Lestarikan Alam Merapi, Warga Menggelar Prosesi Budaya Mbah Grebeg

Dilihat 2926 kali
Arak-arakan budaya Desa Kemiren Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, Minggu (27/10/2019)

BERITAMAGELANG.ID - Airnya mengalir dari kaki Gunung Merapi. Ingat zaman, Sendang Mbah Grebeg tetap abadi meski musim berganti.


Bait pitutur dalam bahasa Jawa di prosesi adat desa Merapi itu meceritakan tentang keberadaan sumber air Mbah Grebeg di Dusun Bakalan Desa Kemiren Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.


Air Sendang Mbah Grebeg sudah dimanfaatkan warga desa yang ada di lereng barat Gunung Merapi itu sejak dahulu dan menjaganya dengan sepenuh hati.


"Air Sendang Mbah Grebeg diperkirakan sudah dimanfaatkan warga sejak tahun1900," kata Kepala Desa Kemiren Yusuf Herlambang di sela tradisi Merti Desa Kemiren, Minggu (27/10/2019).


Prosesi Merti Desa Kemiren diawali dengan pengambilan air di sendang bersejarah itu. Setelah digelar doa, air dalam empat kendi tanah liat diarak oleh rarusan warga berbusana Jawa ke Kantor Balai Desa setempat.


Sebanyak 12 tumpeng gunungan hasil bumi dibawa para pria. Anak-anak berbaris rapi bersama ibunya yang menggendong keranjang berisi aneka sayuran hasil panen ladang. 12 gunungan itu simbol guyub rukun warga setiap dusun. 


"Gunungan juga melambangkan rasa bersyukur atas rezeki dari Tuhan di alam Gunung Merapi," jelas Yusuf.


Dari desa penghasil salak pondoh ini, puncak Gunung Merapi nampak tertutup kabut. Meski berada di dataran tinggi, sumber air di Desa Kemiren selalu melimpah. Untuk menjaganya setiap tahun digelar tradisi merti desa.


"Merti desa setiap tahun digelar dengan pagelaran wayang kulit atau arak-arakan ini. Tujuannya sebagai upaya pelestarian sumber mata air," kata sesepuh Desa Kemiren, Purwowidodo.


Keberadaan Desa Kemiren tak lepas dari jasa Ki Kertojoyo, pengikut setia Pangeran Diponegoro. Saat berjuang melawan Kompeni antara tahun 1825-1830 Ki Kertojoyo singgah dan membuka lahan pemukiman di wilayah Merapi yakni Desa Kemiren ini.


"Kita hidup damai bersama Merapi. Tradisi ini diharapkan memberikan keselamatan dan keberkahan ke semua warga," jelasnya.


Sebagai puncak tradisi, warga beramai ramai berebut gunungan dan dilanjut dengan pentas aneka kesenian tradisional.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar