BERITAMAGELANG.ID - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang intensif mengajak petani menggunakan elisitor biosaka untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian di wilayahnya.
Bahkan larutan ekstraksi yang mudah dibuat dari bermacam tumbuhan ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian dengan skala tak terbatas.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang Ade Sri Kuncoro Kusumaningtyas mengatakan, pihaknya telah beberapa kali menggelar Bimtek terkait biosaka salah satunya di Dusun Tegalrandu RT 014 RW 004 Desa Sukorejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang.
Hal itu, imbuhnya, sesuai dengan misi Bupati Magelang Grengseng Pamuji yakni Magelang Anyar Gres pada Sapta Cipta No 4 Gemilang Potensine. Sedangkan lumbung pangan yang dimaksud adalah kawasan potensi lokal dengan budidaya ramah lingkungan terutama berbasis pertanian organik.
"Di mana Magelang akan diwujudkan menjadi lumbung pangan pertanian peternakan perikanan berbasis riset potensi wilayah," kata Ade di kegiatan tersebut, Rabu (9/7/2025).
Dijelaskan Ade, biosaka merupakan formula suplemen untuk tanaman pangan, hortikultura dan tanaman tertentu lainnya. Formula biosaka berasal dari ekstraksi tanaman, daun, rumput, atau seluruh ragam hayati yang dibuat secara manual dengan metode peremasan tangan dengan media air sebagai pelarut ekstraksi.
"Ada 17 kecamatan sudah eksis memanfaatkan biosaka khususnya untuk padi. Namun, di Pakis, petani hortikultura menggunakannya untuk tanaman kobis sehingga diameter kobisnya lebih besar," ungkap Ade.
Pada kegiatan kali ini para petani dari sejumlah desa di Kabupaten Magelang sangat antusias belajar membuat biosaka bersama pakarnya, yakni petani milenial asal Blitar Jawa Timur, Muhammad Ansar.
Menurut Ansar, biosaka bisa dibuat petani di rumah secara sambilan namun dapat mengurangi penggunaan pupuk, pestisida dan herbisida hingga 80 persen. Dampaknya bisa memberikan hasil yang maksimal.
Biosaka itu, lanjut Ansar merupakan sebuah gerakan moral menjaga siklus alam yang turut mewujudkan Asta Cita ketahanan pangan Presiden RI Prabowo Subianto menyehatkan alam dan manusia lewat pertanian.
"Biosaka hanya bagian kecil dari gerakan itu, mudah-mudahan kita sehat dari pangan yang sehat," harapnya.
Bagi petani, elisitor biosaka ini sangat menarik karena produknya gratis, tidak bisa diperjualbelikan lantaran konsep biosaka ini harus dilakukan langsung oleh petaninya sendiri.
Biosaka juga menguntungkan karena bahannya bebagai jenis rerumputan dan dedaunan di sekitar pekarangan. Uniknya lagi, saat pembuatannya harus mengandalkan perasaan dan itu mengurangi biaya produksi yang dikeluarkan petani.
Salah satu petani, Ermina Hari Desta Purna Wirawati Prihharsanti mengaku sudah lebih mantap melihat langsung praktek pembuatan biosaka dengan pakarnya. Saat dicoba, hasilnya panen sayuran organik lebih bagus.
Ermina menceritakan, saat itu sempat gagal panen dan setelah gunakan teknik biosaka tanaman cabai berhasil panen. Di waktu yang sama petani lain yang tidak memakai biosaka tidak bisa panen karena cabai terserang hama patek, layu dan mati.
"Kami praktikkan gunakan biosaka itu bisa panen, pas harganya (cabai) lagi meningkat juga saat itu," terang petani organik asal Desa Bringin Kecamatan Srumbung ini.
Untuk diketahui, elisitor biosaka berasal dari kata 'bio' yang berarti tumbuhan dan 'saka' singkatan dari selamatkan alam kembali ke alam. Dalam pembuatannya, semua jenis daun dan rerumputan segar dapat menjadi bahan baku biosaka.
0 Komentar