Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan aku guncangkan dunia
Siapa yang tak familiar dengan kutipan ikonik pidato Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno yang sampai saat ini masih tetap membumi. Semboyan ini bukan sekadar retorika belaka. Kalimat ini adalah cetusan filosofis yang menekankan keyakinan Bung Karno pada potensi luar biasa sekelompok kecil pemuda yang memiliki semangat, keberanian, dan persatuan untuk memicu revolusi dan perubahan yang fundamental.
Di tengah momentum Hari Sumpah Pemuda, ungkapan ini selalu relevan, mengajak kita untuk menelusuri sejarah, makna, dan bagaimana spirit ini harus tetap menyala dalam jiwa Generasi Muda Indonesia saat ini. Semboyan ini diucapkan pada masa genting perjuangan kemerdekaan Indonesia. Soekarno menyadari bahwa senjata terkuat bangsa bukanlah jumlah pasukan, melainkan gelora semangat dari barisan pemuda.
Ia secara eksplisit menunjuk pemuda sebagai kunci utama untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan. Ini adalah seruan untuk bertindak, bukan hanya berdiam diri. Bung Karno melihat kreativitas, keberanian mengambil risiko, dan idealisme yang dimiliki pemuda sebagai energi pendorong yang dibutuhkan untuk mengguncang tatanan kolonial yang sudah mapan.
Salah satu makna terdalam dari kutipan ini adalah penekanan pada kualitas, bukan jumlah. Angka 10 tidak harus diartikan secara harfiah, tetapi melambangkan sekelompok kecil individu yang berkualitas, bertekad bulat, dan berani untuk membawa perubahan signifikan.
Jumlah yang besar tidak selalu berarti kekuatan. Sebaliknya, sekelompok kecil pemuda yang memiliki kualitas, tekad, dan keberanianlah yang mampu membawa perubahan signifikan dan mengguncangkan dunia. Konsep ini mengajarkan bahwa dampak terbesar seringkali datang dari inisiatif kecil yang didorong oleh integritas dan semangat juang tinggi, sejalan dengan prinsip-prinsip kepemimpinan modern.
Bulan Oktober tepatnya tangal 28, selalu dikenang sebagai hari bersejarah yang dikenal dengan Hari Sumpah Pemuda (HSP). Pada waktu itu, 97 tahun silam para pemuda sebagai representasi rakyat Indonesia telah sepakat berikrar dalam suatu kebulatan tekad, berbangsa satu, bangsa Indonesia, bertanah air satu, tanah air Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Gema Sumpah Pemuda yang hampir seabad lalu telah membawa misi besar. Sebuah manifesto untuk membangun kesadaran politik dalam keberagaman. Penyatuan tekad tersebut dapat diandaikan sebagai sebuah poros kebangsaan sebagai langkah awal dalam kebulatan tekad bersama. Poros kebangsaan tersebut merupakan warisan terbaik yang telah diwariskan pemuda tahun 1928 yang nyatanya dapat menjadi daya ledak politik, karena 17 tahun setelah ikrar Sumpah Pemuda dikumandangkan, Indonesia mendapatkan kemerdekaan dan kedaulatan sebagai bangsa (Ade M Wirasenjaya, 2023).
Komitmen kebangsaan
Momentum Hari Sumpah Pemuda ke-97 Tahun 2025 adalah saat yang tepat untuk meneguhkan kembali tekad dan komitmen kebangsaan. Di tengah arus globalisasi dan transformasi digital, semangat persatuan yang diwariskan para pendahulu harus terus dijaga.
Dengan semangat tema Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu mari kita jadikan peringatan ini sebagai panggilan untuk beraksi, bukan hanya sekadar mengenang. Adapun yang perlu dicermati, para pemuda hendaknya saat ini terus melangkah maju dalam kebersamaan, melakukan aksi nyata, dan berkolaborasi lintas elemen demi Indonesia kuat, berdaulat, dan sejahtera menuju Indonesia Emas 2045 sebagaimana yang diharapkan bersama.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda bukan hanya slogan, tetapi juga komitmen yang harus dilakukan dengan tindakan nyata. Tema peringatan tahun ini juga menegaskan pesan bahwa kejayaan Indonesia di masa depan hanya dapat diwujudkan melalui kolaborasi lintas elemen bangsa.
Gerakan kepemudaan masa kini tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, organisasi kepemudaan, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan komunitas masyarakat menjadi kunci dalam mewujudkan generasi yang berdaya saing dan berkarakter Pancasila. Melalui semangat bergerak bersama, para pemuda dan pemudi Indonesia diharapkan dapat terus menjaga persatuan dalam kebhinnekaan, serta menjadi pemersatu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tentunya dengan dilandasi semangat gotong royong, bahu membahu, tanpa pamrih, dengan mengedepankan kepentingan masyarakat banyak, maka bangsa Indonesia harus optimistis bahwa kebahagiaan akan dapat diraih. Sebagaimana diketahui pemerintah telah membuka luas partisipasi pemuda-pemudi generasi muda Indonesia sampai hari ini telah seiring sejalan merealisasikan ekspektasi harapan masa depan Indonesia secara bersama-sama. Inklusifitas dalam ekosistem kolaborasi lintas generasi telah membangun optimisme kolektif bahwa sekarang para pemuda-pemudi mendapatkan tempat terhormat di dalam pembangunan nasional.
Di sisi lain, perkembangan teknologi terkini dan arus informasi yang semakin cepat membuat kesenjangan penguasaan terhadap teknologi dan informasi antar generasi. Demikian halnya dengan tatanan sosio-kultural, politik, dan bahkan bisnis yang dikontestasi. Mengimbangi percepatan dan perubahan ini saja sudah cukup membuat kewalahan.
Tidak bisa dipungkiri, sekarang ini berbagai fasilitas sudah dapat dengan mudah mempersatukan pemuda. Berbagai perangkat digital sebagai media komunikasi yang tanpa batas, koneksi transportasi dari Sabang sampai Merauke, dan fasilitas lain yang mengindikasikan hilangnya sekat-sekat jarak antar anak bangsa. Untuk itu diperlukan persepsi yang sama untuk terus merajut ikatan persatuan demi tetap solid dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berkolaborasi
Momentum Hari Sumpah Pemuda ini, kiranya tidak hanya sekadar euforia dan rutinitas dalam peringatan saja, namun perlu juga sebagai pencanangan kebulatan tekad semua stakeholder untuk bahu membahu saling berkolaborasi dalam membangun negeri. Ego sektoral perlu dikesampingkan dulu, agar semua mata rantai terbuka untuk bersama-sama menyadari bahwa semua warga negara perlu memberikan kontribusi untuk progresnya negara yang kita cintai dan banggakan.
Bertolak dari semangat Sumpah Pemuda, generasi muda Indonesia hari ini perlu berani untuk menjadi generasi yang tidak hanya puas menjadi penonton, tetapi juga siap menjadi aktor utama yang bersikap kritis, tetapi juga solutif. Berani bersuara tetapi juga mau terlibat dalam aksi nyata berkontribusi untuk negara.
Dengan demikian kiranya semangat nasionalisme menjadi substansi utama untuk merealisasikan tujuan tersebut. Sehingga jati diri Indonesia tidak hilang dan tidak mudah dimasuki oleh pengaruh buruk dari bangsa lain. Nasionalisme sendiri merupakan wujud cinta seseorang terhadap bangsanya.
Dimana dengan melakukan berbagai hal diantaranya, menjunjung persatuan dengan cara menghargai sesama, menjunjung tinggi sikap toleransi dan tidak terpengaruh oleh isu-isu sara maupun hoaks, terutama di era digital yang semakin marak. Kiranya spirit optimisisme yang sama harus selalu dinyalakan terus menerus agar semakin membumi.
Selamat Hari Sumpah Pemuda tahun 2025
Penulis: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd. Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang
0 Komentar