Kepemimpinan Berkarakter Menguatkan Keberlangsungan Institusi

Dilihat 1566 kali
Seorang pemimpin harus dapat menjadi pemantik inspirasi anak buahnya untuk terus meningkatkan kinerja dan berkarya sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Tidak dapat disangsikan lagi, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan beragam pola kulturnya selaras dengan kearifan lokal di masing-masing daerah. Dalam dinamika perjalanan waktu, secara turun temurun bisa dikatakan bahwa kepemimpinan berbagai lembaga di Indonesia cenderung menganut budaya paternalistik.


Implikasi dari budaya paternalistitik tersebut adalah adalah nilai-nilai atau pola normatif untuk menghormati orang tua atau orang yang dituakan. Orang yang dituakan dapat dikatakan dalam arti yang lebih komprehensif. Seperti tua dalam kategori usia, pengalaman, pendidikan, darma baktinya, dan seterusnya. Substansinya tak lain adalah orang yang lebih muda patuh atau menghormati seniornya yang lebih tua.


Sebagaimana bidang budaya lainnya, budaya paternalistik pada tataran praksisnya tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihannya diantaranya, orang tua disegani dan dihormati mereka yang lebih muda, bawahan akan setia terhadap pimpinannya, serta pemimpin mudah memimpin bawahannya.


Di balik kelebihannya tersebut, budaya paternalistik memiliki beberapa kelemahan yang cukup elementer antara lain, pemimpin cenderung otoriter, bawahan kurang kreatif karena terbiasa menunggu petunjuk, bawahan segan memberikan masukan konstruktif kepada atasannya, bawahan boleh melakukan kreativitas atau lari secepatnya, tetapi tidak boleh mendahului pimpinannya, serta beberapa contoh praksis lainnya yang banyak terjadi di beberapa lembaga (Husaini Usman, 2013).


Menyikap fenomena tersebut, tentunya sekarang ini dibutuhkan sosok pemimpin yang memiliki karakter selaras dengan budaya timur. Kepemimpinan berkarakter tentunya memerlukan tahapan proses yang tidak instan, namun perlu melalui tahapan-tahapan yang sangat normatif  dan mutlak selaras dengan pengalaman yang dimiliki.

 

Faktor Kepemimpinan


Salah satu faktor penting bagi kemajuan dan keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan adalah faktor kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral kreatif, yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka searah dengan kemauan dan aspirasi pemimpin. Pemimpin perlu  memiliki jiwa kepemimpinan (leadership) matang dan rasa tanggung jawab tinggi dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.


Pada dasarnya kepemimpinan itu merupakan suatu karakter dari seorang pemimpin dengan satu indikatornya, pemimpin harus menjadi teladan bagi orang lain atau bagi masyarakat yang dipimpinnya. Layaknya posisi seorang ibu dan ayah bagi anak dalam lingkungan keluarga, maka seorang pemimpin juga seolah menjadi orang tua bagi masyarakat yang dipimpinnya. Harapannya masyarakat tersebut pada akhirnya akan mencontoh apa yang dilakukan oleh pemimpinnya.


Untuk itu, sebagai seorang pemimpin, selain harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik, juga perlu memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam memimpin sehingga bisa menciptakan kondisi yang efektif, efisien dan produktif. Selain itu, pemimpin perlu memiliki karakter yang baik sehingga pantas menjadi teladan bagi anggotanya. Segala pola pikir dan pola tindak pemimpin akan menjadi penilaian bagi masyarakatnya.


Salah satu cara melaksanakan pendidikan karakter melalui kepemimpinan yang berkarakter adalah memberikan keteladanan. Dalam hal ini, keteladanan dapat direalisasikan dalam ucapan, tulisan, bahasa tubuh, sikap, serta tindakan positif yang dapat dicontoh oleh orang lain. Keteladanan yang dicontohkan dalam tindakan nyata diantaranya mencakup, pertama karakter jujur. Kejujuran tidak saja menjadikan proses komunikasi menjadi efektif, tetapi juga mampu menciptakan pemahaman yang baik antara komunikan dan komunikator. Pesan yang dilandasi kejujuran mengarahkan komunikasi terhindar dari distorsi. Terlebih jika momentum komunikasi itu terjadi dalam dunia pendidikan. Nilai kejujuran mutlak harus dipenuhi. Pendidikan tidak hanya menciptakan tamatan yang pintar, tetapi juga harus jujur.


Kedua, memandang ke depan. Setiap pemimpin diharapkan mempunyai kemampuan memandang ke depan yaitu kemampuan pemimpin untuk menetapkan atujuan organisasi. Selain itu, seorang pemimpin juga diharapkan memiliki orientasi yang baik menuju masa depan. Pemimpin yang selalu memandang sesuatu jauh ke depan atau berpandangan jangka panjang disebut pemimpin visioner.


Pemimpin visioner tidak memandang sesuatu untuk kepentingan sesaat atau jangka pendek. Tataran praksis dalam memandang jauh ke depan adalah dengan mengungkapkan pikiran dan wawasan kepada bawahan atau anak buah bahwa agar organisasi dapat bertahan dan progres maka semua komponen dalam organisasi perlu melakukan strategi-strategi taktis yang diaktualisasikan untuk kebutuhan masa depan.


Ketiga, memberi inspirasi. Salah satu penentu kualitas seorang pemimpin adalah mampu memberikan inspirasi. Jika seorang pemimpin tidak memperlihatkan semangat perjuangan yang tinggi untuk mencapai cita-cita pribadi dan atau lembaga, jangan mengharapkan bawahan atau pengikut memperlihatkan semangat perjuangan yang tinggi. Adapun semangat perjuangan tinggi terkait erat dengan komitmen baik, terhadap organisasi, diri sendiri, serta tugas yang menjadi tanggung jawabnya.


Keempat, cakap. Kriteria pemimpin yang cakap adalah memiliki kompetensi kepemimpinan yang diandalkan. Secara umum, kompetensi dapat dimaknai sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.


Perlu Aktualisasi


Dari berbagai kompetensi yang harus dimiliki, kiranya kepemimpinan berkarakter perlu diaktualisikan dalam tataran praksis. Salah satu contoh adalah keteladanan dalam berpikir dan bertindak. Sebagai misal, apabila dalam suatu regulasi masuk kerja harus pagi, tentunya sebagai pimpinan harus memberi contoh datang lebih pagi sebelum anak buahnya.


Dengan menerapkan prinsip keteladan secara langsung, akan menjadi parameter semua pihak mengikuti dan diingatkan pada komitmen yang harus dilakukan. Dengan komitmen yang tinggi akan menjadikan kekuatan organisasi dalam mencapai tujuan serta keberlangsungannya untuk masa depan.


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar