Peluang dan Tantangan Seni Pertunjukan Pariwisata

Dilihat 499 kali
Seni pertunjukan dalam memenuhi standar pariwisata perlu melakukan langkah-langkah inovasi agar penyajiannya selalu dinamis dan tidak monoton.

Sebagaimana diketahui mulai awal 2023, ketika pemerintah mencabut PPKM maka berbagai kegiatan yang berlangsung di ranah publik sudah mulai menggeliat bangkit. Begitu juga aktivitas di sektor industri pariwisata. Berbagai destinasi wisata sudah mulai beroperasional normal dengan berbagai infrastruktur pendukungnya. Begitu juga cabang seni pertunjukan sebagai pendukung pada sektor industri pariwisata juga sudah mulai bangkit kembali.


Berbagai event kegiatan pariwisata juga sudah banyak didukung oleh seni pertunjukan sebagai branding dari destinasi wisata tersebut. Hotel Amanjiwo dan Plataran Resort Borobudur mulai mengemas seni pertunjukan, terutama tari tradisional untuk menjamu tamu hotel, seperti Sendratari Ramayana, Tari Klana Topeng, Tari Gambyong, Tari Bambangan Cakil, dan berbagai jenis tari tradisional lainnya.


Dari berbagai event kegiatan pariwisata yang berkolaborasi dengan seni pertunjukan tersebut menandai bahwa kerja sama mutual tersebut dapat terbangun dengan prinsip saling menguntungkan satu sama lain. Bagi kelompok seni pertunjukan dapat dapat menjadi media berekspresi juga tambahan penghasilan. Sedangkan dari pihak industri parwisata dapat meningkatkan branding dari destinasi wisata yang dikelola, karena ada kemasan seni yang menarik perhatian pengunjung.


Daya tarik wisata


Pada dasarnya, seni pertunjukan merupakan salah satu bentuk atraksi wisata andalan yang merupakan special event sebagai daya tarik wisata. Berpijak pada prinsip-prinsip elaborasi pariwisata berkelanjutan, maka seni pertunjukan dalam konteks pariwisata idealnya didasarkan  pada berbagai penggalian warisan seni budaya komunitas setempat agar dapat menggambarkan karakteristik daerah setempat.


Zepel dan Hall dalam tulisannya Art and Heritage Tourism (1992) menegaskan bahwa seni pertunjukan dapat dikategorikan sebagai heritage tourism. Implikasi dari heritage tourism adalah bagian dari pariwisata budaya yang menceritakan secara ringkas kepada pengunjung tentang pentingnya motivasi budaya. Adapun bentuk konkret motivasi budaya tersebut bisa semacam karya wisata, seni pertunjukan, perjalanan budaya, festival, cerita rakyat, dan peristiwa budaya lainnya.


Dinamika waktu yang berjalan telah membuktikan bawa seni pertunjukan sudah menjadi branding atraksi seni wisata. Di samping memiliki keunikan, juga mempunyai dampak ikutan sebagai penggerak perekonomian rakyat. Sebagai contoh dalam ajang festival seni baik lokal, regional, maupun internasional, akan berkorelasi dengan berbagai bidang, seperti jasa tata rias, akomodasi, restoran, dan sebagainya. Dampak ikutan tersebut bisa bersinergi yang mampu meningkatkan  penghasilan secara ekonomi  dan perluasan lapangan kerja.


Seni pertunjukan sebagai suatu unsur kesenian memiliki peran yang sangat dominan dalam konteks kegiatan kepariwisataan. Bahkan secara langsung sudah dapat menunjukkan kapasitasnya sekaligus posisinya sebagai komponen daya tarik wisata. Oleh karena itu, peran dan kontribusi seni pertunjukan terhadap elaborasi sektor industri pariwisata tidak perlu dipertanyakan. Bahkan di beberapa daerah yang memiliki potensi objek dan daya tarik wisata budaya, eksistensi seni pertunjukan seringkali justru menjadi daya tarik utama wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata tersebut (Wiendu Nuryanti, 2004).

 

Peluang dan tantangan


Seni pertunjukan dengan berbagai keunikannya, merupakan bidang yang tidak bisa dipisahkan dengan sektor pariwisata. Keduanya merupakan bidang yang korelasinya sangat erat dan memiliki peluang prospektif. Peluang ini dikorelasikan dengan motivasi perjalanan wisatawan internasional yang banyak dilandasi oleh minat dan keinginan yang kuat untuk melihat kebudayaan lokal, baik peninggalan historis, upacara tradisi, adat istiadat maupun seni pertunjukan.


Meningkatnya apresiasi wisatawan terhadap seni budaya termasuk seni pertunjukan, akan mendorong frekuensi pementasannya lebih tinggi. Peluang tersebut sangat dimungkinkan,  karena dengan kunjungan wisatawan tinggi akan berbanding lurus dengan permintaan mereka untuk menikmati sajian estetis yang bersentuhan dengan seni budaya.


Sementara itu, minat tinggi wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara terhadap karya seni budaya Indonesia telah mendorong mereka untuk belajar secara intensif tehadap berbagai seni pertunjukan di Indonesia. Kecenderungan tersebut akan menjadi sarana efektif untuk promosi keunikan seni pertunjukan Indonesia di dunia internasional maupun promosi kepariwisataan pada umumnya.


Di samping terdapat berbagai peluang yang mengindikasikan prospektif positif terhadap perkembangan seni pertunjukan di masa yang akan datang dalam konteks kegiatan kepariwisataan, juga terdapat berbagai tantangan mendasar yang harus diantisipasi. Adapun tantangan utama dalam pengembangan seni pertunjukan dalam konteks kepariwisataan meliputi berbagai aspek.


Pertama, standar kemasan. Dalam konteks industri pariwisata, peran seni pertunjukan sebagai salah satu duta promosi akan berhadapan dengan standar kemasan internasional yang menuntut kapabilitas tinggi baik personal maupun manajemen seni pertunjukannya. Apabila para pelaku maupuan manajemen seni pertunjukan tidak dikelola sesuai standar profesional maka daya saing seni pertunjukan Indonesia akan tergeser dengan seniman-seniman negara tetangga atau seniman internasional lainnya.


Kedua, inovasi dan kreativitas. Pada dasanya berbagai misi promosi kebudayaan dan pariwisata akan selalu menampilkan seni pertunjukan daerah sebagai event utama untuk memberikan citra faktual terhadap berbagai keunikan maupun potensi seni budaya di tanah air. Mengingat perannya sangat signifikan sebagai ujung tombak dalam membangun citra dan apresiasi yang tinggi dalam benak wisatawan, maka inovasi dan kreativitas dalam mengemas karya seni pertunjukan merupakan kunci sukses tinggi. Sebagai misal Candi Borobudur yang menyimpan kurang lebih 1.460 relief naratif, dapat dikemas oleh para seniman menjadi suatu sajian pertunjukan menarik, seperti kisah Jataka-Avadana, Lalitavistara, Karmawibhangga, dan sebagainya.


Ketiga, pemberdayaan potensi. Tidak dapat dipungkiri, pemberdayaan potensi baik seni pertunjukannya juga para senimannya menjadi tantangan tersendiri. Jangan sampai destinasi wisata malah aspek penunjangnya seperti seni pertunjukan diambil dari seniman luar. Komunitas lokal hanya sebatas sebagai penonton dan tidak dilibatkan. Untuk itu, kiranya pendampingan bagi para seniman juga kualitas seni pertunjukannya masih sangat dibutuhkan. Dalam hal ini pemerintah dapat memfasilitasi. 


Untuk revitalisasi seni pertunjukan termasuk manajemen, kualitas, maupun sumber daya senimannya dapat difasilitasi oleh OPD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Sedangkan terkait dengan pemasaran, mencari jejaring, atau relasi menjadi tugas dari OPD Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga. Untuk itu dua OPD tersebut perlu bersinergi dalam melakukan pendampingan agar seni pertunjukan dapat berjalan optimal sesuai standar yang sudah ditentukan.


Dengan demikian dapat ditarik suatu tautan benang merah, bahwa seni pertunjukan dalam konteks industi pariwisata dapat berkembang manakala para seniman atau pelaku seni pertunjukan mampu menangkap peluang dan tantangan dengan difasilitasi oleh berbagai pihak terkait yang saling bersinergi.


Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar