Membangun Karakter Siswa Melalui Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Dilihat 8629 kali
Implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila

Oleh: P. Budi Winarto, SPd


MENIMBANG asal-usul katanya, karakter (dalam bahasa Yunani disebut ethos) bukanlah sebuah keadaan pasif dan tak berubah seperti roda yang diam, melainkan keadaan yang senantiasa dinamis dan harus terus menerus diperhatikan agar menjadi kebiasaan yang disadari. Karakter justru dinampakkan dalam tindakan, dan tidak pernah dikubur seperti orang menyembunyikan harta karun. Kita menyebut seseorang sebagai orang yang berkarakter ketika ia secara konsisten berhasil menunjukkan kemampuannya untuk bertindak secara sadar dan penuh pertimbangan akal sehat, dengan tujuan yang didasarkan kerangka nilai (values) sekaligus diarahkan pada pertumbuh-kembangan pribadi manusia, yang menunjukkan keseimbangan jiwanya di tengah dorongan-dorongan lain yang mungkin lebih rendah derajatnya daripada nilai (seperti keinginan sesaat atau impuls). Pendidikan karakter dengan demikian dapat dimengerti sebagai upaya sadar, sistematis, dan bertujuan untuk menghasilakan orang-orang yang berkarakter.

Dalam membangun karakter siswa melalui  projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) dalam implementasi kurikulum merdeka bisa dilakukan di dalam ruang kelas maupun di luar ruang kelas. Dalam kesempatan kali ini penulis sengaja menyempitkan fokus pembahasan pada pendidikan karakter melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila di luar ruang kelas karena empat alasan berikut ini: (1) relasi guru dengan siswa cenderung lebih cair (kurang formal) dan lebih komunikatif, (2) pressure relasi kekuasaan yang muncul dari “bermain peran” juga tidak terlalu terasa, (3) waktu untuk mengamati  dan menilai jauh lebih longgar dan leluasa (tidak terbatas 1 x 40 menit),  (4) subjek yang diiamati dan dievaluasi datang kepada guru bukan dengan paradigma mencari nilai atau dengan semangat mau berkompetisi melainkan lebih pada disposisi terbuka untuk dibimbing dan diarahkan dalam upaya pencarian jati diri serta pembentukan karakter.

Pendidikan Karakter di Luar Ruang Kelas

Berangkat dari pengalaman penulis mendampingi siswa usia SMP dalam implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila, baik di dalam maupun di luar ruang kelas, serta menjadi pendamping kegiatan ekstrakurikuler,ada sejumlah refleksi  tentang nilai pendidikan karakter yang bisa diangkat dalam tulisan ini. Secara umum projek penguatan profil pelajar Pancasila dan kegiatan ekstrakurikuler (olahraga, seni, karya ilmiah, dan lain-lain), memberi kesempatan kepada peserta didik atau siswa untuk  melatih dan mengembangkan sejumlah nilai berikut ini:

  1. Tanggung jawab: Nilai ini paling mendasar sekaligus paling menantang untuk diwujudkan. Tanggung jawab di sini bisa meliputi kejujuran serta kebiasaan untuk transparan dalam penggunaan uang, misalnya anggaran kegiatan kesiswaan dilaporkan secara cermat dan lengkap dalam LPJ.
  2. Kerjasama: Nilai ini meliputi keberanian untuk keluar dari zona nyaman berkutat dengan diri sendiri dan mulai menjangkau keluar. Bekerjasama juga berarti melatih pengendalian emosi, mengasah kecerdasan emosional, serta belajar memenangkan hati rekan kerja agar dapat bersinergi  mencapai  tujuan bersama. 
  3. Problem-solving dan kreativitas: Masing-masing nilai ini meskipun berbeda namun dalam praktiknya sering menjadi satu kesatuan. Kreativitas menjadi daya dorong yang melahirkan beragam pendekatan yang kontekstual untuk memecahkan masalah klasik hidup berorganisasi, atau mencari terobosan-terobosan kegiatan fund-raising, serta belajar mengemas run down suatu event agar di satu sisi menarik (entertaining), disisilain juga sarat dengan nilai-nilai edukatif.
  4. Kepemimpinan: Nilai ini timbul berdasarkan dorongan untuk mengarahkan (bukan mendikte) rekan-rekan kerja dalam suatu kepengurusan agar mencapai tujuan yang sudah disepakati bersama, dengan pertama-tama menjadi contoh terdepan, dan didasari semangat berbagi waktu, tenaga, energi, dana, agar suatu kegiatan berjalan lancer. Pemimpin dalam organisasi, dari pengamatan saya, cenderung berhasil  jika gaya kepemimpinan yang dianut menekankan prinsip kolegalitas yang egaliter (bukan komando), komunikatif (bukan isolatif) dan walk the talk (bukan No Action Talk Only).

Kendala dan Solusinya

Dalam upaya melatihkan dan membatinkan nilai-nilai di atas, tidak sedikit kendala yang kerap dihadapi para siswa didik. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Rasa malas dan enggan terlibat dalam kegiatan ekskul atau keorganisasian karena dianggap hanya buang-buang waktu dan mengganggu konsentrasi belajar. Terkadang hambatan yang satu ini bukan hanya datang dari diri siswa sendiri,melainkan juga datang dari “pengaruh” lingkungan terdekat mereka (orang tua, teman bermain)
  2. Relasi kekuasaan yang menghambat kerjasama, seperti senioritas-yunioritas.
  3. Terjebak dalam rutinitas dan aturan-aturan baku keorganisasian (sering disebut tradisi atau sejarah organisasi) sehingga para siswa cenderung mengikuti yang sudah ada, daripada berkreasi dan melakukan terobosan yang menyegarkan.
  4. Rasa aman semu untuk menjadi pengikut atau anggota saja, alih-alih memimpin dan menginspirasi teman-teman sebayanya.

Akhir kata, untuk mendapatkan buah-buah yang masak dan bagus dari ikhtiar Pendidikan Karakter melalui implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila di luar ruang kelas diperlukan keberanian para siswa untuk memutuskan, dengan didasarkan pada informasi yang memadai dan kerangka nilai yang jelas, dan komitmen menjalankan keputusan tersebut. Selain itu, dukungan moral dan apresiasi yang kontinyu dari lembaga pendidikan terkait juga tidak kalah pentingnya untuk menegaskan prioritas Pendidikan Karakter di tengah tuntutan excellence di bidang akademis serta tertib administratif.

Adapun tantangan dan kesulitan, kendala dan hambatan, muncul bukan untuk dihindari, namun untuk diatasi dan dipecahkan. Orang yang sungguh-sungguh mau menjadi orang yang berkarakter justru menguji dan memperkuat karakternya lewat pengalaman mengatasi kesulitan-kesulitan serta tantangan-tantangan yang muncul dalam perjalanan hidup berorganisasi, atau pengalaman terlibat dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila dan kegiatan ekstrakurikuler. Karakter yang berkualitas itu ibarat pelita yang ditempatkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya, dan bukannya ditutupi dengan tempayan lalu ditempatkan di bawah tempat tidur. Semoga.


*)Penulis adalah Guru SMP Pendowo Ngablak 

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar