BERITAMAGELANG.ID-Warga lereng Merbabu Dusun Merapisari Ngablak Kabupaten Magelang, menggelar acara merti desa untuk memperingati HUT ke 70 dusun Merapisari, Selasa (16/04). Acara diawali dengan kegiatan metokan. Metokan berarti mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan juga leluhur di dusun Merapisari Ngablak. Metokan diikuti oleh seluruh warga. Mereka membawa berbagai makanan untuk didoakan. Meski sederhana, acara metokan berlangsung dengan khidmat.
Metokan sendiri menurut Supoyo Damono Ignatius, sesepuh dusun Merapisari, merupakan suatu sarana untuk mewujudkan rasa kebersamaan dan toleransi antar warga dusun Merapisari. Warga terdiri dari kaum pria dan wanita memenuhi jalan di dusun Merapisari melaksanakan ritual metokan. Acara metokan diawali dengan kirab tumpeng dan gunungan. Sementara warga lainnya menyaksikan dengan duduk di tikar yang telah disiapkan. Berbagai makanan di sajikan dalam acara itu, seperti nasi lengkap dengan lauk ingkung, serta berbagai jajanan pasar.
Lebih lanjut Supoyo Darmono menjelaskan, ulang tahun dusun Merapisari jatuh pada 16 April. Dusun ini berdiri tahun 1954, dan penghuninya merupakan para pengungsi gunung Merapi. Mereka terpaksa mengungsi di tempat aman karena saat itu gunung Merapi meletus sangat dahsyat.
Warga Dusun Merapisari berasal dari dusun Keningar, Sumber, Paten, Soka dan Wonolelo di kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Desa-desa itu merupakan desa tertinggi di wilayah lereng Merapi dan masuk kawasan rawan bencana.
Sejak saat itu, warga kemudian tinggal di hunian tetap yang dibangun Pemerintah Kabupaten Magelang dan diberi nama dusun Merapisari. Dusun ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Magelang dengan Semarang. Hingga kini, dusun Merapisari terus berkembang dan hidup makmur sejahtera dengan mayoritas penghuninya adalah petani. Mereka juga hidup rukun sentosa dan selalu bergotong royong.
0 Komentar