Strategi Backward Design untuk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Yang Berkualitas

Dilihat 19952 kali
Pembelajaran berbasis projek, untuk memperkuat karakter peserta didik

Oleh : P. Budi Winarto, S.Pd*)


KURIKULUM Merdeka secara serentak mulai diimplementasikan di seluruh Indonesia pada tahun Pelajaran 2022-2023. Dalam kurikulum merdeka pembelajaran difokuskan berbasis projek atau project based learning. Projek dalam kurikulum merdeka dimaksudkan untuk semakin memperkuat karakter peserta didik yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Dalam memperkuat karakter profil pelajar Pancasila sekolah-sekolah diharapkan membuat projek yang bertujuan memperkuat karakter tersebut. Dalam membuat projek penguatan profil pelajar Pancasila, para guru dituntut untuk mahir dalam merancang  modul projek yang berkualitas. 

Berkaitan dengan kegiatan merancang modul projek, sebenarnya bagi para guru sudah menjadi hal yang biasa dilakukan karena pada dasarnya profesi guru adalah perancang. Tindakan paling penting dalam profesi guru adalah merancang pembelajaran dan projek serta pengalaman belajar untuk memenuhi tujuan tertentu. guru juga menjadi perancang penilaian untuk mendiagnosis kebutuhan siswa sebagai panduan dalam mengajar dan membuat projek sehingga memungkinkan guru, siswa, dan pihak lain (orang tua dan administrator) untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran dan projek tersebut  telah tercapai.

Seperti profesi desainer lainnya; arsitek, insinyur, atau desainer grafik, perancang di bidang pendidikan haruslah mengerti benar tentang audiens mereka. Para profesional dalam bidang ini haruslah berpusat pada klien. Efektifitas rancangan akan sangat berkorelasi apakah mereka telah memenuhi tujuan/capaian dari klien mereka atau tidak. Jelasnya, siswa adalah klien utama guru, mengingat bahwa efektivitas kurikulum, penilaian dan rancangan pembelajaran dan projek sangat ditentukan dengan prestasi pembelajaran yang diinginkan.

Apa itu strategi backward design?

Dalam kaitannya dengan projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5), guru berperan penting dalam merancang modul projek tersebut. Bagaimanapun juga sebagai perancang projek guru harus memahami strategi perancangan yang akan digunakan. Salah satu strategi perancangan modul projek yang efektif adalah perancangan mundur atau backward design. Seperti yang termakna dari namanya, desain mundur dimulai dari akhir terlebih dahulu - yaitu tujuan yang nyata dari kegiatan projek. Kemudian akan mundur untuk mengembangkan  kegiatan yang akan dilakukan sehingga  memenuhi tujuan projek tersebut.

Sebagian besar rancangan projek yang telah dilakukan guru selama ini sebagian besar fokus pada konten dan tidak pada tujuan. Misalnya, biasanya seorang guru akan menentukan topik tertentu, misalnya:  Projek : Kewirausahaan, kemudian memilih sumber belajar (misalnya, lembar kerja), memilih metode yang sesuai berdasarkan topik (tanya jawab pendek/isian), dan berharap terjadinya proses kegiatan. Akhirnya, guru akan memikirkan latihan untuk menilai pemahaman siswa akan projek kewirausahaan. Dalam pendekatan ini, asesmen dilakukan secara sumatif (dilakukan di akhir projek dan bersifat menghakimi).

Cara di atas adalah cara kurang baik untuk merancang projek. Walaupun dimulai dari topik/tema, namun tidak ada tujuan yang jelas dari topik tersebut. Karena tidak ada tujuan, guru dan siswa tidak tahu kemana harus mengarahkan projeknya. Bahkan, guru kemungkinan tidak memiliki tujuan pembuatan projek sampai projek berakhir – saat ia merancang evaluasi kegiatan projek. Dan ini terlambat bagi kegiatan penguatan profil pelajar Pancasila yang baik bagi siswa.

Langkah-langkah Strategi Backward desaign 

Merancang mundur dalam strategi backward desaign berarti guru menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Guru mendefinisikan tujuan projek, menentukan teknik yang mendorong pada pencapaian tujuan, kemudian baru merancang modul projeknya.

Mari kita lihat kembali projek kewirausahaan lagi—sekarang menggunakan pendekatan merancang mundur atau strategi backward desaign:

  1. Guru menentukan tujuan projek kewirausahaan.
  2. Siswa akan memahami bagaimana teori-teori mengenai kewirausahaan.
  3. Siswa akan memahami bagaimana menerapkan teori kewirausahaan dalam kehidupan sehari-hari

Untuk melakukan asesmen terhadap tujuan-tujuan di atas, guru akan melibatkan siswa dalam kegiatan asesmen sebagai berikut:

  1. Siswa saling melakukan kegiatan penilaian sebaya tentang teori kewirausahaan
  2. Siswa melengkapi lembar kerja individual
  3. Guru melakukan tanya jawab untuk berdiskusi dengan seluruh siswa

Untuk kegiatan luar kelas, siswa harus menentukan perusahaan yang akan dijadikan sebagai tempat untuk praktik menerapkan teori-teori kewirausahaan. Setelah itu mereka harus membuat laporan mengenai  pengalaman selama praktik  kewirausahaan di perusahaan yang dikunjungi.

Guru kemudian merencanakan kegiatan projek yang akan dilakukan. Tahapannya sebagai berikut:

  1. Siswa belajar secara induktif mengenai teori kewirausahaan dalam kelompok kecil.
  2. siswa saling mengecek pemahaman tentang kewirausahaan
  3. Siswa menjelaskan teori kewirausahaan ke seluruh kelas

Kegiatan dalam kelompok kecil yaitu siswa menggunakan teori kewirausahaan untuk mencoba mempraktikan teori-teori kewirausahaan tersebut dalam kegiatan kewirausahaan yang konkret.

Guru melihat kembali ketiga tahap dari Desain Mundur atau strategi backward design dan mempelajari bagaimana dapat membantunya dalam  menggunakan pendekatan atau strategi ini.

Mengidentifikasi tujuan yang Diharapkan 

Ketika guru memulai perencanaan, identifikasilah satu atau dua tujuan projek. Apa yang akan dapat diketahui oleh siswa sebagai hasil dari kegiatan projek yang akan dirancang? Apa ide-ide utama yang akan dilakukan oleh siswa dalam projek tersebut? Tujuan projek dapat diambil dari profil pelajar Pancasila yang meliputi;

  1. Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia, 
  2. Mandiri
  3. Bernalar kritis
  4. Kebhinekaan global
  5. Bergotong royong
  6. Kreatif

Sedangkan tema utama projek penguatan profil pelajar Pancasila meliputi:

  1. Gaya hidup berkelanjutan
  2. Kearifan lokal
  3. Bhineka tunggal ika
  4. Bangunlah jiwa dan raga
  5. Suara Demokrasi
  6. Berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI
  7. Kewirausahaan

 Asesmen/Penilaian Projek

Sekarang, bagaimana para guru akan mengetahui bahwa para siswa telah memenuhi tujuan-tujuan ini? Ini adalah sebuah asesmen. Biasanya, dalam kegiatan pembelajaran tradisional, asesmen ada di akhir pelajaran. Dalam pembuatan projek, dan kegiatan projek berpusat pada siswa, asesmen dilakukan selama kegiatan projek berlangsung. Bentuknya adalah formatif (selama kegiatan projek berlangsung) dan sumatif (di akhir projek).

Tujuan dari asesmen formatif adalah untuk melihat seberapa jauh siswa telah dapat mencapai tujuan projek dan membantu memperbaiki hal-hal yang masih salah. Sebagai guru, tentunya ingin memastikan seluruh siswa berhasil, dan cara terbaik adalah dengan melakukan pengecekan secara konstan dan melakukan asesmen terhadap pembahaman mereka tentang kegiatan projek yang telah dilakukan.

Bentuk-bentuk asesmen yang telah diuraikan  juga dapat menjadi asesmen sumatif. Asesmen sumatif biasanya berbentuk tes atau ujian, dan biasanya bersifat final. Tujuan dari asesmen formatif adalah untuk memberi sertifikasi kepada siswa atas penguasaan atas konsep atau ketrampilan yang telah dicapai.

Merencanakan Pengalaman Membuat Projek

Setelah kita mengidentifikasi tujuan projek, teknik asesmen untuk mengukur tujuan  projek ini, kemudian langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah merencanakan kegiatan projek.

  1. Apa yang sebenarnya akan dilakukan  guru? 
  2. Seberapa banyak ia harus memberikan pendampingan dan bimbingan? 
  3. Seberapa banyak harus ditemukan sendiri oleh siswa?
  4. Kegiatan-kegiatan apakah yang akan membantu siswa mencapai tujuan projek dengan cara terbaik?
  5. Materi dan sumber belajar apakah yang akan dibutuhkan siswa?
  6. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan?
  7. Bagaimana para siswa akan dikelompokkan?

Yang terpenting adalah, sembari guru merencanakan kegiatannya, menentukkan strategi pengelompokkan dan merancang projek, guru selalu perlu untuk mengecek kembali tujuan projeknya selama  melakukan perencanaan projek ini sehingga pelaksanaan pembuatan projek penguatan profil pelajar Pancasila dengan menggunakan strategi backward desaign ini sungguh dapat bermakna bagi siswa dan proses kegiatan maupun hasilnya lebih berkualitas. Semoga.


(Penulis adalah guru SMP Pendowo Ngablak)

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar