Budi Daya Kelengkeng Berbuah Manis

Dilihat 1406 kali
Budi Prayogi, petani kelengkeng di Borobudur
BERITAMAGELANG.ID - Salah satu petani kelengkeng yang namanya mulai naik daun di Kabupaten Magelang adalah Budi Prayogi. Warga jalan Sentanu Desa Wringin Putih Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang ini, justru banting setir dari seorang karyawan menjadi petani. Apalagi ia melihat, di musim pandemi Covid-19 saat ini, pertanian merupakan sektor yang paling bisa bertahan.

Sejak 2016, ia meninggalkan Jakarta dan memilih pulang kampung ke Borobudur. Ia sengaja memanfaatkan tanah pekarangan untuk dijadikan perkebunan kelengkeng. Tidak hanya itu, kebun seluas 5 ribu meter persegi ini, juga dijadikan objek wisata edukasi. Ia juga memiliki 2 lahan lainnya yang semuanya ditanami kelengkeng. Kini total ia memiliki 150 pohon.

Pohon kelengkeng yang ditanam, kini sudah mulai berbuah. Kelengkeng jenis Kateki ini bisa dibilang berkualitas. Buahnya bisa besar, daging buahnya tebal dan isinya kecil. 

"Agak berair dan itu menambah kesegaran dari buah ini," kata Yogi, panggilan akrabnya.

Yogi mengaku mulai tertarik membudidayakan kelengkeng setelah mengetahui sepak terjang dari Mugiyanto, seorang petani TNI kelengkeng sukses yang kini juga menjadi motivator. 

"Iya, saya termotivasi dari Pak Mugiyanto. Saya banyak belajar dari beliau dan sampai saat ini menjadi petani binaannya," tutur Yogi yang ditemui Senin (28/6/2021).

Dikatakan Yogi, membudidayakan kelengkeng sangat menguntungkan. Sebab harganya cenderung lebih stabil dibandingkan buah lain seperti rambutan yang terkadang anjlok dan merugikan petani.

Di kebunnya, pengunjung atau wisatawan bisa memetik sendiri buah kelengkeng dengan harga sama di pasaran atau bahkan cenderung lebih murah.

"Per kilogram berkisar Rp50 ribu, lebih murah dibanding di luar yang bisa mencapai Rp70 ribu/kg," katanya.

Keuntungan lainnya, pengunjung mendapatkan buat yang lebih segar karena langsung petik dari pohon. Selain itu, pengunjung juga mendapatkan edukasi tatacara menanam pohon kelengkeng. 

"Bagaimana menanam, memupuk, pra pembuahan sampai pembuahan hingga pasca panen. Jadi pengunjung memiliki sensasi yang berbeda," ujar ayah dari tiga putra ini.

Yogi menambahkan, untuk pemasaran hasil panen ia mengaku tidak memiliki kendala berarti.  

"Alhamdullilah, selalu kekurangan stok karena banyak peminatnya," tambahnya.

Bertani kelengkeng juga mendapatkan keuntungan yang cukup lumayan, bahkan kini sudah balik modal. Rata-rata tiap pohon bisa menghasilkan 40 kg buah kelengkeng, dikalikan Rp50 ribu. Bahkan ketika usia pohon semakin bertambah, maka jumlah buah yang dihasilkan juga semakin bertambah. 

"Kemarin ada pohon yang jumlah buahnya bisa mencapai 87 kg. Bisa dihitung sendiri berapa nilai rupiahnya," papar Yogi.

Ia mengatakan, pengunjung yang datang tidak hanya mendapatkan edukasi tentang bertani kelengkeng, namun bisa juga memesan makan dan minum di sini. Di areal perkebunan ini, ada sebuah gazebo ukuran cukup besar yang bisa digunakan untuk bersantai.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar