BERITAMAGELANG.ID - Anda merasa sehat, berarti harus mengunjungi pasar Gemblung di Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sesuai namanya, gemblung dalam bahasa Jawa yang berarti 'gila', mata uang rupiah tidak berlaku di pasar itu.
Lokasi Pasar Gemblung tak jauh dari gerbang batas Kabupaten Magelang dengan Wilayah Tempel Sleman Yogyakarta, tepatnya di Dusun Bendosari Gede, Desa Salam Kecamatan Salam Kabupaten Magelang.
"Ini luar biasa meningkatkan ekonomi masyarat," kata Bupati Magelan Zaenal Arifin dalam kunjungannya pekan ini.
Menurut Zaenal, wisata berabasis masyarakat seperti Pasar Gemblung bisa menjadi daya tarik wisata Kabupaten Magelang. Untuk itu pihaknya mendukung penuh pengembangan ekowisata kreatif untuk kesejahteraan masyarakat.
"Terus dipertahankan. Apalagi lokasinya strategis ada di perbatasan," tutur Zaenal.
Pasar Gemblung ini hanya ada di hari Minggu, pukul 06.00 - 11.00 WIB. Konsepnya adalah pasar wisata dengan aneka menu jajanan unik yang ditawarkan seperti buntil, cenil, gethuk, aneka wedang hingga nasi bakar.
"Yang disajikan di sini adalah makanan tradisional, jajanan kampung yang jadul dan tentunya sehat untuk dimakan," jelas pengelola Pasar Gemblung, Widayat.
Untuk dapat bertransaksi wisatawan harus menukarkan uang rupiah ke mata uang Geblo. Satu keping uang 'Geblo' yang artinya ngge blonjo, atau gebla-geblo dwi linggo ndak papa ngge blanja dan ngge blonjo.
"Nilai 1 geblo yaitu senilai 2 ribu rupiah, dan di sini ada 2 macam koin yaitu yang terbuat dari batok kelapa senilai 1 geblo (Rp 2.000) dan dari logam senilai 5 geblo (Rp 10.000)," jelas Widayat.
Pasar Gemblong sendiri memiki arti semangat gemah ripah bebarengan lantaran lung tinulung, yang maknanya kerja sama seluruh rakyat untuk memperbaiki ekonomi rakyat.
"Omsetnya pernah mencapai 30 juta dalam satu putaran, kemudian rata-rata bisa mencapai 35 - 40 juta rupiah," paparnya.
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Magelang, Christanti Handayani dalam kunjungannya mengatakan, dengan adanya pasar Gemblung ini bisa menjadi wisata alternatif keluarga. Yang tak kalah penting adalah membangkitkan gairah untuk pasar-pasar tradisional lainnya.
"Maka dari itu mari kita hidupkan pasar-pasar tradisional seperti ini sebagai salah satu wahana rekreasi untuk kita, sebagai salah satu sarana pemberdayaan ekonomi masyarakat," ujar Tanti.
Sembari menikmati makanan tradisional, ia mengapresiasi keunikan pasar Gemblung ini seperti cara bayarnya yang menggunakan koin dari bathok kelapa dan juga tas belanja yang terbuat dari bambu. Serta alas makan menggunakan daun pisang.
"Kita diajarkan untuk mencintai alam yang ramah lingkungan sehingga tetap terjaga," terangnya.
Pasar Gemblung di hari Minggu ini selalu ramai pengunjung. Menunya tradisional menyehatkan, ada es cendol dawet, jenang, kacang, buah semangka dan buah ciplukan yang sudah jarang ditemui.
0 Komentar