BERITAMAGELANG.ID - Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos PPKB PPPA) Kabupaten Magelang berkolaborasi dengan Forum Inklusi Disabilitas Kabupaten Magelang (Fidakama) memperingati Hari Disabilitas Internasional dan Hari Relawan Internasional Tahun 2025. Peringatan ini ditandai dengan penyelenggaraan talkshow interaktif yang fokus pada upaya pemberdayaan dan inklusi disabilitas di tingkat desa.
Acara yang berlangsung hangat di Perpustakaan Daerah Kabupaten Magelang, Rabu (3/12), dihadiri berbagai organisasi penyandang disabilitas di Kabupaten Magelang. Talkshow menghadirkan empat narasumber yang menjadi representasi keberhasilan inklusi di tingkat desa, yaitu, Sudirman (Perangkat Desa Ngablak, Srumbung), Wahono (Ketua Kelompok Disabilitas Desa Ngargomulyo, Dukun), Haidar Imama (Sekretaris Desa Ngadiharjo, Borobudur), dan Tukiyah (Ketua Kelompok Disabilitas Desa Giritengah, Borobudur).
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Magelang, Muhammad Anas, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, menyampaikan pentingnya kolaborasi erat. Ia mengajak semua pihak untuk bergandengan tangan, baik relawan disabilitas, penyandang disabilitas, maupun perangkat desa, dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang diusulkan oleh DPRD.
"Niat tulus bersama gotong royong terutama birokrasi dan DPRD diperlukan agar kebijakan yang diusulkan DPRD sesuai dengan harapan. Kami berharap semua bisa bergandengan tangan bersama-sama," tegas Anas, menekankan perlunya kesungguhan hati dalam upaya inklusi.
Kepala Dinsos PPKB PPPA Kabupaten Magelang, Bela Pinarsi, menyatakan bahwa pihaknya terus berupaya memenuhi kebutuhan para penyandang disabilitas, meskipun diakuinya belum sepenuhnya tercapai. Ia menekankan bahwa konsep inklusi adalah tentang saling melengkapi satu sama lain.
"Wujud penghargaan kepada keluarga dan penyandang disabilitas adalah dengan pemberdayaan," ungkap Bela.
Ia menambahkan, perhatian juga harus diberikan kepada sisi keluarga disabilitas, bukan hanya penyandang disabilitasnya. Dinsos PPKB PPPA berkomitmen untuk mengangkat potensi para penyandang disabilitas, baik produk maupun kualitas diri mereka, agar mendapat apresiasi luas.
Para narasumber dari tingkat desa memaparkan dampak nyata dari program inklusi yang telah berjalan. Sudirman dari Desa Ngablak, Srumbung, mengungkapkan adanya perubahan signifikan setelah program Aman Inklusi masuk ke desanya.
"Pemerintah desa mulai menyadari pentingnya memastikan akses yang sama bagi disabilitas, sehingga saat ini tidak ada celah-celah atau pagar-pagar bagi disabilitas," jelas Sudirman.
Desa Ngablak kini telah memiliki Kelompok Disabilitas Desa dan Kelompok Kerja Program Kampung Iklim (Proklim). Program ini bahkan berhasil menggerakkan warga non-disabilitas untuk ikut serta dalam budidaya tanaman polybag bersama kelompok disabilitas.
Wahono, Ketua Kelompok Disabilitas Desa Ngargomulyo, Dukun, merasakan langsung perubahan mental pada rekan-rekannya. Berkat pelatihan adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana dalam program Aman Inklusi, penyandang disabilitas menjadi lebih percaya diri.
"Dulu disabilitas kalau keluar sering takut, tidak percaya diri. Setelah mengikuti program ini, mereka lebih percaya diri berinteraksi dengan yang lain," kata Wahono, yang kini melihat adanya pembauran antara penyandang disabilitas dan warga lainnya.
Sementara itu, Desa Ngadiharjo, Borobudur, menjalankan program Seger Waras yang berfokus pada Analisis Potensi Lokal (APL) dan Analisis Pengembangan Pariwisata Daerah (ANPD) dengan selalu melibatkan penyandang disabilitas. Haidar Imama, Sekretaris Desa, mencontohkan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Ngadiharjo sebagai satu-satunya balkondes di Kecamatan Borobudur yang memiliki fasilitas kamar mandi disabilitas.
Keterlibatan nyata juga dirasakan Tukiyah, Ketua Kelompok Disabilitas Desa Giritengah, Borobudur, yang kini menjadi pengurus air bersih dalam Program Seger Waras. Ia bertanggung jawab mengontrol meteran air bersih dari rumah ke rumah.
"Sebelum ada program, kami disabilitas akan susah sekali mendapat air bersih karena terbatas kemampuan dalam berebut air bersih. Kami sangat terbantu dengan adanya air bersih masuk desa kami," terangnya.
Tukiyah bersyukur bahwa penyandang disabilitas kini mendapatkan prioritas sehingga memperoleh air bersih dengan nyaman dan aman.
Talkshow ini berhasil menunjukkan bahwa implementasi inklusi di tingkat desa bukan hanya wacana, melainkan sudah menjadi aksi nyata yang membawa perubahan positif dalam akses, kepercayaan diri, dan pemberdayaan ekonomi penyandang disabilitas.
0 Komentar