Ada Tenaga Surya, Petani Krincing Tak Galau lagi Saat Musim Kemarau

Dilihat 2951 kali
Pompa air tenaga atau solar cell yang baru daja dibangun di tepi sungai Progo yang melintas di desa Krincing Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Pompa tenaga surya ini menjadi solusi pengairan areal persawahan saat musim kemarau.

BERITAMAGELANG.ID - Para petani di wilayah desa Krincing Kecamatan Secang Kabupaten Magelang, kini tak galau lagi saat musim kemarau tiba. Sawah yang semula kering, kini kembali menghijau. Retakan tanah sawah tidak lagi terlihat karena sudah tergenang air. Semua itu berkat pompa air tenaga surya atau solar cell untuk mengangkat air dari sungai Progo yang terletak di bawah desa.


Berawal dari keprihatinan Kepala Desa Krincing, Heri Purwanto yang melihat sawah di desanya selalu kering saat musim kemarau. Petani menjadi risau karena kekurangan air. Padahal di desa itu melintas dua sungai, Elo dan Progo Bogowonto.


Berbagai upaya dilakukan oleh kades-kades sebelumnya, untuk mengairi sawah dengan menyedot air dari Sungai Progo. Salah satunya dengan menggunakan tenaga listrik, untuk memompa air. 


"Namun hanya berlangsung beberapa saat saja, setelah itu berhenti karena biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi dan tidak impas dengan hasil produksi," ujar Heri di lokasi sumur pompa tenaga surya di sungai Progo Krincing, Selasa (18/9).


Setelah dilantik pada Desember 2018 lalu, kata Heri, ia segera mewujudkan keinginan warga yang sebagian besar petani. Yakni aliran air ke sawah di kala musim kemarau. Ia pun segera mencari alternatif dengan menggunakan pompa tenaga surya atau solar cell. Perlu biaya besar mencapai Rp 350 juta  untuk membuat pompa ini. 


"Namun manfaatnya bisa sampai 20 tahun ke depan," tuturnya.


Akhirnya disepakati membuat sumur pompa dengan tenaga surya menggunakan dana desa. Teknisi untuk membuat sumur ini didatangkan langsung dari Surabaya. 


Bulan Juni dimulai pengerjaan sumur pompa yang dibuat di pinggir Sungai Progo. Letaknya sekitar 400 meter ke bawah dari perkampungan.


Butuh waktu dua bulan untuk membuat sumur karena harus membendung sungai sehingga benar-benar kering. Setelah kering harus membuat pondasi sedalam dua meter dan tempat untuk menampung air. Di tempat penampungan air itulah di pasang pompa. Tempat penampungan berbentuk kotak dan terletak di pinggir sungai.  


"Semua dikerjakan secara gotong royong bersama dan tentu bersama tenaga ahlinya," ujar Heri.


Sedangkan untuk pemasangan pipa pralon dari sumur menuju irigasi hanya memakan waktu selama 3 hari. Agar air bisa naik ke atas, dibutuhkan sebanyak 64 panel atau solar cell. Setiap panelnya menghasilkan  100 watt sehingga secara keseluruhan ada 6.400 watt. Panel ini dibangun di areal persawahan yang berjarak sekitar 200 meter dari penampungan.


Dari tenaga surya ini dipasang kabel yang disambungkan menuju mesin pompa. Untuk menyedot air, digunakan pipa pralon ukuran 3 dim sepanjang 400 meter. Semua bahan dipilih yang berkualitas buatan Jerman.


Heri menjelaskan, kerja solar cell ini hanya berlangsung di kala ada sinar matahari. Mulai jam 6 pagi saat ada sinar matahari sampai matahari tenggelam. Malam hari secara otomatis pompa berhenti.  


"Bila mendung tebal tidak bisa bekerja, namun kalau mendung tipis masih bisa," terangnya.


Menurut Heri, pompa bisa bekerja siang malam kalau setiap panel diberi batarei untuk menyimpan tenaga. Namun karena keterbatasan dana, maka untuk baterai bisa menyusul. 


"Mudah-mudahan tahun depan bisa membeli baterai, karena setiap baterai harganya antara Rp2-3 juta," ucapnya.


Pompa dengan tenaga surya, menurut ayah dari dua putra ini, bisa mengaliri sawah sampai 50 hektar. Jumlah ini sebenarnya masih kurang, karena areal sawah yang ada di desa Krincing seluas 70-80 hektar.

 

Iapun berharap, tahun yang akan datang bisa menambah panel sehingga yang dialiri bisa lebih luas.


Ia juga menginginkan agar pejabat diatas misal Gubernur atau Bupati berkenan meninjau sumur pompa tenaga surya ini dan memberikan bantuan, agar kegalauan warga bisa terobati.


Disisi lain, ia juga berharap apa yang dilakukan di desanya bisa di tiru oleh desa-desa lain yang mengalami kekeringan.

 

Salah satu petani penggarap, Mudzakir (50) mengaku senang dengan adanya pompa air bertenaga surya ini. Karena sawah yang digarap bisa teraliri air setelah sebelumnya selalu kering setiap datang musim kemarau. 


Ia berharap panen padi yang biasanya hanya setahun sekali, kali ini bisa dua kali. 


"Karena masalah air kini tidak lagi menjadi momok, karena saat ini sudah bisa teratasi," kata dia. 

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar