Pemkab Magelang Dorong UMKM Naik Kelas Dengan Ekspor

Dilihat 1049 kali

BERITAMAGELANG.ID - Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disdagkop UKM) Kabupaten Magelang terus mendorong para pelaku usaha mikro untuk melakukan ekspor. Salah satunya dengan mengadakan Workshop Chanelling Export bagi para pelaku UMKM yang digelar di Balkondes Tuksongo Borobudur Kabupaten Magelang, Rabu (13/10).


Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Eddy Ganefo mengungkapkan jumlah pengusaha di Indonesia ada 64 juta lebih, dan 99,9 persennya adalah UMKM. Sementara pengusaha besarnya hanya 0,01 persen.

Menurutnya pembinaan UMKM menjadi sangat penting. 


"Kalau UMKM dibina dan mereka mandiri, bisa survive, maka negara kita tidak akan goyah walaupun ada tsunami ekonomi apapun," ujar Eddy saat menjadi tamu Workshop tersebut.


Eddy berharap UMKM kelak menjadi pilar ekonomi, bukan lagi oleh segelintir pengusaha besar yang pada saat ekonomi goncang, bisa mengakibatkan negara langsung goyah. 


"Itu harapan kami, oleh karena itu kita harus serius, setelah hari ini kita harus (bisa) ekspor ke luar negeri," tegasnya. 


Eddy menyebutkan, ada tiga kelemahan utama dari UMKM. Yang pertama adalah kompetensi. Kompetensi artinya pengetahuan atau penguasaan pelaku UMKM terhadap produk atau jasa yang dijual.


"Termasuk soal mengurus perizinan, izin edar, kemudian membuat produk dengan kualitas yang baik, bagaimana packaging yang baik, dan sebagainya, ini kompetensi," terangnya. 


Ia mencontohkan ada UMKM yang pernah mengurus izin edar menghabiskan biaya sampai Rp25 juta, namun izin edarnya tidak keluar. Tapi setelah dibina oleh KADIN, ternyata dalam 1 minggu izin edarnya keluar dan biayanya di bawah Rp1 juta. 


"Ini karena ketidakmengertian di bidang kompetensi. Tolong belajar, buka google dan sebagainya dan bila perlu bertanya," pesannya. 


Kelemahan UMKM yang kedua adalah jaringan pasar. Sudah bisa memproduksi tapi tidak bisa memasarkan. 


"Akhirnya dia berhenti memproduksi karena bingung mau dijual kemana, untuk itu jaringan pasar harus dibentuk, dipelajari, harus dibuat pelatihan, minta latih dengan kepala Dinas Perdagangan itu ada programnya," jelasnya. 


Kelemahan yang ketiga, lanjut Eddy, adalah permodalan. Menurutnya, modal bukanlah masalah utama, tapi juga bisa jadi kelemahan utama. 


"Kalau kita punya usaha yang bagus, banyak sekali partner yang mau memodali kita, banyak sekali bank yang mau membiayai kita, banyak sekali lembaga keuangan yang mau membiayai kita. Tapi jangan pinjol (pinjaman online) ya, boleh tapi pinjol yang bagus," kata dia. 


Menanggapi tiga kelemahan utama tersebut, KADIN mempunyai program Satu Juta Eksportir Baru. Dalam program ini mereka melakukan pembinaan peningkatan kompetensi terutama kualitas produk, kemudian pelatihan tata cara ekspor. 


"Pelatihan tata cara ekspor sudah dilakukan selama satu tahun. Dan dalam waktu dua bulan UMKM sudah bisa melakukan ekspor sendiri. Kemudian kita melakukan promosi UMKM melalui Komite Luar Negeri, kemudian melalui e-commerce," tandasnya.


Kepala Disdagkop UKM Kabupaten Magelang, Basirul Hakim menyebutkan Workshop ini diikuti 25 orang dari pelaku usaha mikro. Ia mengapresiasi para pelaku UMKM yang pada masa pandemi ini tetap bisa bertahan. 


"Jadi di sinilah kehadiran Pemerintah Kabupaten Magelang lewat Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM. Kita memberikan pelatihan, kita memberikan fasilitasi pada pelaku usaha mikro yang ada di Kabupaten Magelang," ujar Basirul. 


"Mungkin ada yang berpikiran kenapa bapak Kadin membicarakan soal ekspor di temgah pandemi ini untuk bertahan saja sudah sulit, tapi jangan sampai mindset itu menghambat karena siapapun berhak sukses, pelaku usaha mikro sekecil apapun itu juga harus punya mimpi untuk sukses, harus punya inspirasi untuk bisa ekspor," pungkas Basirul.


Workshop ini juga menghadirkan narasumber Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Perdagangan, Dian Prasetio serta Pemeriksa Bea Cukai Pertama pada Kantor Bea Cukai Magelang, Siswanto.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar