya Borobudur.


"Borobudur terpancar ke Magelang dan membanggakan bagi Magelang," ungkap Novita.


Sementara itu, staf/Arkeolog Museum dan Cagar Budaya (MCB) Warisan Dunia Borobudur, Hari Setyawan mengatakan, Candi Borobudur luar biasa.


Jika melihat Candi Borobudur seperti hardisk eksternal kapasitas besar se-dunia. Maka jika dikaitkan apa yang dilakukan Sucoro dengan pengembangan seni budaya di masyarakat sudah ada di dalam relief Candi Borobudur.


Karena, yang tersimpan dalam hardisk eksternal yang kita sebut Candi Borobudur itu menceritakan kehidupan masyarakat pada masa lalu abad 8-10. Tidak terbatas pada pengetahuan ilmu individu manusia sehingga penting untuk perawatan dan pelestariannya.


Dalam penilaian Sucoro, perkembangan pariwisata sebagai suatu industri, selain menimbulkan dampak positif terhadap pembangunan dan perolehan devisa negara, ternyata banyak pula menimbulkan ekses negatif terhadap pelestarian warisan budaya.


Kebanyakan pengelola pariwisata hanya memikirkan sisi komersialnya tanpa memperhatikan pelestarian atas bangunan cagar budaya serta norma-norma dan kearifan lokal yang semestinya diberlakukan.


Penulis telah mengkaji dan menganalisis keragaman nilai-nilai spiritualitas sebagai bentuk konkret pelestarian terhadap prasasti sosial yang ada dan berkembang di kawasan Borobudur sebagai bentuk dari hasil karya cipta masyarakat yang kreatif di zamannya.


"Dengan diterbitkannya buku "Borobudur dalam Seribu Tradisi" ini, kami berharap dapat memperkaya khazanah pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan dan mengembangkan potensi budaya di sekitar Borobudur," papar Sucoro. 

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar