Mengoptimalkan Balai Budaya di Desa Wisata

Dilihat 2098 kali
Produk seni komunitas lokal dengan segala keunikannya dapat difasilitasi pengembangannya oleh Balai Budaya

Seperti diketahui kini industri pariwisata bukan lagi hanya milik komunitas kota, melainkan sudah menyentuh  kehidupan komunitas desa. Berbagai kegiatan wisata itu imbasnya juga mulai banyak berpengaruh pada kehidupan sosial budaya. Dampak negatif yang mulai tampak antara lain adalah cara mempertahankan berbagai objek, khususnya kesenian tradisional pedesaan semata-mata  sebagai faktor produksi yang nilainya sangat tergantung pada selera pasar.


Untuk itu memang perlu diupayakan cara-cara pengembangan kegiatan village tourism (wisata desa) yang memiliki banyak kemanfaatan bagi kehidupan sosial budaya  komunitas setempat. Idealnya pengembangan industri pariwisata di pedesaan justru bisa dimanfaatkan guna  mendorong, memotivasi, dan meningkatkan kesadaran kreatif masyarakat untuk menginterpretasikan kembali tradisi budayanya agar lebih bergairah dalam menciptakan kesenian tradisi yang inovatif namun selaras dengan ekspresi kehidupan komunitasnya.


Pada dasarnya desa wisata merupakan suatu wilayah  pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan orisinalitas pedesaan baik dari sisi kehidupan sosial budayanya, adat istiadat keseharian, arsitektur, struktur tata ruang desa serta berbagai komponen pendukung kepariwisataan, misalnya atraksi kesenian, makan minum, cindera mata, dan kebutuhan wisata lainnya (Bagus Sudibyo, 2018).


Dari pengertian tersebut bisa dijabarkan bahwa pijakan dasar dalam pengembangan desa wisata adalah  pemahaman terhadap karakter dan kemampuan unsur-unsur  yang ada termasuk kapabilitas lokal yang dimiliki oleh masyarakat, baik itu lingkungan alam, sosial ekonomi, budaya masyarakat, tata ruang, serta aspek historis yang merunutinya.


Unsur penting dalam pengembangan desa wisata yang tidak bisa ditinggalkan adalah keterlibatan komunitas desa dalam setiap kegiatan pariwisata yang ada di desa tersebut. Pengembangan kegiatan pariwisata sebagai pengejawantahan konsep Pariwisata Inti Rakyat mengandung multi makna bahwa komunitas desa diharapkan akan memperoleh manfaat optimal dalam pengembangan pariwisata. Komunitas dapat terlibat langsung dalam pemberian jasa dan pelayanan yang hasilnya dapat meningkatkan pendapatan di luar aktivitas mereka sehari-hari.


Menghasilkan Produk


Sebagai lembaga budaya, Balai Budaya bukan saja berkewajiban mengelola, tetapi juga menghasilkan produk budaya seperti kesenian dan kerajinan. Kiprah Balai Budaya  dalam memotivasi dan meningkatkan kesadaran olah seni serta penyediaan fasilitas tempat sebagai ajang kegiatan berbudaya akan memberikan dampak positif, baik kualitatif maupun kuantitatif bagi progresi produk-produk seni budaya komunitas setempat. Bagi desa wisata, lembaga budaya semacam ini sangat penting peran dan fungsinya karena akan dapat menjaga kelangsungan hidup produk-produk seni yang ada di masyarakat dengan segala keunikannya.


Melalui Balai Budaya, usaha pengembangan kesenian tradisional menjadi sajian seni wisata akan selalu diselaraskan dengan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan melestarikan kelangsungan hidup kesenian tradisionalnya atau produk kerajinan seni berdasarkan pada kemampuan kearifan budaya lokal dan kreativitas budaya masyarakat itu sendiri.


Dampak Industri Pariwisata


Dalam bidang seni, dampak budaya yang dihasilkan oleh industri pariwisata akan tampak terjadinya pemilahan secara  jelas antara seni yang dihasilkan oleh komunitas dan hasilnya dimanfaatkan sendiri oleh komunitas setempat (art by destination) dan seni yang dihasilkan oleh masyarakat, namun hasilnya diperuntukkan bagi orang lain (art by acculturation). Dalam hal ini, seni wisata tersebut termasuk  art by acculturation yakni suatu produk yang dihasilkan oleh proses akulturasi antara kreativitas dan keterampilan seniman dengan selera wisatawan (Soedarsono, 1991).


Produk seni akulturasi ini selain didasarkan pada hasil interpretasi kreatif dari individu seniman juga diwarnai oleh  usaha untuk mengakomodasikan nilai-nilai kesenian dengan selera estetika pasar. Namun, bila fondasi dan potensi budaya masyarakatnya lemah, akhirnya akan terpuruk dalam dominasi kekuatan pariwisata. Penghasilan yang besar akan mendorong seniman beramai-ramai menciptakan seni kemasan yang baru untuk kepentingan pariwisata. Sementara kesenian tradisi akan semakin ditinggalkan. Imbas kultural seperti itu tentu tidak kita inginkan.


Seni wisata yang ideal harus mencerminkan keseimbangan antara pertemuan domain seni yang menekankan pada nilai estetika dan domain industri pariwisata pada nilai ekonomi. Penciptaan keseimbangan ini bisa dilakukan oleh berbagai lapisan komunitas melalui Balai Budaya.


Dengan mengoptimalkan peran Balai Budaya aspek-aspek positif industi pariwisata akan bisa lebih dikembangkan untuk lebih meningkatkan pembangunan desa, menggairahkan nafas kehidupan berkesenian berdasarkan pola normatif budaya setempat. Lebih jauh lagi Balai Budaya diharapkan menjadi motor penggerak dalam penciptaan karya-karya seni inovatif yang tak meninggalkan muasalnya.


(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Mertoyudan, KabupatenMagelang)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar