Peran Radio Sebagai Penjaga Kebudayaan

Dilihat 134 kali
Penyiar Radio Gemilang 96,8 FM Kabupaten Magelang dengan akrab dan simpatik menyapa pendengarnya sehingga kontak emosional dapat terbangun.

Suaramu pancen penak dirungokke

Gawe seneng uwong sing padha mirengke

Suaramu ora bisa dilalekke

Senajan aku mung krungu swarane

 

Penyiar radio aku maturnuwun karo kowe

Suaramu kuwi pancen nyenengake

Penyiar radio aku saben dina ngrungokake

Swaramu ora bisa dilalekake


Lirik lagu bertajuk Penyiar Radio gubahan Sang Maestro Campursari Almarhum Didi Kempot tersebut didedikasikan bagi penyiar radio di seluruh Nusantara. Lirik lagu cukup sederhana itu sangat menyentuh intuisi siapa saja yang mendengarkan. Sosok penyiar radio yang enak didengarkan walaupun hanya suaranya.


Suara penyiar bukan hanya sekadar alat penyampai informasi, melainkan juga jiwa dari sebuah siaran. Dengan suara, intonasi, ekspresi, dan gaya penyampaiannya, penyiar mampu membangun kedekatan emosional dengan pendengar, bahkan menciptakan suasana yang membekas dalam ingatan.


Suara penyiar yang spesifik mampu membuat sebuah siaran terasa hidup. Misalnya, ketika seorang penyiar radio menyampaikan kabar pagi dengan penuh semangat, pendengar ikut termotivasi untuk mengawali aktivitasi kesehariannya. Sebaliknya, saat penyiar berita membacakan informasi penting dengan intonasi tegas, pendengar merasakan keseriusan dalam pesan tersebut. Dengan kata lain, suara penyiar bukan hanya medium, tetapi juga pembawa suasana yang dapat merajut kontak emosional dengan pendengarnya.


Membicarakan sosok penyiar tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan radio sebagai lembaga penyiaran publik. Tidak bisa dipungkiri Indonesia sebagai negeri kepulauan dengan kekayaan budaya yang melimpah, telah menemukan teman setia dalam radio untuk menjaga, menyebarkan, dan bahkan memperkaya warisan budayanya.


Munculnya radio perintis di tahun 1925 dengan Bataviase Radio Vereniging (BRV), radio telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perspektif kehidupan bangsa Indonesia. Meskipun awalnya hanya dinikmati oleh kalangan terbatas, siaran radio mulai menjembatani perbedaan dengan memperkenalkan musik, cerita rakyat, dan informasi dari berbagai daerah, menumbuhkan rasa kebersamaan di tengah keberagaman.


Selain itu sebulan setelah Kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya tanggal 11 September 1945, radio memiliki peran siginifikan yang dapat memantik semangat perjuangan. Dari sini suara Indonesia mulai terdengar ke seluruh pelosok negeri. Para pejuang informasi, waktu itu sepakat mengambil alih dari kekuasaan Jepang bergabung ke Republik Indonesia yang baru saja diproklamirkan.


Pada waktu radio perjuangan menjadi media paling ampuh untuk menyebarkan berita kemerdekaan dan merajut semangat perjuangan. Radio perjuangan menjadi salah satu alat komunikasi yang digunakan untuk menyebarkan informasi dan menggalang semangat perjuangan rakyat Indonesia (Tiny Mafdalena, 2023).

 

Langkah Transformasi

Elaborasi teknologi digital menghadirkan tantangan baru bagi dunia radio. Namun, bukan berarti radio kehilangan pendengar. Justru, radio telah melakukan langkah transformasi. Banyak stasiun radio saat ini telah mengintegrasikan siaran konvensional dengan live streaming, podcast rekaman, hingga interaksi dua arah dapat terbangun sinergis melalui media sosial.


Fenomena tersebut ditegaskan oleh AM Adhy Trisnanto, Ketua Dewan Pengawas LPP RRI dalam artikelnya di Harian Kompas (15/10/2025) bertajuk Radio Masa Depan. Keunggulan kompetitif radio di antaranya adalah karakter lokalitasnya. Pada 2018, 43 persen respon setuju pada hal itu. Sedangkan di tahun 2024 responden yang setuju naik menjadi 57 persen. Kenaikan persentase tersebut menunjukkan responden masih mencintai radio sebagai media informasi publik.


Lokalitas dalam hal ini berkorelasi dengan berita lokal, laporan cuaca, pembawa acara favorit, tokoh yang tinggal di kota yang sama, laporan lalu lintas, dan ringkasan mingguan hiburan regional. Selain alasan itu, orang menggunakan radio karena relasi intim yang terbangun. Interaksi host (penyiar) dengan pendengar menjadikan komunikasi bersifat personal.


Di tengah melesatnya era digital saat ini, radio tetap eksis dan tegar dalam mempertahankan dan mengembangkan eksitensinya. Hal tersebut dapat dicermati karena radio memiliki nilai keunggualan yang sangat spesifik, di antaranya pertama, mudah diakses. Radio dengan mudah dapat diakses, bahkan di lokasi yang tidak terjangkau internet sekalipun. Cukup dengan perangkat sederhana, masyarakat di pelosok tetap bisa mendengar berita atau informasi aktual.


Kedua, kecepatan informasi. Dalam situasi darurat dan mendesak seperti bencana alam, radio terbukti menjadi media paling efektif untuk menyampaikan informasi secara cepat, akurat, dan sebarannya meluas. Ketiga, kedekatan emosional. Radio menghadirkan gaya komunikasi yang lebih personal. Suara penyiar terasa dekat, seolah menjadi teman sehari-hari bagi para pendengar. Keempat, revitalisasi kultural. Radio daerah sering menyiarkan program kebudayaan dengan bahasa lokal, yang membantu menjaga identitas budaya di tengah arus globalisasi.


Pada prinsipnya radio sampai saat ini, memiliki resiliensi luar biasa dan dapat bersanding dengan dunia digital. Radio masih eksis dan tetap adaptif yang terintegrasi dengan ekosistem media modern. Sikap adaptif tersebut akan terus memantik radio untuk terus berinovasi.


Melahirkan Seniman

Radio telah memberikan kontribusi besar dalam melestarikan kebudayaan dan tradisi lokal. Siaran dalam bahasa daerah, pertunjukan seni tradisional, dan cerita rakyat menjadi sarana penting untuk menjaga kekayaan budaya Indonesia dari generasi ke generasi. Bahkan radio juga telah menjadi inkubator bagi kreativitas dan inovasi. Banyak seniman, musisi, dan penyiar berbakat lahir dari dunia radio.


Tidak bisa dibantah para musisi dan vokalis ternama banyak lahir dari radio. Acara legendaris Bintang Radio yang diprakarsai RRI telah melahirkan sederet penyanyi tersohor di Indonesia. Para pemenang kompetisi ini sering kali mendapatkan pengakuan nasional yang menjadi batu loncatan penting bagi karier profesional mereka.


Bahkan, dalam dunia seni pertunjukan tradisional, seperti wayang kulit, para dalang kesohor lahir dari radio. Para dalang tersebut belum disebut sebagai dalang kalau belum pernah tampil di radio, yang pada waktu itu perintisnya adalah RRI. Pada waktu itu RRI bagaikan juru selamat yang dapat memantik para seniman dalang untuk berusaha tampil di RRI. Peran radio seperti itu dapat ditegaskan sebagai penjaga kebudayaan, yang dapat memberi ruang berekspresi para seniman.


Di Radio Gemilang 96,8 FM Kabupaten Magelang, sebagai jendela musik dan informasi telah membuat program siaran rutin kebudayaan seperti macapat dan musik daerah yang mudah dijangkau aksesnya. Bahkan bertepatan dengan hari Wayang Nasional tahun 2025 ini telah menyiarkan live pagelaran wayang kulit oleh para dalang dari Kabupaten Magelang bertempat di Pendopo Surya Gemilang.


Kehadiran radio dalam membuat program siaran kebudayaan dapat menjadi media penjaga kebudayaan yang dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat agar kebudayaan dapat tetap terjaga eksistensinya dalam nuansa kebhinekaan. Di tengah gempuran teknologi digital, radio tetap akan bertahan sebagai teman setia, menjaga nyala api budaya Indonesia agar terus berkobar.


Penulis: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd. Ketua Sanggar Seni Ganggadata Desa Jogonegoro, Kec. Mertoyudan Kabupaten Magelang

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar