BERITAMAGELANG.ID - Di tengah perubahan iklim yang kian tidak menentu, sebuah gerakan sunyi namun kuat muncul dari Kabupaten Magelang. Forum Inklusi Disabilitas Kabupaten Magelang (Fidakama) memimpin perhelatan yang menyatukan penyandang disabilitas dan relawan dalam satu tujuan membuktikan bahwa inklusi adalah kunci ketangguhan lingkungan, di Aula Perpustakaan Daerah Kabupaten Magelang, Rabu (3/12). Kolaborasi itu dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional dan Hari Relawan Internasional 2025, dengan mengangkat tema Aksi Inklusif Sekarang: Kolaborasi Kepemimpinan Penyandang Disabilitas dan Relawan dalam Aksi Iklim dan Lingkungan untuk Masa Depan Bersama.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Sosial PPKB PPPA Kabupaten Magelang, Bela Pinarsi menegaskan, perubahan cara pandang terhadap penyandang disabilitas. Peringatan ini tidak sekadar seremonial. Acara ini hadir sebagai pernyataan bahwa penyandang disabilitas bukan hanya penerima manfaat pembangunan, tetapi pemimpin perubahan dalam isu iklim, bencana, sanitasi, hingga pembangunan desa.
"Disabilitas bukan semata penerima bantuan sosial. Mereka adalah potensi sumber kesejahteraan sosial. Mereka berdaya, inovatif, dan mampu menjadi pelatih digital marketing, mengelola media sosial untuk UMKM, hingga berkontribusi dalam pengelolaan program lingkungan," kata Bela.
Dinsos berkomitmen melakukan pendampingan berkelanjutan, mulai dari pelatihan wirausaha, peningkatan produktivitas, hingga membuka akses kerja di perusahaan. Tahun 2026, penyandang disabilitas bahkan akan dilatih sebagai pemberi layanan sosial di masyarakat.
Bela juga menyoroti Fidakama selama ini menjadi motor berbagai program inovatif mulai dari ketangguhan bencana, adaptasi perubahan iklim, hingga penguatan sanitasi berbasis komunitas.
"Hari ini bukan hanya peringatan. Hari ini adalah pernyataan bahwa penyandang disabilitas dapat memimpin. Mereka berdiri di garis depan perubahan," ujarnya.
Fidakama mampu memberikan perubahan dengan kiprahnya yakni Program Pioneer (2022) mendorong pelibatan lansia dan penyandang disabilitas dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB), Program Aman Inklusi (2024 - 2025) berjalan di Desa Bigaran, Ngablak, dan Ngargomulyo. Di sini, Fidakama membantu membentuk Kelompok Disabilitas Desa (KDD) yang diintegrasikan dengan Program Kampung Iklim (ProKlim). Kemudian Program MODA AMPL (2025) dilaksanakan di Desa Giritengah dan Ngadiharjo, Borobudur. Menekankan peran disabilitas dalam pengelolaan air minum dan sanitasi. KDD diberi legitimasi formal dengan SK Kepala Desa. Piagam Iklim dan Lingkungan pada 29 Agustus 2025, Fidakama bersama 11 organisasi menandatangani piagam tersebut yang kini telah diakui secara internasional, dengan nama Fidakama tercantum di laman climate-charter.org. Protokol Aksi Antisipasi Hujan Ekstrem disusun untuk dua desa di Borobudur, memastikan penanganan bencana yang inklusif dan adaptif.
"Peringatan HDI dan Hari Relawan ini menjadi momen untuk menegaskan bahwa penyandang disabilitas bukan hanya penerima manfaat, tetapi pelaku pembangunan dan penggerak perubahan," lanjut Bela.
Ketua Fidakama Kabupaten Magelang, Hendry Hernowo menjelaskan, forum ini lahir pada 30 Oktober 2021 sebagai wadah kolaborasi lintas organisasi disabilitas, keluarga penyandang disabilitas, dan relawan.
"Dalam usianya yang relatif muda, perjalanan Fidakama mencerminkan transformasi yang signifikan," kata Hendry.
Peringatan ini membawa sejumlah tujuan konkret, yakni mendorong komitmen lembaga dan desa melalui penandatanganan Piagam Iklim dan Lingkungan, menyebarkan praktik baik adaptasi iklim yang melibatkan disabilitas dan relawan, memperkuat KDD dalam pengelolaan AMPL dan sistem air minum yang inklusif, serta meningkatkan kapasitas komunitas dalam merespons peringatan dini cuaca ekstrem.
"Hasil yang diharapkan meliputi peningkatan pengakuan kelembagaan KDD, tersusunnya dokumentasi pembelajaran, hingga naiknya kompetensi penyandang disabilitas dalam isu sanitasi dan ketangguhan bencana," harap Hendry.
Perwakilan Arbeiter Samariter Bund (ASB), Pabio memberikan apresiasi mendalam terhadap kiprah Fidakama. ASB adalah organisasi kemanusiaan internasional asal Jerman yang sejak 2002 aktif mendampingi program inklusi bencana di Indonesia.
"Isu iklim bukan hanya soal lingkungan, tapi isu kemanusiaan. Penyandang disabilitas menghadapi risiko paling besar. Karena itu, mereka bukan penerima bantuan, mereka pemimpin perubahan," ujar Pabio.
Menurut Pabio, kolaborasi Fidakama bersama pemerintah daerah, pemerintah desa, dan relawan menunjukkan model pembangunan yang berkelanjutan. Keterlibatan Fidakama dalam ProKlim, MODA AMPL, hingga piagam iklim menunjukkan kapasitas organisasi ini sebagai aktor utama ketangguhan komunitas.
"Di tengah perubahan iklim yang semakin ekstrem, pandemi yang membekas, serta tantangan sosial yang kian kompleks, penyandang disabilitas dan relawan di Magelang menunjukkan bahwa inklusi adalah kunci ketangguhan," pungkasnya.
0 Komentar