Higdroganik, Soluisi Menanam Padi Di Lahan Terbatas

Dilihat 3977 kali
Metode menanam padi higdroganik diatas kolam ikan oleh warga Kabupaten Magelang
BERITAMAGELANG.ID - Dengan lahan terbatas, seorang warga di Kabupaten Magelang sukses menanam padi di atas kolam ikan. Metode menanam padi unik menggunakan media peralon itu dikenal dengan sebutan higdroganik yang dapat menjadi solusi ketahanan pangan keluarga.

Ia adalah Muh Khoirul Soleh yang biasa disapa Irul warga Kebonkliwon RT 09/RW 06, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang

Pria berusia 46 tahun ini menanam padi dengan hidroganik di atas kolam ikan di samping rumahnya. Kolam ikan tersebut berukuran 19 x 5 meter, sedangkan media hidroganik yang digunakan ukuran 6 x 12 meter. 

"Menanam padi hidroganik karena masih menggunakan media kompos dan sekam bakar, tidak seperti hidpronik. Kalau hidroponik murni air, ibaratnya di situ ada media semai," kata Irul saat ditemui, Senin (8/6/2020). 

Irul bercerita, awalnya hanya coba-coba setelah melihat di media  menanam padi dengan hidroganik tumbuh. Kemudian, hasil panennya menurut informasi bisa empat kali lipat dari konvensional (menanam padi di sawah). 

Untuk itu, ia mencoba dengan apa yang dimilikinya. Salah satunya memiliki kolam yang biasanya airnya digunakan untuk menyiram bibit tanaman. 

"Kolam itu biasanya saya gunakan untuk menyiram bibit, terus di atasnya nggak ada apa-apanya. Kolam saya kasih ikan, saya coba alternatif pakai itu (menanam padi) siapa tahu bisa menopang ketahanan pangan minimal keluarga," tutur Irul yang alumni Manajemen Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Magelang, itu. 

Adapun media tanam tersebut menghabiskan 24 peralon. Untuk padi yang ditaman ada dua jenis yakni IR 64 yang berusia 1 bulan lebih 10 hari dan satunya jenis padi merah putih yang berusia 1 bulan. Untuk jarak tanam 25 cm dan air peralon menyala terus menerus. 

Keuntungan dengan model ini, kata Irul, kontinuitasnya lebih banyak. Untuk menanam padi secara konvensional, dua sampai tiga kali maksimal ditanami dalam setahun. Kemudian dengan media ini nantinya bisa lima kali jika dimaksimalkan. 

"Kenapa bisa lima kali, karena seketika umur sudah 70 hari, saya sudah bikin semai. Begitu panen langsung dimasukan lagi nggak usah ngluku (membajak), nggak usah macul (mencangkul). Jadi ada hemat  20 hari, terpangkas 20 hari, saya punya bibit lagi," katanya. 

Selama menanam padi dengan model hidroganik, katanya, gulma maupun hama cuman walang, wereng dan burung emprit. Untuk gulma tidak ada karena media tanamnya kompos dan sekam bakar dengan perbandingan 3:1. 

Irul menyebutkan, untuk membuat media tanam ini totalnya menghabiskan sekitar Rp7 juta. Hal tersebut untuk membeli peralon ukuran 4 inch, baja ringan dan cup menanam bibit padi. 

Sekalipun baru mencoba menanam padi dengan hidroganik, Irul mengaku, sejauh ini sudah ada yang memesan untuk dibuatkan media tanam tersebut. Pesanan tersebut datang dari Bogor, Jawa Barat. 

"Mereka tahu dari facebook saya. Saya belajar autodidak, langsung dipratekkan langsung. Pesanan dari Bogor dengan ukuran 10 x 10 meter dua tempat. Setelah lockdown lepas, kemungkinan kita langsung ke sana," ujarnya seraya menyebut di kolam ada ikan nila.

Menyinggung sirkulasi air, kata dia, setiap hari air menyala terus. Ia memakai pompa akuarium yang mengambil dari kolam terus disalurkan menuju semua peralon. Nantinya, air akan sampai ujung peralon dan masuk kembali ke kolam dengan air yang sudah bersih. 

Menanam model ini, katanya, cocok bagi mereka yang tidak memiliki lahan, juga lokasi yang susah air. Jika yang air susah bisa membuat kolam dengan terpal, diisikan ikan maupun lele, nantinya di atasnya digunakan untuk menanam padi.

"Kotoran ikan tersaring di akar padi. Nanti air yang keluar dari peralon itu tambah bersih," tutur Irul yang juga penjual berbagai bibit tanaman buah-buahan. 

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar