Dilanda Kemarau Ekspor Salak Srumbung Tetap Eksis

Dilihat 1009 kali
Musim kemarau produksi salak ekspor di wilayah Srumbung Kabupaten Magelang tetap eksis

BERITAMAGELANG.ID - Musim kemarau panjang berdampak terhadap, jumlah produktifitas salak pondoh eksport di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Namun untuk kebutuhan eksport tetap aman.

Pengurus Kelompok Tani Salak Pondoh Ekspor Marsudi Makmur di Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Cokro Slamet mengatakan, hasil panen petani menurun hingga 50 persen meski jumlah itu masih bisa memenuhi kebutuhan ekspor ke Thailand, Kamboja, maupun Tiongkok.

Menurunnya jumlah produktivitas itu, imbunya membuat pihaknya harus mencari alternatif lain. Demi memenuhi kebutuhan ekspor. "Kami bekerja sama dengan beberapa kelompok tani di luar petani binaan, sehingga kebutuhan ekspor bisa terpenuhi," kata Cokro saat ditemui Kamis (9/11).

Pekan ini, dia tengah mengemas sembilan ton salak untuk pengiriman ke Kamboja. Selanjutnya, dia harus menyiapkan untuk ekspor ke Thailand dan Tiongkok. Saat kondisi normal, pengiriman ekspor ditiap negara tujuan bisa mencapai sepuluh ton.

Lebih-lebih, ekspor salak pondoh bisa dilakukan hingga tiga kali dalam sepekan. Artinya, tiap pekan mengirim 30-an ton salak ketiga negara. Namun, karena dampak kekeringan di wilayahnya, jumlah ekspor salak pondoh menjadi terbatas.

Selain itu, lanjut Cokro, dampak kekeringan membuat stok salak pondoh di pasar lebih sedikit. Hal ini sangat berpengaruh terhadap harga beli di tingkat petani. Dari semula Rp 7 ribu per kilogram (kg) menjadi Rp 10 ribu per kg. "Itu harga dari petani," bebernya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpangan) Kabupaten Magelang Ade Sri Kuncoro Kusumaningtyas mengakui, beberapa lahan pertanian salak dilanda kekeringan yang cukup lama. Padahal di Kecamatan Srumbung, setidaknya ada 100 hektare lahan pertanian salak ekspor.

Distanpangan pun sudah membantu sarana dan prasarana pertanian untuk membantu petani-petani di Kabupaten Magelang. Seperti membangun embung, bantuan pompa air, dan lainnya.

Tidak hanya itu, Distanpangan juga melakukan pendataan terhadap petani alpukat dan duren. Mereka juga mengalami hal serupa. Produktivitasnya anjlok. 

"Masalahnya diair. Karena kekeringan, bunga yang harusnya berkembang menjadi buah, jadi rontok," jelasnya.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar