Kirab Budaya Satu Suro, Brayat Panangkaran Bentangkan Kain Putih di Candi Borobudur

Dilihat 1211 kali
Prosesi peringatan 1 Suro Brayat Panangkaran dengan membentangkan kain putih sepanjang 600 meter mengelilingi Candi Borobudur

BERITAMAGELANG. ID - Masyarakat adat Brayat Panangkaran Borobudur dan berbagai elemen di Kabupaten Magelang menggelar peringatan malam 1 Suro di Candi Borobudur dengan arak-arakan gunungan dan membentangkan kain putih sepanjang 600 meter di candi tua tersebut.


Prosesi satu suro ini diawali dengan kirab budaya dari jalan Medangkamulan menuju Candi Borobudur. Dalam arak-arakan ini warga Brayat Panangkaran membawa umbul-umbul, pusaka keris tombak dan gunungan sayur mayur. Mereka juga menggunakan aneka kostum kesenian tradisional dan pakaian jawa sambil membawa serta kain putih sepanjang 600 meter.


Tokoh Brayat Panangkaran Borobudur Sucoro mengatakan bagi masyarakat Jawa malam peringatan 1 Suro merupakan hari yang disakralkan. Dimana keberadaan Candi Borobudur dahulu juga diyakini memiliki peran-peran dari orang Jawa.


"Saya melihat bahwa Borobudur itu dulu tidak terlepas dari peran-peran masyarakat Jawa. Jadi simbol-simbol kejawaan di sini (candi) masih sangat melekat," ungkap Sucoro usai acara tersebut, Minggu (31/7/2022).

Menurutnya, saat ini pengelolaan Candi Borobudur lebih pada nilai-nilai ekonomi dan kurang memperhatikan nilai sakral dan spiritual yang ada di lingkup masyarakat. Padahal, lanjutnya, Borobudur dibangun untuk kepentingan sakralisasi, spiritual yang bisa menghubungkan imajinasi olah pikir manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.


Setelah menggelar doa dan menyalakan ratusan lilin secara bersama sama mereka kemudian membentangkan kain putih mengelilingi Candi Buddha tersebut. Moment ini melambangkan jamasan pusaka yang identik dengan satu suro dalam upaya pelestarian kesucian Candi Agung Borobudur.


 "Kita bukan bermaksud njamasi candi, tapi mengembalikan roh spiritualnya disimbolkan kain putih sepanjang 600 meter," imbuhnya.

Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Wiwit Kasiyati yang hadir dalam prosesi tersebut mengungkapkan peringatan 1 Suro dengan tema mengembalikan nilai spiritual Borobudur melalui tradisi tersebut juga ada di relief gandawyuha Candi Borobudur. Relief gandawyuha itu berada di lorong 2 dan 3 Candi Borobudur. Pada relief itu menceritakan nilai spritual yang bersifat universal  yang ada di masyarakat.


"Di sana terpahatkan beberapa cerita pencarian kebenaran tertinggi. Nah ini pencarian kebenaran tertinggi ada di semua unsur agama dan tradisi baik di Indonesia maupun di dunia. Sehingga ini sudah bersifat universal tentang spiritual ada di Candi Borobudur dan ada di masyarakat," jelas Wiwit.

Lebih lanjut Wiwit mengungkapkan, pihaknya akan berupaya melestarikan tradisi 1 Suro karena ini bagian dari objek pemajuan kebudayaan. Sehingga akan terus harus digali, dikuatkan sehingga agar menjadi identitas masyarakat setempat.


"Jika kalau di sekitar masyarakat setempat juga ada cagar budaya sehingga cagar budaya yang bersifat fisik ini akan hadir dengan roh-roh yang ada di masyarakat sehingga menjadi hidup," tuturnya.


Usai prosesi di Candi Borobudur, Komunitas Budaya warga Brayat Panangkaran kemudian menggelar pentas puluhan kelompok kesenian. Pagelaran ini sebagai wujud rasa syukur dan menghibur masyarakat di sekitar Candi Borobudur.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar