Menemukan Kebahagiaan Dengan Self-love

Dilihat 1059 kali
gambar dokumentasi pribadi

MENCITAI diri sendiri adalah sebuah keegoisan. Kalimat itu sering terdengar ketika berbicara tentang self-love atau mencintai diri sendiri dalam sebuah masyarakat yang notabene merupakan makhluk sosial. Memang sangat sulit untuk mendefinisikan sebuah kata self-love meskipun sebenarnya sarat makna. Padahal, akan berbeda arti jika menggali lebih dalam apa itu self-love dan egois. Dikatakan egois jika orang tersebut tidak mempertimbangkan perasaan atau kebutuhan orang lain. Kebutuhan mereka adalah yang terpenting. Sebaliknya, seseorang yang mempraktekkan self-love sadar akan kebutuhan orang-orang di sekitarnya namun mengutamakan kebutuhannya sendiri. Faktanya, ketika seseorang lebih mencintai diri sendiri maka akan mampu memberi lebih banyak kepada orang lain.


Self-love memberikan dampak luar biasa bagi diri sendiri dan orang lain. Sikap ini merupakan salah satu cara agar seseorang memiliki kesehatan jiwa. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan jiwa adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Menurut dr. Indraswari, Sp.KJ dari RSUD Muntilan, pengukuran seseorang memiliki gangguan kejiwaan dengan tes kemampuan diri GAF (Global Assessment of Functioning). Apabila nilai dari GAF kecil maka seseorang tersebut mengalami gangguan kejiwaan.


Ada empat kriteria seseorang dikatakan sehat jiwa. Pertama yaitu dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari dirinya atau mengetahui potensi diri. Kedua, seseorang mampu mengatasi konflik dalam dirinya. Ketiga, ketika seseorang dapat berlaku produktif, dimana bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Keempat, memiliki kemampuan aktif dalam lingkungannya.


Konsep Self-love


Beberapa orang masih abai perihal self-love, justru masih banyak yang lebih mencintai orang lain seperti kekasih, pasangan dan orang tua. Penerapan self-love antara satu individu dengan individu lain tentu saja berbeda-beda, tidak ada tolok ukur yang baku kecuali diri sendiri. Pada abad ke-delapan belas, konsep tentang self-love mulai tersebar, namun pada saat itu, konsep self-love lebih dikenal sebagai egoistic desire; love of praise; due pride; excessive pride; dan respect of self.


Konsep egoistic desire secara umum terkait dengan keinginan mementingkan diri sendiri untuk keuntungan pribadi atau lebih khususnya, keinginan mementingkan diri sendiri yang hedonistik untuk kesenangan namun bukan keegoisan yang tercela. Love of praise adalah sebuah konsep dengan istilah self-love yang digunakan individu untuk mendapatkan beberapa persetujuan/ pendapat dari orang lain yang menguntungkan atau sikap afektif yang positif. Self-love dalam pengertian ini juga sering disebut sebagai cinta kehormatan, cinta harga diri, atau cinta pujian.


Selanjutnya, konsep due pride yaitu istilah self-love yang terhubung dengan gagasan tentang harga diri, pengakuan diri, dan kebanggaan dimana dalam hal ini dipahami sebagai sikap positif yang secara potensial sesuai, moderat, dan dapat diterima secara moral. Excessive pride adalah istilah self-love yang berarti kebanggaan berlebihan. Konsep ini merupakan salah satu konsepsi paling ekstrim tentang self-love pada abad kedelapan belas. Istilah lain dari excessive pride adalah propur amour, atau narsisme yang berlebih. Konsep terakhir tentang self-love pada abad kedelapan belas adalah respect of self dimana digambarkan bahwa respect of self merupakan sesuatu yang mengacu pada ekspresi diri tentang prinsip sifat manusia yang menghargai diri.


Pentingnya Self-love


Jika ada banyak waktu mencintai, yang perlu dilakukan pertama kali adalah mencintai dirimu sendiri. Sebuah kalimat sederhana pengantar betapa pentingnya self-love atau mencintai diri sendiri.  


Sisi lain sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain, tentu saja mau tidak mau akan berhadapan dengan sikap atau pandangan orang terhadap diri kita baik itu positif maupun negatif. Mulai dari beda cara berpikir, bullyan, sindiran dan kata-kata yang melemahkan maupun pujian yang berlebihan.


Self-love menjadi sangat penting sebagai bentuk apresiasi terhadap diri sendiri, dimana ketika self-love dapat diterapkan dengan baik maka kesehatan mental akan sangat terjaga dan hidup dengan bahagia. Selain itu, seseorang akan merasa lebih mudah untuk berpikir positif saat marah, kecewa maupun sedih. Sebagai bentuk penerimaan diri, pengelolaan self-love yang baik juga akan menghasilkan kepuasan hidup serta termotivasi untuk hidup lebih sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, waktu istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur.


 


Fajar Nur Farida, S.E, M.P.H


Administrator Kesehatan Muda RSUD Muntilan Kab. Magelang

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar