BERITAMAGELANG.ID - Di tengah ramainya berbagai pemberitaan aksi kekerasan, kekejaman, pembunuhan terhadap anak yang dilakukan oleh orang terdekat, bahkan orangtua sendiri, Dinsos PPKB PPPA Kabupaten Magelang menggelar sosialisasi pembentukan Koalisi Kependudukan sebagai upaya mendorong terwujudnya keluarga berkualitas. Kegiatan sosialisasi itu dilaksanakan di Dalem Beong Kembanglimus Borobudur, Kamis (21/12/2023).
Ketua Koalisi Keluarga Indonesia Provisi Jawa Tengah, Retno Setyowati, dan para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Magelang, pimpinan perguruan tinggi, kepala SMA/SMK, kepala SMP se-Kabupaten Magelang mengikuti sosialisasi tersebut.
Pada kesempatan itu, Pejabat Fungsional Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana pada Dinsos PPKB PPPA Kabupaten Magelang, Teguh Budi Santoso, menyebutkan pembentukan Koalisi Kependudukan Indonesia (KKI) merupakan langkah strategis.
KKI adalah mitra kerja Pemerintah di bidang kependudukan, yang berperan aktif menjadi motivator dalam mempromosikan dan mensosialisasikan Program Bangga Kencana serta menjadi pusat kajian maupun informasi serta sarana pertukaran informasi dan memberikan pendidikan kependudukan bagi masyarakat.
Dalam sambutannya, Retno Setyowati menyebutkan negeri ini menghadapi permasalahan kependudukan yang cukup mendasar.
"Saat ini jumlah penduduk Indonesia keempat terbesar di dunia, setelah China, India, Amerika serikat," ungkapnya.
Meskipun berpopulasi besar, negeri ini menghadapi permasalahan kualitas, terutama masalah kesejahteraan yang masih belum baik.
"Di bidang pendidikan, 52 persen penduduk masih berpendidikan setingkat Sekolah Dasar," ungkapnya.
Jika dibandingkan negara lain, taraf pendidikan bangsa Indonesia menduduki peringkat ke 67 dari 203 negara sedunia.
Bahkan jika dibandingkan dengan negara ASEAN, misalnya Malaysia mendudukan peringkat 38 dan Thailand menduduki peringkat 46.
Untuk bidang kesehatanpun, Indonesia masih cukup memprihatinkan, angka stunting saat ini mencapai 20,9 persen, atau sekitar 540 ribu anak yang mengalami kondisi kerdil.
Lebih jauh, Retno menyebutkan Indonesia juga menghadapi permasalahan, perkawinan di bawah umur. Studi WHO di Indonesia menyebutkan salah satu penyebab masalah stunting di Indonesia adalah maraknya pernikahan dini.
Fakta menunjukkan sebesar 43,5% kasus stunting di Indonesia terjadi pada anak berumur di bawah tiga tahun (batita) dengan usia ibu 14-15 tahun, sedangkan 22,4% dengan rentang usia 16-17 tahun.
Pada kesempatan tersebut, Retno menyoroti aksi kekerasan, kekejaman, penganiayaan bahkan pembunuhan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua sendiri sebagaimana ramai diberitakan oleh media massa akhir-akhir ini.
Retno mengingkat akan fungsi yang harus diemban oleh sebuah keluarga, yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan lingkungan.
"Jadi jelas keluarga itu mempunyai fungsi cinta kasih dan perlindungan. Kok bisa anaknya dibunuh satu persatu," ujar dosen UNS itu heran.
0 Komentar