Ruang Dialog Seni Tari

Dilihat 681 kali
Seni tari sebagai sebuah bangunan estetika dapat diamati secara multidisiplin yang dapat menjadi pemantik bagi para seniman untuk melakukan proses kreatif selaras dengan dinamika zaman.

Setiap kali masyarakat melihat seni pertunjukan seni tari baik itu seni tari rakyat atau istana, pada umumnya hanya melihat dari sosok visual penarinya maupun piawainya dalam menggerakkan organ tubuhnya. Apabila ada di antara penonton yang tidak respek dari penyajian yang dipentaskan, berbagai lontaran kritik yang kadang tidak ada muatan solusi bermunculan seusai pentas.


Kejadian demikian yang sering muncul di ranah publik, disebabkan seni tari masih dipandang hanya sebagai media hiburan atau tontonan semata. Padahal kalau ditelisik seni tari memiki kandungan makna yang sangat kompleks. Seni tari memang tidak semata menunjukkan visualisasi tubuh yang bergerak dalam teknik-teknik tertentu. Sejatinya, tubuh tari merupakan media ekskpresi yang mampu merefleksi berbagai persoalan hidup manusia.


Presentasi seni tari dapat dimaknai bahwa laku tari dan laku tubuh sebagai medan kompleks dalam mengaktualisasikan berbagai elemen-elemen artisik dalam pergelaran, imajinasi, kreasi, serta simbolisasi nilai dan makna yang berlaku di masyarakat. Sebagai misal untuk upacara panggih pengantin, tentunya seni tari yang disajikan perlu dikorelasikan dengan makna dalam upacara tersebut, seperti tari Karonsih yang memvisualiasikan cinta kasih antara Panji Inu Kertapati dengan Dewi Galuh Candrakirana yang berlatar dari cerita Panji.


Pemahaman seni tari secara komprehensif dapat membentuk konsepsi terkait dengan kebudayaan yang utuh dalam konteks kosmologis yang akhirnya menjadi sumber ide kreatif terkait dengan identitas dan gambaran atas dunia yang dianggap ideal. Hal ini sudah berlangsung sepanjang sejarah kemanusiaan dalam bentuk tari yang berfungsi sebagai ritual, sosial, presentasi estetis maupun tradisi dalam kehidupan komunitas. Dalam dinamika elaborasinya tari menjadi artefak untuk memahami historis dan identitas bangsa sebagai pribadi juga kelompok masyarakat (Sal Murgiyanto, 2018).


Ruang Dialog


Seni tari yang dibangun dalam elemen-elemen internal tubuh, kostum, iringan, tata panggung juga elemen eksternal seperti sosial, psikologi, spiritualitas, budaya, dan sebagainya dalam cakrawala horizon yang lebih luas tidak bisa berjalan sendiri. Secara fleksibel seni tari akan bersinggungan dengan disiplin ilmu lain untuk mengkaji makna seni tari sampai tingkat kedalamannya.


Di sini seni tari akan menjadi ruang dialog menarik dengan berbagai disiplin ilmu, seperti sastra, sejarah, sosiologi, arkeologi, dan sebagainya. Kajian menjadi lebih luas, mendalam, dan multi-perspektif. Pada saat yang sama, hal ini akan menjadikan tari sebagai suatu hal yang terbuka, dinamis, dan mampu berdialog secara lintas disiplin.


Ketika seni tari berkembang dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi branding dalam tataran komunal, tentunya akan bersinggungan dengan disiplin ilmu sosiologi yang menekankan pada aspek-aspek yang berkorelasi dengan manusia maupun lingkungan sosialnya. Demikian juga ketika melakukan berdiskusi seni tari dari asal muasal dan runutan historisnya, tentu tidak bisa lepas dari disiplin ilmu sejarah.


Aspek sastra diperlukan juga dalam seni tari ketika akan mengolah tari dari aspek pendukung seperti sinopsis, tembang, narasi tekstual, dan sebagaianya. Masing-masing apsek tersebut berkelindan untuk menjadikan seni tari dapat menjadi sumber dialog. 


Dalam beberapa tahun lalu seniman di Borobudur telah membuahkan karya seni tari berbasis relief. Tentunya penggagasnya banyak menyandingkan disiplin ilmu seni tari dengan disiplin ilmu arkeologi sehingga dua disiplin tersebut menjadi mata rantai yang memperkuat referensi sebagai kajian dasarnya. 


Fleksibilitas seni tari yang dapat dimanfaatkan lintas disiplin tersebut sebagai penanda, bahwa aspek seni tari tidak hanya sekadar muatan estetika saja, namun dapat menjadi ajang diskusi maupun penelitian. 


Dengan menjadikan aspek seni tari sebagai ruang dialog akan menjadikan suatu koloborasi mutual yang saling menguntungkan. Disiplin seni tari dapat lebih memiliki pengayaan karena tidak hanya berkutat masalah teknis. Sedangkan dari disiplin ilmu lain dapat menjadikan seni tari sebagai referensi seni yang lebih memperkaya wawasan dan pendalaman aspek keilmuan.


Tidaklah berlebihan sebagai sebuah bangunan logika, konstruksi psikologi persepsi sosial, dan teori seni budaya sekaligus, seni tari sebenarnya mampu menjadi media yang relevan untuk mengidentifikasi berbagai problematika bangsa, khususnya bidang kebudayaan. Seni tari semestinya dapat dimaknai sebagai sebuah bagian dari strategi kebudayaan dan mamahaminya sebagai media transformasi nilai-nilai budaya, penguatan ikatan-ikatan sosial antarwarga komunitas, dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk mengokohkan peradaban umat manusia.


Dinamika Zaman


Seni tari sebagai sebuah bangunan estetika yang dapat diamati secara lintas displin tersebut, tentunya perlu dapat menjadi pemantik bagi para seniman atau kreatornya untuk lebih kreatif dalam melakukan proses kreatif selaras dengan dinamika zaman. Dengan pendalaman karya lewat multidisiplin akan dapat membuka ide-ide inovasi, sehingga proses kreatif akan semakin terbuka lebar.


Para seniman yang menggeluti seni tradisi juga akan semakin terbuka wawasannya. Pada dasarnya seni tradisi yang sudah diwariskan turun temurun bukanlah menjadi sesuatu yang tetap dan tidak bisa berubah. Seni tradisi merupakan suatu aktivitas dinamis dan akan selalu berkembang sesuai dengan tanda-tanda zaman seiring dengan dinamika perkembangan komunitas pendukungnya.


Dengan demikian, para seniman tari di samping berkarya, juga dapat melakukan penelitian sehingga proses kekaryaannya bisa menjadi berimbang antara karya seni dan penelitian seni yang pada gilirannya akan semakian memperkuat bangunan seni tari sebagai suatu aspek estetika maupun keilmuan.

 

(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan  Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar