Oleh: P. Budi Winarto, SPd
MENIMBANG asal-usul katanya, karakter (dalam bahasa Yunani disebut ethos) bukanlah sebuah keadaan pasif dan tak berubah seperti roda yang diam, melainkan keadaan yang senantiasa dinamis dan harus terus menerus diperhatikan agar menjadi kebiasaan yang disadari. Karakter justru dinampakkan dalam tindakan, dan tidak pernah dikubur seperti orang menyembunyikan harta karun. Kita menyebut seseorang sebagai orang yang berkarakter ketika ia secara konsisten berhasil menunjukkan kemampuannya untuk bertindak secara sadar dan penuh pertimbangan akal sehat, dengan tujuan yang didasarkan kerangka nilai (values) sekaligus diarahkan pada pertumbuh-kembangan pribadi manusia, yang menunjukkan keseimbangan jiwanya di tengah dorongan-dorongan lain yang mungkin lebih rendah derajatnya daripada nilai (seperti keinginan sesaat atau impuls). Pendidikan karakter dengan demikian dapat dimengerti sebagai upaya sadar, sistematis, dan bertujuan untuk menghasilakan orang-orang yang berkarakter.
Dalam membangun karakter siswa melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) dalam implementasi kurikulum merdeka bisa dilakukan di dalam ruang kelas maupun di luar ruang kelas. Dalam kesempatan kali ini penulis sengaja menyempitkan fokus pembahasan pada pendidikan karakter melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila di luar ruang kelas karena empat alasan berikut ini: (1) relasi guru dengan siswa cenderung lebih cair (kurang formal) dan lebih komunikatif, (2) pressure relasi kekuasaan yang muncul dari âbermain peranâ juga tidak terlalu terasa, (3) waktu untuk mengamati dan menilai jauh lebih longgar dan leluasa (tidak terbatas 1 x 40 menit), (4) subjek yang diiamati dan dievaluasi datang kepada guru bukan dengan paradigma mencari nilai atau dengan semangat mau berkompetisi melainkan lebih pada disposisi terbuka untuk dibimbing dan diarahkan dalam upaya pencarian jati diri serta pembentukan karakter.
Pendidikan Karakter di Luar Ruang Kelas
Berangkat dari pengalaman penulis mendampingi siswa usia SMP dalam implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila, baik di dalam maupun di luar ruang kelas, serta menjadi pendamping kegiatan ekstrakurikuler,ada sejumlah refleksi tentang nilai pendidikan karakter yang bisa diangkat dalam tulisan ini. Secara umum projek penguatan profil pelajar Pancasila dan kegiatan ekstrakurikuler (olahraga, seni, karya ilmiah, dan lain-lain), memberi kesempatan kepada peserta didik atau siswa untuk melatih dan mengembangkan sejumlah nilai berikut ini:
Kendala dan Solusinya
Dalam upaya melatihkan dan membatinkan nilai-nilai di atas, tidak sedikit kendala yang kerap dihadapi para siswa didik. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Akhir kata, untuk mendapatkan buah-buah yang masak dan bagus dari ikhtiar Pendidikan Karakter melalui implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila di luar ruang kelas diperlukan keberanian para siswa untuk memutuskan, dengan didasarkan pada informasi yang memadai dan kerangka nilai yang jelas, dan komitmen menjalankan keputusan tersebut. Selain itu, dukungan moral dan apresiasi yang kontinyu dari lembaga pendidikan terkait juga tidak kalah pentingnya untuk menegaskan prioritas Pendidikan Karakter di tengah tuntutan excellence di bidang akademis serta tertib administratif.
Adapun tantangan dan kesulitan, kendala dan hambatan, muncul bukan untuk dihindari, namun untuk diatasi dan dipecahkan. Orang yang sungguh-sungguh mau menjadi orang yang berkarakter justru menguji dan memperkuat karakternya lewat pengalaman mengatasi kesulitan-kesulitan serta tantangan-tantangan yang muncul dalam perjalanan hidup berorganisasi, atau pengalaman terlibat dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila dan kegiatan ekstrakurikuler. Karakter yang berkualitas itu ibarat pelita yang ditempatkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya, dan bukannya ditutupi dengan tempayan lalu ditempatkan di bawah tempat tidur. Semoga.
*)Penulis adalah Guru SMP Pendowo Ngablak
0 Komentar